Skip to main content

Unbelieveable Hero

Enggak terasa masa koas internaku udah hampir selesai, minggu depan juga mau ujian post test -aku ambil topik malaria. Dan enggak lupa, umur memasuki masa dimana undangan teman-teman sepermainan, menikah. Kok salah fokus? Ah, sudah lupakan.

Mumpung minggu besok adalah minggu terakhirku di interna, aku akan duduk manis di poli nefrologi, poli terakhirku dengan dokter baik, ramah, pintar dan tidak lupa kumis yang membuatnya menggelegar. Beliau adalah gambaran dokter padi, I mean Semakin Berisi Semakin Merunduk. Entahlah, diinspirasi banget. Someday, i wish i will be like him lah, hahaha, tapi dengan cara belajarku yang begini, seemed impossible. Let it flow, maybe.

Beberapa waktu yang lalu, aku ikut beliau visite pasien di ruang HD (Hemodialisa Darah) atau cuci darah. Diruangan itu dipenuhi pasien-pasien yang harus cuci darah, entah itu karena Diabetes Melitus, Glomerulonefritis kronik, yang berujung dengan Penyakit Gagal Ginjal (PGK). Disebut PGK kalo LFG (Laju Filtrasi Glomerular) udah kurang dari 60ml/menit/1,73 m3 dan sudah dalam 3 bulan. Normalnya LFG itu 125-130ml/menit/1,73 m3. Ada beberapa indikasi untuk cuci darah, antara lain LFG nya kurang dari 15ml/menit/1,73m3. Dan frekuensi dari cuci darahnya sendiri tergantung berapa ukuran ginjalnya. Bayangkan 2 buah ginjal mengecil tapi harus menyaring darah yang volumenya sama dengan volume ketika ginjal dalam kondisi normal. Wajib sekali harus cuci darah.

Aku selalu beranggapan kalau pasien sudah masuk ruang hemodialisa adalah orang-orang hebat. semangat hidupnya lebih dari orang-orang normal biasanya. Gimana enggak? Udalah sakit, mesti cuci darah, dan biaya cuci darah bukan murah. Kebanyakan kalau udah begini, pasien-pasien banyak yang give up and let God take them sooner.

"Mereka ini adalah pahlawan keluarga, semangat hidupnya tinggi", kata dokter supervisor itu.

Mengapa pahlawan? Dari diri mereka sendiri, entah apapun itu motivasinya, mereka masih berkeinginan untuk tetap hidup. Oh man! Kadang kita aja sakit sedikit langsung malas mau ngapa-ngapain, terlalu mengikuti maunya badanku. Cobalah? Jujur aja, ketika melihat seperti itu, apalagi orang yang sudah sangat lansia masih bersedia dicuci darahnya, aku merasa tertampar hebat. Aku masih sehat, bugar, dan kuat, aku masih berpangku tangan? 
Aku hidup ini tujuannya untuk apa? Duh! Let's break the world!

This is the machine


 

Comments

Popular posts from this blog

Anak Gadis Pengen Modis

Kali ini aku mau berbagi tentang salah satu kegiatan perempuan, Dandan ( Make Up ). Begini, setiap anak perempuan akan menemukan titik dimana dia akan harus berubah, entah itu berubah cara berfikir, cara memandang masa depan bahkan cara berpenampilan. Dan aku sedang di masa peralihan itu. Contohnya, aku pernah bercermin dan ngerasa ada yang kurang diwajahnya, i mean "Make apa gitu biar lebih enak dipandang?" apalagi kalo misalnya udah nambah pergaulan atau terlalu banyak kegiatan jadi penampilan mesti lebih diperhatikan. Enggak dipungkiri, objek pertama yang menjadi penilaian orang lain terhadap sosok perempuan adalah wajahnya.  Dan, aku pribadi sering sih bercermin (hahaha..), cuman ya gitu aku termasuk orang yang rada cuek terhadap penampilan. Kemeja/kaos, sepatu kets/sepatu agak ada wedges, jeans , tas selempang dan ikat rambut adalah caraku berpenampilan. Bagiku, lipstick, eyeliner, mascara dan segala alat make up adalah hal yang sanga...

Nyamannya di Rumah Doa Segala Bangsa, Bukit Gibeon Sibisa | #3 Anak Kota Pulang Kampung

[Anak Kota Pulang Kampung] Belakangan ini, Medan lagi dingin banget ya, berasa lagi di daerah Tapanuli Utara. Brrrr... Jadi keinget lagi dengan liburan akhir tahun lalu. Bentar, kayanya sedap nih nyeruput teh manis anget + nyelupin roti Regale.. Rumah Doa Segala Bangsa Bukit Gibeon Sibisa masih terbilang baru, diresmikan tanggal 14 Mei 2016. Akupun mengetahuinya dari beberapa teman yang udah pernah ke sana duluan. Jadi jiwa panjang kaki ku, keluar begitu saja. Rasa penasaran ku juga meningkat pesat. Intinya, ga mau ketinggalan sih, wkwkwk... Iya, aku kemarin ngotot sekali untuk mampir ke Rumah Doa Segala Bangsa Bukit Gibeon Sibisa, padahal dari segi pemetaan, bisa saja aku dan keluarga melewati jalan Tele dari Pulau Samosir untuk menuju Tarutung. Tapi, panjangnya kakiku ga bisa dilawan. Kami pun menurutinya. Hahaha.. Seperti biasa, karena kami sebelumnya nginap di Pulau Samosir, kami pun menyeberangi Danau Toba sekitar 1 jam lebih. Pemandangannya, bolak-bal...

Tutorial Hampir Terlambat Untuk Bersama

Gue dulu agak pesimis dengan kekompakkan kelompok tutorial gue, mereka adalah kelompok B.1 ruang 3.13. Entahlah, gue ngerasa ada aja yang kurang di kelompok ini. Sedikit acuh tak acuh, mungkin. Kalau kelompok ini begini terus, sempat mikir pengen pindah ke kelompok lain (Tapi pasti tak mungkin), apalagi denger-denger dari senior, ketika nyusun skripsi, temen-temen tutorial kalian lah temen skripsi kalian. Emm, bukan merasa sok hebat atau gimana, tapi gue ngerasa Down To Earth aja. Skripsinya susah, mikirin temen satu doping (dosen pembimbing) lagi. Oke mending gue ngerayap didinding. Sebentar, aku perkenalkan satu per satu: Novia Giovani (211 210 002) Fransiska Sinaga (211 210 004) Mona Liany Sinaga (211 210 006) Iwan Petrus Tampubolon (211 210 008) Joab Abigail Sitompul (211 210 010) Meri Bidani Damanik (211 210 012) Gracia Medina Pinem (211 210 014) Ika Agustinawati Siahaan (211 210 016) Inrinogro (211 210 018) Agus Chandra Sembiring(211 210 020) Raskami Pe...