
Sebuah tulisan dari Bapak B.J Habibie untuk kekasih hatinya, Ibu Ainun, belahan jiwa yang tak pernah tergantikan sepanjang masa.
Berat ditinggalkan separuh hidup, bagai burung bersayap patah. Terbang dalam ketimpangan jiwa, terombang ambing angin yang tak pasti. Bulu-bulu indah yang mulai pucat, semakin kesepian.
Kesejatian kisah mereka selalu menjadi inspirasi untuk semua kelangan. Mungkin tak seterkenal kisah Romeo dan Juliet, namun kisah mereka adalah kisah nyata bukan khayal sang shakespare. Inilah urutan hidup yang indah walau kematian adalah takdir akhir setiap manusia.
Puisi ini memang bukan untuk dideklamasikan. Tulisan ini hanya luapan kesedihan sang adam yang telah ditinggal oleh pemilik rusuknya, sang hawa. Tulisan ini bukan untuk dinilai, tulisan ini hanya untuk dihayati.
Dibalik Kehebatan seorang Habibie, seorang pelita kehidupan berada tepat dihatinya.
Dia adalah HASRI AINUN BESARI
Untukmu, Ainun Habibie
Sebenarnya ini bukan tentang kematianmu, bukan itu.
Karena, aku tahu bahwa semua yang ada pasti menjadi tiada pada akhirnya,
dan kematian adalah sesuatu yang pasti,
dan kali ini adalah giliranmu untuk pergi, aku sangat tahu itu.
Tapi yang membuatku tersentak sedemikian hebat,
adalah kenyataan bahwa kematian benar-benar dapat memutuskan kebahagiaan dalam diri seseorang,
sekejap saja, lalu rasanya mampu membuatku menjadi nelangsa setengah mati,
hatiku seperti tak di tempatnya,
dan tubuhku serasa kosong melompong, hilang isi.
Kau tahu sayang,
rasanya seperti angin yang tiba-tiba hilang berganti kemarau gersang.
Pada airmata yang jatuh kali ini, aku selipkan salam perpisahan panjang,
pada kesetiaan yang telah kau ukir, pada kenangan pahit manis selama kau ada,
aku bukan hendak mengeluh, tapi rasanya terlalu sebentar kau disini.
Mereka mengira aku lah kekasih yang baik bagimu sayang,
tanpa mereka sadari, bahwa kaulah yang menjadikan aku kekasih yang baik.
mana mungkin aku setia padahal memang kecenderunganku adalah mendua,
tapi kau ajarkan aku kesetiaan, sehingga aku setia,
kau ajarkan aku arti cinta, sehingga aku mampu mencintaimu seperti ini.
Selamat jalan,
Kau dari-Nya, dan kembali pada-Nya,
kau dulu tiada untukku, dan sekarang kembali tiada.
selamat jalan sayang,
cahaya mataku, penyejuk jiwaku,
selamat jalan,
calon bidadari surgaku ….
BJ.HABIBIE
Comments
Post a Comment