Skip to main content

Aku Belum Bisa Move On Dari Senyumnya (World Aids Day)


Sebut saja namanya Tatang (aku ambil namanya ini hasil undian, biar kesannya ga dipilih-pilih, biarlah alam yang menentukan nama samarannya, apaan sih?). Aku ketemu dia pas pada hari pertama aku nge-follow up pasien paru. Aku semangat kali lah pokoknya, masih di awal stase baru, stase ke tigaku, stase paru.
Aku masih ingat dia mengenakan baju kaos putih, aku lupa tulisannya apa, dan celana batik. Dia masih tertidur pulas. Wajar saja, aku follow up itu jam 6an pagi. Aku lupa, entah bapaknya atau ibunya yang menemani disitu. Haduh, antengnya dia terlelap. Mau ngebangunin, tapi kasian sih. Oh ya, untuk informasi, aku pas mau nge-follow up, aku belum baca status pasien dia. Aku cuman tau namanya, itu pun dari papan nama yang tergantung di bawah tempat tidurnya.
"pagi bang, Tatang...", sapaku seraya membuka tirai pembatas antara tempat tidurnya dengan tempat tidur pasien disebelahnya.
Dia terbangun. Entah gimana, aku fokus ke senyumnya. Haduh, aku geregetan.
"Sebentar ya ditensi dulu. Apa keluhannya bang?", aku memakaikan manset di lengan kirinya dan stetoskop ku cantolkan ke telingaku. Aku mulai memompa spigmometer dan mendengar denyut nadinya.
"Cuman agak sesak aja, masih mencret juga..", katanya sambil senyum.
"110/80 yaa.. Normal kok.. Semalam tidurnya nyenyak? Ada demam?", aku terpesona dengan senyumnya. Aku mengecek semua vital sign dia. Setelah selesai, aku pun pergi. Senyumnya kayanya terpatri di hatiku -preet bahasa gua-.
Aku mencari status pasien Tatang. Ya, dia memang terkena Tuberkulosis paru, dan... Sumpah, aku sulit mengatakan diagnosa penyerta penyakitnya Tatang. Otakku pusing, dimana dia bisa kena HIV/AIDS? A calm smile keeps something out of my mind. Oh man, sayang sekali. Apa ya? Kecewa? Iya. Sedih? Iya. Kok bisa? Entahlah.
Aku menuliskan statusnya dan menurunkan obatnya dari Supervisorku. Masih terotak (ga habis pikir.red) kok bisa? Hahahaha...
Keesokan harinya, aku masih tetap follow up dia. Masih tetap salah fokus, fokusku ke senyumnya yang hangat gitu (honestly, i am a "baper" person haha..). Aku cuman kagum sama senyumnya aja kok. Hehe..
Setelah dua hari di rawat, aku tidak menemukan dia lagi. Dia sudah pulang. Kadang-kadang aku menemukan ayahnya datang ke poli untuk menyambung obatnya.
Hemm, mungkin belum terlalu terlambat aku nge-blog tentang si Tatang ini.
HIV/AIDS?
Jujur saja, awal koas, aku paling takut menangani pasien berpenyakit yang satu ini. Tapi lama kelamaan, banyak cerita dibalik HIV/AIDS. Enggak bisa kita men-judge mereka langsung suka "jajan" atau Sex bebas, Pemakai narkoba, suka tindik atau tato. Almost all, emang iya. Tapi, tranfusi darah, penyaluran dari ibu ke anak, bisa jadi penyebabnya.
Gimana ya? Semua penyakit percuma diusahakan sembuh, kalo si penderita udah pasrah (beda pasrah, beda berserah), keluarga pasien ga nyemangatin dan enggak peduli, atau bahkan sekelilingnya menjauh. Cobalah pikirkan? Udahlah sakit, enggak dipeduliin, dijauhi? Fisik udah sakit, jiwa juga jadi lelah.
Mereka, ODHA (Orang Dengan Hiv/Aids) mesti didukung penyembuhannya. Kita, yang sehat ini, enggak tau gimana perasaan mereka.
Pasti selalu dengar "Jauhi penyakitnya, Bukan penderitanya..". Itu sudah pas kok. Just do it, guys.
1st December 2015
WORLD Aids Day

Comments

Popular posts from this blog

Anak Gadis Pengen Modis

Kali ini aku mau berbagi tentang salah satu kegiatan perempuan, Dandan ( Make Up ). Begini, setiap anak perempuan akan menemukan titik dimana dia akan harus berubah, entah itu berubah cara berfikir, cara memandang masa depan bahkan cara berpenampilan. Dan aku sedang di masa peralihan itu. Contohnya, aku pernah bercermin dan ngerasa ada yang kurang diwajahnya, i mean "Make apa gitu biar lebih enak dipandang?" apalagi kalo misalnya udah nambah pergaulan atau terlalu banyak kegiatan jadi penampilan mesti lebih diperhatikan. Enggak dipungkiri, objek pertama yang menjadi penilaian orang lain terhadap sosok perempuan adalah wajahnya.  Dan, aku pribadi sering sih bercermin (hahaha..), cuman ya gitu aku termasuk orang yang rada cuek terhadap penampilan. Kemeja/kaos, sepatu kets/sepatu agak ada wedges, jeans , tas selempang dan ikat rambut adalah caraku berpenampilan. Bagiku, lipstick, eyeliner, mascara dan segala alat make up adalah hal yang sanga...

Nyamannya di Rumah Doa Segala Bangsa, Bukit Gibeon Sibisa | #3 Anak Kota Pulang Kampung

[Anak Kota Pulang Kampung] Belakangan ini, Medan lagi dingin banget ya, berasa lagi di daerah Tapanuli Utara. Brrrr... Jadi keinget lagi dengan liburan akhir tahun lalu. Bentar, kayanya sedap nih nyeruput teh manis anget + nyelupin roti Regale.. Rumah Doa Segala Bangsa Bukit Gibeon Sibisa masih terbilang baru, diresmikan tanggal 14 Mei 2016. Akupun mengetahuinya dari beberapa teman yang udah pernah ke sana duluan. Jadi jiwa panjang kaki ku, keluar begitu saja. Rasa penasaran ku juga meningkat pesat. Intinya, ga mau ketinggalan sih, wkwkwk... Iya, aku kemarin ngotot sekali untuk mampir ke Rumah Doa Segala Bangsa Bukit Gibeon Sibisa, padahal dari segi pemetaan, bisa saja aku dan keluarga melewati jalan Tele dari Pulau Samosir untuk menuju Tarutung. Tapi, panjangnya kakiku ga bisa dilawan. Kami pun menurutinya. Hahaha.. Seperti biasa, karena kami sebelumnya nginap di Pulau Samosir, kami pun menyeberangi Danau Toba sekitar 1 jam lebih. Pemandangannya, bolak-bal...

Tutorial Hampir Terlambat Untuk Bersama

Gue dulu agak pesimis dengan kekompakkan kelompok tutorial gue, mereka adalah kelompok B.1 ruang 3.13. Entahlah, gue ngerasa ada aja yang kurang di kelompok ini. Sedikit acuh tak acuh, mungkin. Kalau kelompok ini begini terus, sempat mikir pengen pindah ke kelompok lain (Tapi pasti tak mungkin), apalagi denger-denger dari senior, ketika nyusun skripsi, temen-temen tutorial kalian lah temen skripsi kalian. Emm, bukan merasa sok hebat atau gimana, tapi gue ngerasa Down To Earth aja. Skripsinya susah, mikirin temen satu doping (dosen pembimbing) lagi. Oke mending gue ngerayap didinding. Sebentar, aku perkenalkan satu per satu: Novia Giovani (211 210 002) Fransiska Sinaga (211 210 004) Mona Liany Sinaga (211 210 006) Iwan Petrus Tampubolon (211 210 008) Joab Abigail Sitompul (211 210 010) Meri Bidani Damanik (211 210 012) Gracia Medina Pinem (211 210 014) Ika Agustinawati Siahaan (211 210 016) Inrinogro (211 210 018) Agus Chandra Sembiring(211 210 020) Raskami Pe...