Skip to main content

Recehan Keajaiban

Gue termasuk orang yang kadang-kadang lapar mata dan sekarang lagi belajar untuk lebih selektif membeli barang, mana yang berbau keinginan, mana yang emang benar-benar perlu. Karena, setinggi apapun nanti pendidikan gue, gue akan menjadi ibu-ibu. As always my mom's talking to me, mamak-mamak harus pinter ngatur duit. Sekecil apapu duitnya, mbok ya ditabung, susah nyari duit lho. Soalnya udah banyak contoh, makmur waktu muda, tapi pas tua enggak bisa menikmati. Karena apa? Enggak bisa me-manage keuangan.

Tapi, gue termasuk orang yang bahagia menerima uang recehan. Rasanya itu, akan ada masa depan yang lebih cerah, eh enggak maksud gajian pake uang recehan nantinya yaaa..

Listen to me! Ada keajaiban dibalik uang recehan, ada kehidupan dibalik koin Burung Garuda. Mungkin terlihat sepele dan bau. Yang memegangnya paling sering tukang parkir, pengemis, pengamen dan mereka-mereka yang lain. Tapi, kecil demi kecil lama jadi bukit. See?! Gue merasakannya. Mari kita mulai dari hal yang kecil ;)

Gue punya kebiasaan tidak membelanjakan uang 1000 kertas dan semua nominal uang  recehan (dulu sempat 2000 juga enggak dibelanjakan, tapi anak kost seperti gue, rupanya perlu juga). Gue meletakkannya di satu kaleng roti bekas seperti yang pernah gue posting dulu http://seruputtehsore.blogspot.com/2012/09/yuks-menabung.html

Nah, sekarang gue merasakan mereka sudah berat, sudah bisa disatu-satukan. Nih, begini caranya.

1.  Sediakan selotip dan gunting. Kalo kalian enggak tau yang mana barangnya, ini gue kasih gambarnya.

2.  Tentu, uang recehan yang dimau di satuin mesti ada.

3. Satukan nominal yang satu dengan yang lainnya, kalo gue biasanya 10 uang 100 = 1000. 10 uang 500 = 5000. 5 uang 200 = 1000. 5 uang 1000 = 5000. Awas silap menghitungnya ya.. Ini contohnya.


4. Kemudian gunting selotip sesuai keperluan. Lalu lengketkan secara keliling di koin recehan tadi.

5. Nah, kira-kira beginilah hasilnya.


Biasanya, gue membuka celengan 6 bulan sekali. Lalu gue menukar uang ini ke teman gue yang jualan pulsa elektrik atau ke kantin kampus atau ke swalayan. Karena biasanya mereka yang butuh uang recehan, dan mereka bahagia.

Uang recehan? Sepele bukan? Memang yang kecil sering terabaikan, terbuang. Paling banter cuman bisa beli air mineral gelas, atau permen, atau gorengan. Sering keselip di kantong celana. Tercampak dibelakang lemari. Jatuh di bawah meja. Atau bahkan kadang enggak diambil pas dikasih kembalian.

Tapi, coba dikumpulin. Mereka itu ajaib. Siapa tahu bisa beli iPhone 5 dari situ? Atau buat modal usaha? Apasih yang enggak mungkin dari hal-hal kecil seperti itu?
Berniat Mencoba?

Comments

Popular posts from this blog

Anak Gadis Pengen Modis

Kali ini aku mau berbagi tentang salah satu kegiatan perempuan, Dandan ( Make Up ). Begini, setiap anak perempuan akan menemukan titik dimana dia akan harus berubah, entah itu berubah cara berfikir, cara memandang masa depan bahkan cara berpenampilan. Dan aku sedang di masa peralihan itu. Contohnya, aku pernah bercermin dan ngerasa ada yang kurang diwajahnya, i mean "Make apa gitu biar lebih enak dipandang?" apalagi kalo misalnya udah nambah pergaulan atau terlalu banyak kegiatan jadi penampilan mesti lebih diperhatikan. Enggak dipungkiri, objek pertama yang menjadi penilaian orang lain terhadap sosok perempuan adalah wajahnya.  Dan, aku pribadi sering sih bercermin (hahaha..), cuman ya gitu aku termasuk orang yang rada cuek terhadap penampilan. Kemeja/kaos, sepatu kets/sepatu agak ada wedges, jeans , tas selempang dan ikat rambut adalah caraku berpenampilan. Bagiku, lipstick, eyeliner, mascara dan segala alat make up adalah hal yang sanga...

Nyamannya di Rumah Doa Segala Bangsa, Bukit Gibeon Sibisa | #3 Anak Kota Pulang Kampung

[Anak Kota Pulang Kampung] Belakangan ini, Medan lagi dingin banget ya, berasa lagi di daerah Tapanuli Utara. Brrrr... Jadi keinget lagi dengan liburan akhir tahun lalu. Bentar, kayanya sedap nih nyeruput teh manis anget + nyelupin roti Regale.. Rumah Doa Segala Bangsa Bukit Gibeon Sibisa masih terbilang baru, diresmikan tanggal 14 Mei 2016. Akupun mengetahuinya dari beberapa teman yang udah pernah ke sana duluan. Jadi jiwa panjang kaki ku, keluar begitu saja. Rasa penasaran ku juga meningkat pesat. Intinya, ga mau ketinggalan sih, wkwkwk... Iya, aku kemarin ngotot sekali untuk mampir ke Rumah Doa Segala Bangsa Bukit Gibeon Sibisa, padahal dari segi pemetaan, bisa saja aku dan keluarga melewati jalan Tele dari Pulau Samosir untuk menuju Tarutung. Tapi, panjangnya kakiku ga bisa dilawan. Kami pun menurutinya. Hahaha.. Seperti biasa, karena kami sebelumnya nginap di Pulau Samosir, kami pun menyeberangi Danau Toba sekitar 1 jam lebih. Pemandangannya, bolak-bal...

Tutorial Hampir Terlambat Untuk Bersama

Gue dulu agak pesimis dengan kekompakkan kelompok tutorial gue, mereka adalah kelompok B.1 ruang 3.13. Entahlah, gue ngerasa ada aja yang kurang di kelompok ini. Sedikit acuh tak acuh, mungkin. Kalau kelompok ini begini terus, sempat mikir pengen pindah ke kelompok lain (Tapi pasti tak mungkin), apalagi denger-denger dari senior, ketika nyusun skripsi, temen-temen tutorial kalian lah temen skripsi kalian. Emm, bukan merasa sok hebat atau gimana, tapi gue ngerasa Down To Earth aja. Skripsinya susah, mikirin temen satu doping (dosen pembimbing) lagi. Oke mending gue ngerayap didinding. Sebentar, aku perkenalkan satu per satu: Novia Giovani (211 210 002) Fransiska Sinaga (211 210 004) Mona Liany Sinaga (211 210 006) Iwan Petrus Tampubolon (211 210 008) Joab Abigail Sitompul (211 210 010) Meri Bidani Damanik (211 210 012) Gracia Medina Pinem (211 210 014) Ika Agustinawati Siahaan (211 210 016) Inrinogro (211 210 018) Agus Chandra Sembiring(211 210 020) Raskami Pe...