Skip to main content

Posts

Showing posts from June, 2012

Ini Sesungguhnya Keinginan Setiap Manusia

FIRST LOVE -Nikki Costa- Everyone can see There's a change in me They all say I'm not the same Kid I use to be Don't go out and play I just dream all day They don't know what's wrong with me And I'm too shy to say It's my first love What I'm dreaming on When I go to bed When I lay my head upon my pillow Don't know what to do My first love He thinks that I'm too young He doesn't even know Wish that I could tell him what I'm feeling 'cause I'm feeling my first love Mirror on the wall Does he care at all Does he ever notice me Does he ever found Tell me teddy bear My love is so unfair Will I ever found away An answer to my pray For my first love...  I WANT TO HOLD YOUR HAND -The Beatles- Oh yeah, I'll tell you something, I think you'll understand. When I'll say that something I want to hold your hand, I want to hold your hand, I want to hold your hand. Oh please, say to me You'll let me be you

Tanda Ketika Bulan Tua Menyapa

BEFORE *pura-puranya ini lagi reunian* Nama : Novia Giovani Pendidikan : Anak kuliahan & perantau yang baru tahun lalu menjabat sebagai Maba Jabatan : Pemilik kunci gembok hati seseorang Alamat : Dalam ruang 4 x 4,5 m Cita-cita : Kapan lemak ini habis masa berlakunya? Motto : Tersenyumlah, mungkin esok akan ada traktiran ulangtahun. AFTER *fakta - mencari sesuap garam* Ketika bulan tua datang,  Kata kenyang perlu masuk ke daftar kata-kata yang perlu dilestarikan. Gaji buruh garam akan meningkat seiring permintaan mahasiswa akan garam sangat meningkat maka tidak heran akhir bulan banyak mahasiswa perantau yang mengalami hipertensi dan bawaannya pasti pengen marah-marah terus. Konsentrasi garam meningkat dalam darah berbanding lurus dengan peningkatan tekanan darah. Namun percayalah ada saja rejeki menampolmu saat kau termenung. Berikut adalah tanda-tanda Krisisnya seorang mahasiswa perantau: Ketika secara spontan mengingat semua

Aku Sudah Terbiasa

Mungkin sifat terbodoh yang pernah aku miliki adalah sok tegar. Entah sifat warisan darimana aku turunkan ini. Sekali pun aku diberi nama si Togar, ala-ala Bataknya, itu cuman nama. Jika tawa adalah cara mengungkapan semua isi kehidupanku sekarang, mungkin aku sudah seperti anak kecil yang tertawa terbahak-bahak. Bahkan orang yang kuharapkan bisa mengerti posisiku saja, tak bisa mendukung dan malah menjatuhkan ke tempat terdalam. Aku cuman bisa mematikan lampu kamar dan menggigit bantal agar tiada yang tahu itu suaraku. Tahan? Mungkin aku tahan karena sudah terbiasa seperti ini. Terbiasa tanpa orang yang benar-benar mengerti aku dan perasaanku. Aku tak berharap mengerti aku dengan aku mengatakan keluh kesahku, aku cuman ingin tahu siapa yang benar-benar mengerti apa aku yang kubutuhkan. Tapi sampai sekarang tak satu pun yang bisa benar-benar mengerti aku. Aku sudah terbiasa.

Yang Mana Dosenmu?

Yang pernah duduk di SMA jurusan IPA pasti sering dong belajar tentang klasifikasi hewan dan tumbuhan. Atau yang pernah duduk di SMA jurusan IPS pasti pernah belajar tentang klasifikasi jenis-jenis usaha (kalo tentang IPS itu salah, maafin. Gue manusia yang ga sempurna, gue ga mungkin udah di IPA, lalu di IPS juga. Okesip).  Dan hari ini gue mau nge- share bahwa ga hanya pelajaran aja yang bisa diklasifikasi, pengajarnya juga bisa diklasifikasi. Ya, ini berdasarkan pengalaman gue aja. Entah benar entah tidak, biar hati nurani yang paling dangkal yang menilai. Berikut cuplikannya. 1.        Dosen Kutu: Kutu yang gue maksud adalah kutu buku, rajin dong ya dan memang ini jenis dosen yang rajin banget, malah mungkin lebih rajin dari mahasiswa-mahasiswanya. Ciri-cirinya: Lebih cepat datang dibanding mahasiswa, kalau ngajar pasti buat slide dan catatan, menjelaskan sejelas-jelas mungkin. Namun kadang membosankan jika sangat monoton dan tidak humornya sedikit. Hais, udah ngan

Syukurku Saat Mengingatmu

Aku mengucap syukur kepada Allahku setiap kali aku mengingat kamu Filipi 1:3 Aku tidak menyangka bisa hidup sampai saat ini. Berdiri dan terjatuh ditengah orang-orang yang mencintaiku, walau kadang aku merasa ucapan syukurku rasanya tak cukup untuk semua yang sudah terjadi dalam langkah kehidupanku. Aku mengucap syukur kepada Allahku, rasanya itu hanya kewajiban untuk segala berkat-Nya. Namun, apa masih bisa aku untuk bersyukur saat semuanya sudah hilang? Dunia pasti serasa tak berteman lagi pada jiwaku. Tidak ada yang bisa mengangkat semangatku lagi saat aku terpuruk. Tidak ada yang bisa memujiku saat semua orang menutup mata tentang apa yang sudah aku perbuat. Aku pun sudah berbuat baik, namun masih ada saja lidah-lidah pencemooh yang menghancurkan harapan indah. Setiap kali aku mengingatmu, kadang aku melupakan orang-orang yang sebenarnya benar-benar ada disaat kapan pun aku butuhkan. Hanya saja aku sering terpanggil dengan hiruk pikuk dunia dan meninggalkan me