Akhirnya, aku masuk juga ke semester 2, semoga semangat aku masih membara sampai sumpah dokter kelak. *pray, amen*
Emang aku belum ada sampai 1 tahun mengenyam pendidikan di fakultas kedokteran. Tapi, malam ini aku mau share tentang kedokteran. Aku mau nyadarin bagi mereka-mereka yang mau masuk ke Fakultas Kedokteran *dan pada kenyataannya pun, aku masih perlu disadarkan*. Di dalam tulisan ini, aku ga bermaksud menjatuhkan mental ataupun menyemangati mereka-mereka yang membayangkan indahnya kelak menjadi dokter. Aku hanya mengupas sedikit, gimana rasanya jadi anak kedokteran itu.
Sadari sekali, fakultas kedokteran emang sangat diminati banyak orang. Berasa keren sekali kalau ditanya,”Lanjut kemana nih?”. Pasti dengan malu-malu terselip bangga,”di Fakultas Kedokteran, om, tante”. Ga salah sih untuk membanggakan prodi yang satu itu. Menjadi dokter itu pekerjaan mulia *pikiran orang umum*. Layaknya penolong hebat disaat sekarat. Ya! Hebat!
Tapi, menjadi dokter bukanlah hal yang mudah. Pikirkan hal-hal berikut:
1. Apa benar kalian tahu tujuan jadi dokter itu apa?
2. Apa kalian sungguh-sungggu ingin belajar jadi dokter?
3. Apa kalian sanggup menjalani proses jadi dokter?
4. Apa kalian mengerti konsekwensi jadi dokter?
5. Apa kalian, apa kalian, apa kalian???
Sebenarnya banyak pertanyaan tentang hal yang sangat berpengaruh untuk menjadi dokter. Inti dari kehidupan manusia kedokteran adalah TUJUAN, KESUNGGUHAN, PENGORBANAN dan KONSEKWENSI.
a. TUJUAN
Sadar atau tidak sadar banyak orang mengira, menjadi dokter itu mudah. Banyak orang beranggapan, menjadi dokter adalah pekerjaan yang sangat menjanjikan. Banyak orang berpikiran bahwa dengan menjadi dokter, strata sosialnya akan melambung tinggi. Menyebutkan dirinya adalah dokter adalah suatu kebanggaan yang tak ternilai. Mendapatkan gelar dokter adalah tanda ia mempunyai intelektual yang tinggi. Namun, untuk menjadi seorang dokter yang benar-benar dokter bukan itulah tujuannya.
Tujuan dari dokter adalah MELAYANI. “kau harus punya rasa empati terhadap pasienmu. Mau kau mendengarkan dia dengan baik, mau kau membuatnya nyaman ketika berobat denganmu. Dokter bukan hanya masalah kepintaran dan materi, tapi gimana hati nuranimu merasakan apa yang pasienmu rasakan.”dosen. Ya! Aku sempat kaget dengan kata-kata ini. Aku mereasa ciuuuutt sekali dengan kata-kata ini. Apa aku pantas jadi dokter? Apa aku pantas menjadi perpanjangan tangan Tuhan di dunia ini? *pikirkan, apakah kau sanggup untuk melayani?*
b. KESUNGGUHAN
“Sadari! Biaya untuk pendidikan dokter bukan hal yang murah. Ingat ayah dan ibumu mencari uang siang dan malam hanya untuk harapan kau jadi dokter. Menjadi dokter bukan hal mudah! Sekali lagi MENJADI DOKTER BUKANLAH HAL YANG MUDAH. KAU MESTI BELAJAR PAGI SIANG MALAM.”dosen. Pernah kah kalian melihat buku-buku kedokteran? Ya, tahu kah kalian, tidak sedikit mahasiswa kedokteran yang jenuh melihat buku-buku tebal itu sebelum membacanya. Namun, aku selalu berusaha menyadari,”Demi pasien-pasienku dimasa depan, gw harus melahap semua ini.”. Ga ada yang bisa sangat memotivasi diri kalian, kecuali diri kalian sendiri. Pulang praktikum entah sampai jam berapa, belum lagi tugas ini dan itu. Belum lagi banyak kuis dan berbagai macam tanda-tanda penyakit yang mesti dihapal. Salah mendiagnosis, salah memberi obat, dirimu sendiri taruhannya. Sadari! Kedokteran bukanlah pekerjaan yang mudah. Memang hidup matinya seseorang berada di tangan Tuhan, tapi bersyukulah Tuhan masih memberimu kesempatan untuk mencoba menjadi dokter dan ga pantas buatmu untuk menyianyiakannya.
c. PENGORBANAN
Ini adalah salah satu yang sangat penting. Untuk menjadi seorang dokter perlu banyak yang diketahui. Dan untuk semua itu, perlu banyak pengorbanan yang dilakukan. Dari materi, waktu sampai hal-hal yang kita impi-impikan pun mesti tertunda. Untuk soal materi, aku sudah bicara diatas tadi dan kini masalah waktu. Aku pernah menemukan kata-kata sperti ini,”calon dokter bukanlah pacar dambaan”. Sesungguhnya, menjadi pacar seorang anak kedokteran bukanlah hal yang mudah. Tak banyak waktu yang bisa dibagi untuk jalan-jalan, nonton atau apa pun itu bersama pacar. Untuk yang benar-benar ingin menjadi dokter yang benar-benar dokter, kebanyakkan waktunya dibuat untuk membaca buku, praktikum, dan berdiskusi. Jujur saja, aku belum banyak-banyak kali membaca buku, tapi hal ini mulai terasa buat kehidupanku.
d. KONSEKWENSI
Ingat baik-baik, Menjadi dokter bukan hal yang mudah. “kalau kau salah mengobati pasien, resikonya besar. Kau akan mengalami kerugian yang besar”, dosen. Haha! Gw emang masih ga percaya diri, gimana kalau aku nanti memeriksa pasien aku dan rupanya salah mendiagnosa penyakitnya? Ondeh, MALPRAKTEK bung! Mengerikan! Kedokteran sangat dekat pertemanannya dengan hukum. Salah menuliskan rekam medik saja, kalian bisa dituntut. Haissss, kebayang dong seremnya. Belum lagi dicap sebagai dokter abal-abal. Karena emang kenyataannya, banyak sekarang dokter yang hanya bergelar dokter. Aku pun takut untuk menjadi dokter yang seperti itu. Dalam pikiran aku sekarang, ”apa aku bisa????”
Emang kehidupan proses menjadi dokter bukanlah seindah gelar dr.di depan namu kelak. Gelar dr.itu berat. Namun sampai kapanpun, pekerjaan dokter emang pekerjaan paling mulia. Namun apa aku dan kalian bisa menjadi dokter yang benar-benar dokter?
Pahami..
“BANYAK ORANG TERPANGGIL,
NAMUN TAK BANYAK YANG TERPILIH.”
Ini pilihan hidup kalian untuk masa depan. Jangan salah langkah. Benar-benar pikirkan prodi apa yang ingin kalian ambil. Jangan sampai kalian berhenti ditengah jalan dan menyia-nyiakan umur dan uang orang tuamu dikemudian hari.
owya! Aku juga have fun dengan pendidikan yang aku jalani sekarang. Tergantung kitanya aja memandang sesuatu itu gimana. kalau emang bawaannya Happy, Kehidupan anak Fakultas Kedokteran seru dan sangat SESUATU. haha *LOL
Salam dariku.. J
Terima kasiiiiiihhhhhhhhh, posting lagi donk tentang perasaan kamu selama masa2 kuliah kedokteran :)
ReplyDeleteokayy kadek.. anak fk juga ya? oh ya, join yaa :D
Delete