Skip to main content

Catatan Menuju Caturwulan I 2020 - Fly Higher, See You Beautiful Souls

kaespo.tumblr.com
“Kamu, ingin dikenang sebagai apa?”
Tulisan tentang beberapa kepergian sosok, akhirnya menjadi pembuka blog aku tahun ini. 

2020 memang tercipta berbeda. Berjalan dengan seenaknya, turut serta membawa bahagia yang penuh teka teki, dan bencana yang disusun rapi, ditambah lagi beberapa kepergian yang meluluh lantakkan hati.

Di awali dengan kepergian salah satu artis yang dikenal baik. Namanya Ashraf Sinclair. Aku tidak begitu mengenalnya. Tidak ada perhitungan apapun yang dapat memperkirakan dia akan pergi semuda itu.

Tapi dari cara orang mengenangnya, rasanya tidak ada alasan untuk tidak memberi gelar pria yang baik padanya. Gelar yang sederhana, tapi cukup langka ditemukan jaman sekarang, kan? Tidak berhenti di situ. Perpisahannya dan teman hidupnya, BCL juga mengharu biru. Sangkin mulai langkanya pernikahan yang dipisahkan oleh maut, banyak orang ikut merasakan kepedihan BCL. Semacam simpati akbar.

Nak, Jangan takut melangkah. Ga ada yang sia-sia. Tuhan mampukan. Tuhan cukupkan, Tuhan sediakan. Saya itu ga jadi orang kalo ga ada Tuhan. Oh ya, Kalau kamu cari dulu Kerajaan Allah, saya berani taruhan, seumur hidupmu ga akan kecewa terhadap apapun.”, kata dr. Ucok Martin Tambunan, Sp.P (K), saat beliau dan istrinya mengantar saya pulang dan memastikan saya baik-baik saja sampai di kost. RIP dr. Ucok Martin, Sp. P(K). Kalau ada kata lebih dari baik, santun dan panutan, saya beri pada beliau. Terimakasih dokter untuk sharing pengalaman iman dan pengalaman hidup yang luar biasa. Saya kira saya yang mau dikhotbai karena cuman saya anak muda saat itu (yang lain tinggal bapak-bapak, cobak?) Terimakasih dokter yang udah mengubah mindset saya jauh lebih baik. Your name’s been mentioned in one of my instagram’s caption, it means you’re special. Beliau udah saya anggap Bapak Angkat saya sendiri. Rest in love,doc. Tuhan beri penghiburan untuk keluarga 💔

Captionku di media sosialku. Sebab malam itu, seorang teman menginformasikan kepergian beliau lewat whatsapp group. Memang sudah jadi basic manusia, ketika mendapat berita duka, denial akan menjadi tameng terdepan. Aku cukup penasaran. Ku cari berita tentang beliau. Benar adanya. Jari jemariku mendadak agak dingin. Air mataku jatuh. Ku buka Alkitabku. Nama beliau pernah ku tulis setelah kami sharing setahun lalu. Entah bagaimana strategi Tuhan mengatur pertemuan kami, tapi memang sharing itu yang ku perlu.

Tidak cukup sampai disitu. Selang beberapa minggu, salah satu guru SD-ku. Pak Cipto namanya. Baru saja ga sengaja ku temui sebulan lalu di rumah sakit. Beliau menemani istrinya berobat. Aku sapa dia. Namun dia lupa padaku. Sedih, tapi wajar. Umurnya yang sudah tua dan lama tak jumpa-nya kami membuatku maklum. Kalau ku ingat dulu, dia itu dikenal dengan tubuh jangkung, medok ngomong Jawa, kacamata pantat botol, mobil kijang petak berwarna merah dan kalau tidak salah tulisan tangan beliau dipakai untuk menulis hasil Ijajah SD di sekolahku. Tegas, bijaksana dan enggak pernah marah. Tapi kalau sedang “nyentil” kebanyakkan tepat sasaran. Dia, guru PPKN-ku, berpulang ke keabadian. Aku begini, karena didikan beliau. Terimkasih, pak.

Baru kemarin, kakak Glenn Fredly, juga ikut-ikutan berpulang. Seakan alam mau memberi sinyal padaku sehari sebelumnya. Aku memutar lagu hits-hitsnya. Aku menulis sebuah postingan tentang “menangis”. Namun, aku tidak peka sama sekali, hingga teman satu whatsapp group mengabariku berita yang ku kira hoax. Lagi-lagi, denial-ku kambuh. Yang langsung terbersit dikepalaku kenapa orang-orang baik, orang-orang yang pernah menemani pertumbuhan pribadi dan emosionalku, kompakkan berpulangnya?! Seakan sudah janjian, hampir dalam satu bulan yang sama.

Dulu, waktu aku merasakan jatuh cinta pertama kali beserta rasa patah hati yang lumayan-lah rasanya, radio menuntun aku menemukan suara lirihnya kaka Glenn. Jaman itu, radio memang jadi partner kasmaranku. Tak peduli gebetan dengar atau tidak, namun namanya terus ku terbangkan lewat pesawat radio. Dan kalau lagi berbunga-bunga pasti request "Terpesona", kalau lagi galau request lagu “Sekali Ini Saja".

“Terpesona ku pada pandangan pertama dan tak kuasa ku menahan rinduku”

“Tuhan bila masih ku diberi kesempatan, izinkan aku untuk mencintanya. Namun bila waktu telah habis dengannya, biar cinta hidup sekali ini saja...”

Penasaran aku. Aku beli kasetnya yang bertajuk “Selamat Pagi Dunia” Beruntungnya aku, aku punya walkman. Jadi, aku cukup lama hanya punya 1 kaset dan selalu ku putar-putar ulang. Aku memang begitu. Cukup lama untuk menyukai sesuatu dan lama untuk melupakan. Apakah ini tanda-tanda setia? Eaaa...

“I will follow you, You’re the reason that I breathe..”

“Inikah akhir cerita cinta yang selalu ku banggakan di depan mereka..”

“Malaikat juga tau, siapa yang jadi juaranya…”, bahkan seseorang mengutip ini untukku.

“Separuh jalan pernah dilewati, Meski ada kecewa. Aku yang dulu tak begitu lagi, takkan ku ulangi. Jangan dulu kau berpaling beri ku kesempatan”

Jadi, ga heran kenapa aku cukup denial saat tau dia berpulang. Kakak Glenn sudah menemaniku secara tidak langsung melalui musik dan liriknya yang berjodoh pada gemercik kisah asmaraku yang indah dan luluh lantaknya perasaanku saat itu.

Terimakasih kak, sudah jadi theme song jatuh bangunnya kisahku. Ternyata, kepergianmu hampir sama pedihnya dengan kepergian yang pernah mengisi hatiku. Ya, karena kalian semua laki-laki sih. Hehehe. Ga sih kak, betjanda.

Kepergianmu indah, menjelang Paskah 2020, Paskah pertama yang tidak diadakan di Gereja karena Virus Corona. Engkau kembali ke pelukan bumi di saat akan Malam Kamis Putih.

Kepergianmu indah, setelah lahirnya putrimu Gewa. Dia cuman memahami tangisan karena lapar, haus, pooping, kepanasan. Jadi, rasaku kepergianmu pun bisa jadi hadiah atas kelahirannya. Tanda bahwa dia punya ayah yang disayang banyak manusia. Doa melimpah ruah untuk putri tunggalmu, kak.

Kepergianmu lelah, karena ada pujaan hatimu yang mulai merindu sejak kakak kembali ke peraduan. Entah bagaimana cara mengobati rindu yang memabukkan karena syair-syair indahmu.

Kepergianmu, ah sudahlah. Aku sebagai pengagummu pun ikutan nangis saat ibadah pelepasanmu disiarkan di Live Instagram. Padahal aku sedang di dalam Busway Blok M - Kota. Untung, saat itu sedang lengang dan aku pun memakai masker. Cuman eyelinerku yang rada berantakan, wkwkwk...

Kak Glenn, are you gone too soon? Ga dong ya.. Kita bukan si pemilik waktu yaa, jadi ga dapat menentukan waktu kepergianmu adalah cepat/telat/tepat. Tapi, pasti ini waktu yang terbaik.

Sampai jumpa lagi kakak Glenn Fredly dan bang Ashraf Sinclair. Sampai bertemu kembali Dokter Ucok dan Pak Cipto. Kalian berempat, berpulang secara tiba-tiba. Sungguh, orang-orang baik berjalan menuju keabadian dengan penuh kejutan.

Terimakasih telah menjadi panutan pribadi yang indah di muka bumi ini.
Terimakasih telah menjadi porosku untuk berfikir akan mimpi, usaha, toleransi, berbagi dan hal-hal positif lainnya. Sungguh, itu amanah buatku karena kalian telah menanamkan itu secara ga langsung di hidupku.
Terimakasih telah menjadi pencipta kebaikan yang tidak bersuara, namun mewangi hingga jiwa-jiwa yang tidak begitu mengenal kalian.

Terimakasih dan inilah waktunya. Beristirahatlah kalian.
Fly higher, beautiful souls. All of you are irreplaceable. See you!!

Semoga setelah tulisan ini, akan banyak tangis bahagia yang terdengar. Semesta melindungi ❤️

Comments

Popular posts from this blog

Tutorial Hampir Terlambat Untuk Bersama

Gue dulu agak pesimis dengan kekompakkan kelompok tutorial gue, mereka adalah kelompok B.1 ruang 3.13. Entahlah, gue ngerasa ada aja yang kurang di kelompok ini. Sedikit acuh tak acuh, mungkin. Kalau kelompok ini begini terus, sempat mikir pengen pindah ke kelompok lain (Tapi pasti tak mungkin), apalagi denger-denger dari senior, ketika nyusun skripsi, temen-temen tutorial kalian lah temen skripsi kalian. Emm, bukan merasa sok hebat atau gimana, tapi gue ngerasa Down To Earth aja. Skripsinya susah, mikirin temen satu doping (dosen pembimbing) lagi. Oke mending gue ngerayap didinding. Sebentar, aku perkenalkan satu per satu: Novia Giovani (211 210 002) Fransiska Sinaga (211 210 004) Mona Liany Sinaga (211 210 006) Iwan Petrus Tampubolon (211 210 008) Joab Abigail Sitompul (211 210 010) Meri Bidani Damanik (211 210 012) Gracia Medina Pinem (211 210 014) Ika Agustinawati Siahaan (211 210 016) Inrinogro (211 210 018) Agus Chandra Sembiring(211 210 020) Raskami Pe

Nyamannya di Rumah Doa Segala Bangsa, Bukit Gibeon Sibisa | #3 Anak Kota Pulang Kampung

[Anak Kota Pulang Kampung] Belakangan ini, Medan lagi dingin banget ya, berasa lagi di daerah Tapanuli Utara. Brrrr... Jadi keinget lagi dengan liburan akhir tahun lalu. Bentar, kayanya sedap nih nyeruput teh manis anget + nyelupin roti Regale.. Rumah Doa Segala Bangsa Bukit Gibeon Sibisa masih terbilang baru, diresmikan tanggal 14 Mei 2016. Akupun mengetahuinya dari beberapa teman yang udah pernah ke sana duluan. Jadi jiwa panjang kaki ku, keluar begitu saja. Rasa penasaran ku juga meningkat pesat. Intinya, ga mau ketinggalan sih, wkwkwk... Iya, aku kemarin ngotot sekali untuk mampir ke Rumah Doa Segala Bangsa Bukit Gibeon Sibisa, padahal dari segi pemetaan, bisa saja aku dan keluarga melewati jalan Tele dari Pulau Samosir untuk menuju Tarutung. Tapi, panjangnya kakiku ga bisa dilawan. Kami pun menurutinya. Hahaha.. Seperti biasa, karena kami sebelumnya nginap di Pulau Samosir, kami pun menyeberangi Danau Toba sekitar 1 jam lebih. Pemandangannya, bolak-balik b

Sensasi Unik Menginap Borough Capsule Hostel, Bali

Hari pertama begitu menginjakkan kaki di Bali, aku ga kemana-mana. Hanya sekedar singgah ke Pusat Oleh-oleh Krisna dan mencari makan malam. Aku lebih memilih ngadem di kamar hotelku. Seperti di posting -an  sebelumnya, aku menginap di Borough Capsule Hostel , Bali. Aku punya prinsip bahwa penginapan hanyalah tempat singgah, mandi dan tidur. Kecuali untuk momen spesial seperti bulan madu, penginapan menjadi hal krusial yang perlu dipilih-pilih. Maka, karena memang aku ingin punya suasana liburan yang baru, aku memilih  Borough Capsule Hostel .  Aku booking  lewat aplikasi  Traveloka . Awalnya cuman 2 malam. Kemudian setelah dipikir-pikir, aku memperpanjangnya sampai aku kembali dari Bali. Memang sih ada perubahan harga setiap harinya, tapi itu ga membuatmu lebih rugi dibandingkan dengan harga ketika booking langsung. Karena kalau booking langsung, biasanya lebih mahal. Ada beberapa jenis kamar, seperti mixed, only female, dan  variant  lainnya .  Untuk 4 malam, aku nge