Skip to main content

Teori HDFP (Hukum Dasar Fondasi Hidup)

PUJI TUHAN, aku baru masuk stase ke 9/14, stase Bedah. Terimakasih banyak Tuhan, Engkau memberikan kekuatan, berkat, tuntunan dan arahan yang terbaik. Enggak pernah aku menyangka, aku bisa sejauh ini, walau kadang (simplenya saja) rasanya aku pengen enggak bangun untuk WH karena lelah jaga malam dan nge-follow pasien di pagi buta. AKU, ANAKMU, GA NGERTI KALO GA ADA TUHAN YESUS.

Kali ini aku mau cerita sedikit tentang beberapa hal tentang berserah.

Aku kemarin itu sempat hampir stagnan (tidak bisa lanjut koas) karena alasan-alasan klise yang ga jelas kebenarannya untuk masuk stase yang aku harapkan. Aku ga tau lagi mau masuk stase mana, soalnya pilihan staseku tinggal sedikit, jadi ga bisa milih-milih lagi. Lagian, aku ngejar stase besar terakhirku ini biar cepat selesai stase besar dan bisa PH tahun ini.

Takut, risau, galau. Bagiku, rasanya sayang sekali 1 minggu itu terbuang percuma. Huhuhu.. Yang terjadi saat itu, aku cuman bisa ngomel-ngomel dengan nada tinggi, diam saat ditanyai kawan-kawan, tidak terlalu excited kalo diajak bicara. Ah, walau sok kuat gini, aku cukup moody juga, susah ketebak, dan sedikit panikan. Aku enggak tau mau gimana. Buram. Dikhayalanku, aku bakalan stagnan 1 minggu. Mengenaskan. 1 minggu teronggok ga jelas di kostan. 1 minggu menyambut pagi dan menunggu malam tanpa ngapa-ngapain. Totally useless. Lalu, aku memutuskan untuk mengurusnya hari Senin.

Tuhan turun tangan ketika anaknya angkat tangan!

Aku mencoba hubungi kawanku dan sodaraku yg punya andil di rumah sakit itu (ingat, bisa masuk stase yang padet peminat, adalah rezeki anak koas).

Senin pagi, hujan (Tuhan, apalagi ini?).
Aku enggak punya mobil, cuman punya motor dan mantel. Mau naik taxi atau angkot, takut macet, sementara aku mesti cepat-cepat datang karena mau ngurus stase ini, kalo ga Ancaman 1 minggu stagnan masih berada jelas 0,5 cm di depan tulang hidungku. Yaudah, yang penting aku berusaha, terserah Tuhan mau buat gimana. Gimana hasilnya, pasti baik buatku.

Sesampai disana, aku tanpa membawa surat pengantar (cuman modal nekat), aku sempat ditolak. Cuman setelah dibicarakan baik-baik, aku bisa diterima asal membayar stase dulu (Damn! Kampus-rumah sakit itu ga dekat). Yaudah, aku ikutin, daripada aku cuman duduk termangu di kostan? Lebih ngenes lagi. Bodo amat hujan, yang penting ga terbuang waktuku seminggu, itu sih motivasi aku.

Pendek cerita, akhirnya aku masuk stase bedah. PUJI TUHAN!!!

Di sini aku semakin yakin tentang beberapa Hukum Dasar Fondasi Hidup (HDFP):
HDFP 1:
TUHAN ENGGAK MENJANJIKAN HIDUPMU LURUS-LURUS SAJA, TAPI DIA JANJI AKAN MENYERTAI.
HDFP 2:
KAU ENGGAK BAKALAN DAPATKAN YANG KAU HARAPKAN TANPA USAHA.
HDFP 3:
HIDUP SALING MEMBUTUHKAN, JALINLAH KOMUNIKASI YANG BAIK TERHADAP BANYAK ORANG.
HDFP 4:
BERDOA, BERUSAHA, DAN BERSERAH ADALAH KESATUAN PAKET KESUKSESAN.
HDFP 5:
JANGAN LUPA BERSYUKUR DENGAN APA YANG KAU DAPAT, YANG PENTING ITU PASTI YANG TERBAIK.

Comments

Popular posts from this blog

Anak Gadis Pengen Modis

Kali ini aku mau berbagi tentang salah satu kegiatan perempuan, Dandan ( Make Up ). Begini, setiap anak perempuan akan menemukan titik dimana dia akan harus berubah, entah itu berubah cara berfikir, cara memandang masa depan bahkan cara berpenampilan. Dan aku sedang di masa peralihan itu. Contohnya, aku pernah bercermin dan ngerasa ada yang kurang diwajahnya, i mean "Make apa gitu biar lebih enak dipandang?" apalagi kalo misalnya udah nambah pergaulan atau terlalu banyak kegiatan jadi penampilan mesti lebih diperhatikan. Enggak dipungkiri, objek pertama yang menjadi penilaian orang lain terhadap sosok perempuan adalah wajahnya.  Dan, aku pribadi sering sih bercermin (hahaha..), cuman ya gitu aku termasuk orang yang rada cuek terhadap penampilan. Kemeja/kaos, sepatu kets/sepatu agak ada wedges, jeans , tas selempang dan ikat rambut adalah caraku berpenampilan. Bagiku, lipstick, eyeliner, mascara dan segala alat make up adalah hal yang sanga...

Nyamannya di Rumah Doa Segala Bangsa, Bukit Gibeon Sibisa | #3 Anak Kota Pulang Kampung

[Anak Kota Pulang Kampung] Belakangan ini, Medan lagi dingin banget ya, berasa lagi di daerah Tapanuli Utara. Brrrr... Jadi keinget lagi dengan liburan akhir tahun lalu. Bentar, kayanya sedap nih nyeruput teh manis anget + nyelupin roti Regale.. Rumah Doa Segala Bangsa Bukit Gibeon Sibisa masih terbilang baru, diresmikan tanggal 14 Mei 2016. Akupun mengetahuinya dari beberapa teman yang udah pernah ke sana duluan. Jadi jiwa panjang kaki ku, keluar begitu saja. Rasa penasaran ku juga meningkat pesat. Intinya, ga mau ketinggalan sih, wkwkwk... Iya, aku kemarin ngotot sekali untuk mampir ke Rumah Doa Segala Bangsa Bukit Gibeon Sibisa, padahal dari segi pemetaan, bisa saja aku dan keluarga melewati jalan Tele dari Pulau Samosir untuk menuju Tarutung. Tapi, panjangnya kakiku ga bisa dilawan. Kami pun menurutinya. Hahaha.. Seperti biasa, karena kami sebelumnya nginap di Pulau Samosir, kami pun menyeberangi Danau Toba sekitar 1 jam lebih. Pemandangannya, bolak-bal...

Tutorial Hampir Terlambat Untuk Bersama

Gue dulu agak pesimis dengan kekompakkan kelompok tutorial gue, mereka adalah kelompok B.1 ruang 3.13. Entahlah, gue ngerasa ada aja yang kurang di kelompok ini. Sedikit acuh tak acuh, mungkin. Kalau kelompok ini begini terus, sempat mikir pengen pindah ke kelompok lain (Tapi pasti tak mungkin), apalagi denger-denger dari senior, ketika nyusun skripsi, temen-temen tutorial kalian lah temen skripsi kalian. Emm, bukan merasa sok hebat atau gimana, tapi gue ngerasa Down To Earth aja. Skripsinya susah, mikirin temen satu doping (dosen pembimbing) lagi. Oke mending gue ngerayap didinding. Sebentar, aku perkenalkan satu per satu: Novia Giovani (211 210 002) Fransiska Sinaga (211 210 004) Mona Liany Sinaga (211 210 006) Iwan Petrus Tampubolon (211 210 008) Joab Abigail Sitompul (211 210 010) Meri Bidani Damanik (211 210 012) Gracia Medina Pinem (211 210 014) Ika Agustinawati Siahaan (211 210 016) Inrinogro (211 210 018) Agus Chandra Sembiring(211 210 020) Raskami Pe...