Coba buka ini:
1. Mazmur 37 : 1-40:
"Dari Daud. Jangan marah karena orang yang berbuat jahat, jangan iri hati kepada orang yang berbuat curang;
sebab mereka segera lisut seperti rumput dan layu seperti tumbuh-tumbuhan hijau...dst..."
2. Yeremia 17: 5-8
"Beginilah firman TUHAN: "Terkutuklah orang yang mengandalkan manusia, yang mengandalkan kekuatannya sendiri, dan yang hatinya menjauh dari pada TUHAN!
Ia akan seperti semak bulus di padang belantara, ia tidak akan mengalami datangnya keadaan baik; ia akan tinggal di tanah angus di padang gurun, di negeri padang asin yang tidak berpenduduk.
Diberkatilah orang yang mengandalkan TUHAN, yang menaruh harapannya pada TUHAN! Ia akan seperti pohon yang ditanam di tepi air, yang merambatkan akar-akarnya ke tepi batang air, dan yang tidak mengalami datangnya panas terik, yang daunnya tetap hijau, yang tidak kuatir dalam tahun kering, dan yang tidak berhenti menghasilkan buah."
Aku belakangan ini mulai benar-benar merasakan bagaimana kehidupan yang sebenarnya, yang memang keras. Udah berusaha pun, tapi hasilnya ga sesuai harapan. Aku sempat iri, ntah kenapa mereka-mereka yang "kurasa usahanya tidak lebih berat daripadaku", begitu lancar prosesnya, lebih cepat mendapatkan apa yang menjadi tujuan. Faktor "X" apa yang buat mereka selancar itu? Aku salahnya dimana? Apa aku kurang baik ke Tuhan? Apa Tuhan ga lihat usahaku ya? Apa Tuhan ga dengar dan malah berpaling dari anaknya yang sebijik ini? Apa Tuhan ga sayang samaku? Sedih kali lah pokoknya. Tapi aku sekarang sadar, itu adalah pikiran orang yang pikirannya "dibawah orang bodoh". Ya, putus asa.
Lalu, Tuhan mengubah pikiranku.
Waktu itu, aku nangis sejadi-jadinya, mataku bengkak, suaraku sengau. Aku merengek-rengek dalam doa. Mengeluh seperti orang tidak punya pusat kehidupan, Tuhan. Hingga hatiku mengajakku untuk mengambil Alkitab, dekat bantal tidurku, tapi jujur aja masih jarang ku buka. Jahat aku kan? Di saat genting, tersesak begini baru mau dekat sama Tuhan.
Entah gimana, langsung terbukaku ayat-ayat diatas. Aku tambah nangis, terharu. Ditengah kegalauanku itu, aku masih sangat percaya, janji di Alkitab tidak pernah bohong. I got the key.
Entah bagaimana pun cara mereka mendapatkan impiannya, itu urusan mereka. Entah faktor "X" apa yang mempengaruhinya, itu mutlak rezeki mereka. Aku sempat iri hati, mengutuki, dan mengesampingkan -sangat jauh- pekerjaan Tangan Tuhan. Aku berpusat pada manusia, bukan pada Tuhan. Bodoh kan?
Jadi sadar, akunya aja yang salah, kurang berserah, menuntut waktu-waktu yang canangkan, mesti terjadi. Aku disitu salah, sangat salah. Egoisku memang keterlaluan untuk sesuatu yang aku targetkan. Aku lupa, "Serahkanlah perbuatanmu kepada TUHAN, maka terlaksanalah segala rencanamu." (Ams 16: 3).
Setelah ini terlewati, aku sadar, memang cuman Tuhan tempat berpengaharapan. Tuhanlah andalan kita.
That's why in every calling and sharing with mommy, daddy, you and close friends, i was reminded that Praying is the best power ever.
Kalo kita lagi ada masalah, kita sedang diuji agar kita lebih tekun, tahan uji dan berpengharapan terus sama Tuhan. (Roma 5:4).
Comments
Post a Comment