![]() |
"Merapikan Alis" Mission Failed |
Setelah minggu-minggu yang super duper hectic, yang aku rasa ga bakal terlewati, rupanya bisa juga berlalu. Memang bener kata orang bijak,"berhenti berpikir, melangkah jauh lebih baik". Kalo kita lebih banyak mikir, lebih banyak membayangkan hal-hal yang negatif, kita bakal nyesel. Akan lebih banyak waktu yang terbuang sia-sia. Menyedihkan! Oh ya, Aku juga mengambil satu kalimat pak MT, "Dalam hidup, kamu mesti ambil keputusan. Baik-buruknya harus kamu hadapi. Kalo ga, kamu akan berjalan di tempat". Iya juga ya kan? Udahlah jalan ditempat, badan capek, eh tapi ga ada hasil. Hello, Wasting time lhoo.. Bener ga? Hahaha..
Disela-sela melayani pasien di puskesmas kemarin, aku sempat beberapa kali menghampiri cermin, kali aja lipstik habis? Kali aja bedak mulai menipis? Kalo pun habis, aku ga begitu menggubrisnya sih. Wong aku aja ga pernah bawa lipstik atau bedak pas dinas. Wkwkwk.. Atau kali aja ada bakteri Mycobacterium tuberculosis yang mencoba menyusup ke lubang hidung? Emang bisa? Hahaha, becanda lohh. Manalah nampak pake mata telanjang weeee..
Tapi. aku mikir, apa ya yang bisa menjadi daya tarik kita ketika berkomunikasi dengan orang lain ketika make up mulai menipis? Secara, ketika melayani pasien, bisa saja kan pasiennya ga yakin dengan penampilan kita yang sedikit pucat. Ga mesti ke pasien sih, ke semua orang yang perlu bertemu dengan kita, apa yang bisa membuat mereka tertarik untuk berbicara dengan kita?
Lalu, aku teringat dengan beberapa dokter-dokter perempuan, dokter spesialis pula, atau ibu-ibu pejabat atau ibu-ibu entrepreneur, yang shining, walaupun tanpa high quality make up. Apa yang mereka pakai?
1. Pertajam Telinga, Perhalus Ucapan
Emang kewajiban kami, sebagai dokter, untuk bener-bener mendengar keluhan-keluhan pasien tentang penyakitnya. Bahkan kadang sampai tak sadar, mereka pun curhat ke kami. Tapi aku rasa, itu ga cuman berlaku di dunia kesehatan deh. Semua pekerjaan mengedepankan ini, kenyamanan berkomunikasi.
Satu hal yang perlu disadari bahwa, walaupun kita tidak terlalu banyak bisa memberikan nasihat, orang lain itu, perlu didengar. Adalah sifat manusia akan lega bahkan bahagia ketika didengar cerita-ceritanya. Then, kalau kita memang punya saran atau solusi, baru deh kita angkat bicara. Ingat sopan dan santun ya ladiesss.. Jangan nanti kelihatan sok-sok tahu. Haiss...
2. Laugh, Laugh, and Laugh!
Sekacau apapun dunia sekarang, Puji Tuhan Alhamdullilahnya, stasiun TV masih banyak menayangkan acara komedi. Misalnya Ini Talk Show, Opera Van Java, dan sadar ga sih, Mr. Bean dan Warkop DKI adalah long life holiday film? Selalu diputar. See? Orang yang lucu dan menggembirakan akan selalu dirindukan. Jangan sekedar senyum. Jaman sekarang, senyum itu punya 2 gendang: emang senyum dari hati atau senyum sebagai topeng. Ah, dunia penuh kemunafikan. Berbahagialah dengan membuat orang lain tertawa. Karena kebanyakan dari tawa bersumber dari hal yang spontan, ketidaksengajaan, kesederhanaan, ketidakpura-puraan, dan apa adanya. Makanya tawa adalah hal yang paling jujur yang masih ada di galaxi bima sakti ini.
3. Peduli (Berbagi + Mau nolong + Berinisiatif)
Heeaaaak! Siapa di sini yang pernah terjebak dengan kata-kata "Klik Like dan ketik amin untuk membantu nenek yang miskin ini"? Selaaaw guys, waktu awal-awal nemu postingan begitu, aku pun pernah kena. Hahaha.. Tapi setelah dipikir-pikir, apa aku benar-benar sudah peduli? Apa aku benar-benar sudah menolong nenek tadi? Apa aku cuman kasihan saja? Coba renungkan deh..
Jaman ini, Kita sekarang sedang defisit kepedulian yang nyata. Serius! Egois kita membumbung tinggi bak uap air mendidih di dapur. Individualisme kita tumbuh subur layaknya lumut di tanah lembab. Hedonisme kita membabi buta. Kita selalu melihat ke atas dan jarang untuk melihat ke bawah. Makanya kita selalu merasa kurang, kurang dan kurang. Sehingga kita lupa bagaimana kawan-kawan kita yang berkekurangan. Ah kasihan sekali kita banyak lupanya yaaa? Hahaha.. Kita digerogoti penyakit "tak perna puas" dan parahnya itu ga punya obat kecuali "peduli".
Heeaaaak! Siapa di sini yang pernah terjebak dengan kata-kata "Klik Like dan ketik amin untuk membantu nenek yang miskin ini"? Selaaaw guys, waktu awal-awal nemu postingan begitu, aku pun pernah kena. Hahaha.. Tapi setelah dipikir-pikir, apa aku benar-benar sudah peduli? Apa aku benar-benar sudah menolong nenek tadi? Apa aku cuman kasihan saja? Coba renungkan deh..
Jaman ini, Kita sekarang sedang defisit kepedulian yang nyata. Serius! Egois kita membumbung tinggi bak uap air mendidih di dapur. Individualisme kita tumbuh subur layaknya lumut di tanah lembab. Hedonisme kita membabi buta. Kita selalu melihat ke atas dan jarang untuk melihat ke bawah. Makanya kita selalu merasa kurang, kurang dan kurang. Sehingga kita lupa bagaimana kawan-kawan kita yang berkekurangan. Ah kasihan sekali kita banyak lupanya yaaa? Hahaha.. Kita digerogoti penyakit "tak perna puas" dan parahnya itu ga punya obat kecuali "peduli".
Pernah ga sih memperhatikan, orang yang peduli adalah orang yang paling menarik dan dikenang yang pernah ada. Mau contoh? Mother Theresa, Anne Avantie, dan lain-lain. Apa yang mereka perbuat, searching saja. Kalo diceritakan di sini, bakalan panjang.
4. Berwawasan Luas dan Percaya Diri
Dulu, waktu masih masa pubertas, aku punya fase "Ah malu mau mulai pembicaraan..". Itu sepertinya fase terberat dalam masa peralihanku. Kalau mau bicara sama orang lain, seakan aku lagi ngunyah lem alteco, enggan berbicara. Ga tau mau ngomongin topik apa. Takut ga nyambung. Takut aku telmi (telat mikir). Takut salah bicara. Hahaha, walaupun dibilang temen-temen aku agak tomboi, aku banyak takutnya looh (astaga, bangga pulak bah!). Cuman seiring makin banyak kamu baca, makin banyak kamu tahu, kamu akan mudah berkomunkasi dengan banyak orang, dan semakin percaya dirilah kamu untuk ngobrol sama orang lain.
Yaaa, pokoknya dari ngomongin harga cabe, ngomongin politik sampe ngomongin bola, kamu nyambung. Ga perlu terlalu expert banget, cukup tau-tau sedikit saja, kamu udah punya penilaian tersendiri di mata orang lain, apalagi di mata lawan jenis. Wuidih, ga bosen deh kalo ngobrol, ada aja topiknya. Apa kamu ga jadi menarik di sekelilingmu? Ciyeeeeee....
Dulu, waktu masih masa pubertas, aku punya fase "Ah malu mau mulai pembicaraan..". Itu sepertinya fase terberat dalam masa peralihanku. Kalau mau bicara sama orang lain, seakan aku lagi ngunyah lem alteco, enggan berbicara. Ga tau mau ngomongin topik apa. Takut ga nyambung. Takut aku telmi (telat mikir). Takut salah bicara. Hahaha, walaupun dibilang temen-temen aku agak tomboi, aku banyak takutnya looh (astaga, bangga pulak bah!). Cuman seiring makin banyak kamu baca, makin banyak kamu tahu, kamu akan mudah berkomunkasi dengan banyak orang, dan semakin percaya dirilah kamu untuk ngobrol sama orang lain.
Yaaa, pokoknya dari ngomongin harga cabe, ngomongin politik sampe ngomongin bola, kamu nyambung. Ga perlu terlalu expert banget, cukup tau-tau sedikit saja, kamu udah punya penilaian tersendiri di mata orang lain, apalagi di mata lawan jenis. Wuidih, ga bosen deh kalo ngobrol, ada aja topiknya. Apa kamu ga jadi menarik di sekelilingmu? Ciyeeeeee....
5. Ga Gengsi
Ladies, hidup jangan terlalu jaim atau neko-neko. Kadang sisi ga gengsi adalah komponen yang dirindukan laki-laki kebanyakkan. Menurut beberapa teman-temanku yang cowok, bodoh amat sama make up-mu, asal kamu mau nyoba soto di warung pinggir jalan, atau panas-panasan dorong motor mogok, He will love even respect of you~~~
Ladies, hidup jangan terlalu jaim atau neko-neko. Kadang sisi ga gengsi adalah komponen yang dirindukan laki-laki kebanyakkan. Menurut beberapa teman-temanku yang cowok, bodoh amat sama make up-mu, asal kamu mau nyoba soto di warung pinggir jalan, atau panas-panasan dorong motor mogok, He will love even respect of you~~~
Tata krama dan sopan adalah wajib, tapi bukan berarti gengsi. Gengsi akan mematikan pesonamu yang ditunggu-tunggu orang lain. Ga gengsi, atau sekedar turun ke lapangan dan langsung melihat keadaan sekitar kita, akan meningkatkan derajat ke-kece-an kamu di hadapan orang lain. Ga percaya? Mau contoh lagi? Ga usah jauh-jauh deh, Silahkan lihat produk dalam negeri kaya ibu Susi Pudjiastuti, ibu Tri Rismaharini, dan lain-lain. They use less make up, tapi terlihat cantik dan indah daripada harga dan diskonan make up.
Seperti fotoku itu, simple dan aneh ya? Tapi dari situ, ada kalanya untuk mempercantik diri malah berujung tragis. Tadinya mau memperindah alis, eh malah alisnya botak. Duh! Mission Failed! Maluu woi, maluu...
Comments
Post a Comment