Skip to main content

Posts

Showing posts from April, 2012

Pengaturan Uang Perantau Mula-Mula

Mari kita bicarakan lagi tentang hal yang bisa buat orang bahagia enggak ketulungan dan bisa buat orang bunuh-bunuhan. Simplenya kit memanggilnya UANG atau DUIT atau HEPENG (bahasa Batak) atau SEN (bahasa Karo) atau PITI (bahasa Minang). Gue pernah melihat acara MetroTV, entah apa namanya, tapi pas disitu membahas tentang cara mengatur keuangan. Salah satunya tentang investasi. Biasanya investasi itu bisa berupa emas, saham, tanah, atau apapun yang kira-kira barangnya tahan lama dan harganya tidak akan pernah turunnya drastis. Biasanya kalo mamak-mamak menginvestasi uang suaminya dengan perhiasan, tapi tak jarang juga dengan tas bermerek, sepatu bermerek, atau kain-kain tradisional. Jadi, sambil berinvestasi, bisa bergaya juga. Gaya oke, kece teteupp!   Tapi Meeeeen! Gue masih anak kostan. Uang bulanan aja pas-pasan. Yasalaam~ sekali-sekali aja dikirimin uang agak berlebih.  Dari acara itu gue dapat pelajaran, investasikan duit bulananmu kira-kira 10%. Jadi misalnya,

WARNING Buat Calon Dokter

Kembali, Angkot adalah sumber inspirasi tentang kehidupan yang sebenarnya. Sederhana, jorok, berkarat, panas, adalah komponennya. Untuk angkot ini mudah saja mengingatnya, ANGKOT KUNING PINTU BELAKANG. Gw duduk diurutan agak kedalam, sempit? JELAS! Panas? Ga meen, kondisinya lagi hujan.. nguahaha!    Gw duduk disamping ibu-ibu bawa barang belanjaan dan di depan ibu-ibu ini ada bapak-bapak yang sepertinya keturunan India , dia bawa barang dagangannya. Entah emang udah kenal dari awal atau tiba-tiba muncul chemistry antara mereka makanya cerita mereka nyambung gitu. Cerita mereka ini WARNING untuk Calon dokter . Gw sebagai mahasiswa jurusan itu, cukup sadar keadaan kedokteran sekarang itu kaya gimana. MIRIS! Jadi begini ceritanya...   “Iya, kaki saya bengkak karena ditabrak lari 8 bulan lalu, pas puasa tahun lalu, makanya agak susah bawa barang –barang ini. Yang nabrak pulaknya tartig (tarik tiga), nabrak saya dan dagangan saya jadinya. Haduhh...”, kata bapak itu

Angkot kuning,

Fine, gw baru pulang ibadah. Kayanya hari ini banyak banget kejadian yang sebenarnya sering terjadi. Tapi, kitanya aja yang sering menutup mata. Dan gw rasa pas banget kalo dunia emang mau kiamat, ngeliat manusia-manusia yang ga berprikeorangan lagi. Jadi begini ceritanya.. Gw pulang ibadah dan naik angkot nomor sekian dengan nomor polisi sekian dan dengan rute dari sini ke sana (maaf, disamarkan). Gw bukan baru pertama kali naik angkot kaya gini, udah biasa malah. Tapi yaaa gw rasanya supir angkotnya perlu dihadapkan dengan dosen etika gw, sumpah ga ada etikanya sama sekali. Nginjek gas itu seenak perutnya aja. Huaaaa! Apa semua supit angkot begitu? Ga kurasa. Dan paling mirisnya, ada bapak-bapak yang kurasa usianya udah lebih setengah abad dan sepertinya dia ga tau jalan pulang.  Asli, kasihan banget gw ngeliatnya. Dia nanya jalan ini, jalan itu, kami 1 angkot sama-sama ga tau jalan kecuali jalan kerumah masing-masin.  Wajar aja satu angkot itu rata-rata anak  perantau.
Aku Menyederhanakan Aku menyederhanakan Menyederhanakan rasa yang terpupuk disini. Menganggap semuanya cuman fatamorgana Ya! Fatamorgana Aku menyederhanakan Menyederhanakan bayangan-bayangan yang kurasa tak pantas Dan tak seharusnya sekarang aku berangan-angan. Aku bukan tempatnya. Aku menyederhanakan Menyederhanakan suara-suara sayup yang tak berpita. Mungkin alam sadarku terlalu kuat berputar kearah yang salah Namun, salahkah aku? Aku menyederhanakan Menyederhanakan raut wajah yang memang kurasa indah. Tapi tak benarnya, ini waktu yang salah Dunia hanya ajarkan jiwaku. Aku menyederhanakan Menyederhanakan kata-kata yang lebih baik untuk dibaca Bukan didengar untuk hati yang merindu Mungkin salah, namun lebih salah aku mengingat Dan sangat salah jika ku tak berkata benar. Layakkan aku untuk menyimpannya...