Skip to main content

A Disappear Inner Circle

 Beberapa hari yang lalu, aku pengen menelpon adekku yang paling kecil, panggil saja namanya Leo, karena dia sebelumnya ada menelponku pas aku lagi kerja, cuman enggak sempat aku angkat. Begitu pulang ke rumah, sms dia pun aku lupa balas karena aku langsung jleb, tidur. Capek. Iya, capek.

"Halo...", kata sambut seperti biasa.
"Halo kak...", rupanya mama yang mengangkat telpon Leo.
"Oh ya ma, mana Leo ma?"
"Lagi mandi dia.. Kenapa kak?"
"Gapapa ma, tadi siang dia nelpon dan sms kakak.."
"Oo iya.."
Entah bagaimana, ada bagian beberapa detik, dimana cuman pulsa yang terbuang aku seperti tidak ada niat menanyakan kabar mama dan ayah.
"Yaudah ma, nanti bilang aja sama leo ma, telpon kakak..", dan bodohnya kalimat itu yang terucap. Ckckck... Mungkin beberapa neurotransmitter ku sedang under reconstruction karena beberapa hari yang padat dan kurang tidur, ditambah lagi badan enggak fit.
"Iya kak.. Gimana kabar? Lagi dimana?", yak mama mesti bertanya duluan. Aku percuma jadi anak, tidak perhatian - I judge my own self.
"Masih batuk ma. Lagi jaga di rumah sakit ma.."
"Bagus-bagus kerjanya, dijaga kesehatannya, banyak minum air putihnya..", mama menasehati like usual, dan di situ baru lancar saraf-saraf sensorik beroprasi.
"iya ma.. Yaudah ma, kakak lanjut dulu ya.. Mama jaga kesehatan ya..", ya gitulah penutupnya.
Hasil gambar untuk family cartoon
Ketika selesai menelpon, barulah aku nyadar, kenapa secuek itu aku tadi? Apa karena aku emang fokus ke Leo aja? Apa karena aku sedang kelelahan? Sedih juga, kenapa justru mama yang lebih perhatian sama anaknya, sementara anaknya ini, jawab seadanya, bertanya pun tidak. Sedih kali, ngerasa paok(bodoh.red) maksimal.

Aku aja cuman gitu, ngerasa sedih kali, gimana dengan anak-anak yang mutlak jauh dari orang tua sejak kecil, dibiarkan tumbuh dengan lebih banyak waktu dengan kakek/neneknya, atau bahkan pembantu. Ya, memang dulu waktu kecil, sekitar umur 2-3 tahun aku lebih banyak waktu bersama pembantu. Mama kerja, ayah lagi sibuk nyelesain PPDS (Program Profesi Dokter Spesialis)nya. Aku tidak begitu jelas begimana waktu itu, cuman rasaku aku masih sering bermain sama ayah atau mama. Mereka berdua emang pasangan paling ideal sepanjang masa. Ayah, the most wanted future husband. Mama, the most role mode for my life. Mereka bisa membagi waktu, saling pengertian, saling dan saling lah. 

Nah, aku enggak tau gimana anak-anak yang tumbuh tanpa perhatian. Orangtua lebih fokus ke karir, bersosialita sesuka hati, anak asal berkembang dengan segala kemudahan. Orangtua, panutan mereka dan pendidik kepribadian mereka, hilang. Berjalan dengan kompas yang rusak dan bertingkah seolah-olah apa yang dilakukan selalu benar. Kasih sayang mereka didapatkan dari pergaulan yang entah bagus entah sebaliknya. Kasihan.

Aku, patut bersyukur. Aku, salah satu anak yang diciptakan di dalam keluarga yang menganut penuh kasih sayang dan perhatian, kesederhanaan, tumbuh berkarakter dan pokoknya segala sesuatunya bisa dibilang berkat yang sudah jarang ditemukan di dunia era ini.
Terima kasih, Tuhan dan semesta :)

Comments

Popular posts from this blog

Anak Gadis Pengen Modis

Kali ini aku mau berbagi tentang salah satu kegiatan perempuan, Dandan ( Make Up ). Begini, setiap anak perempuan akan menemukan titik dimana dia akan harus berubah, entah itu berubah cara berfikir, cara memandang masa depan bahkan cara berpenampilan. Dan aku sedang di masa peralihan itu. Contohnya, aku pernah bercermin dan ngerasa ada yang kurang diwajahnya, i mean "Make apa gitu biar lebih enak dipandang?" apalagi kalo misalnya udah nambah pergaulan atau terlalu banyak kegiatan jadi penampilan mesti lebih diperhatikan. Enggak dipungkiri, objek pertama yang menjadi penilaian orang lain terhadap sosok perempuan adalah wajahnya.  Dan, aku pribadi sering sih bercermin (hahaha..), cuman ya gitu aku termasuk orang yang rada cuek terhadap penampilan. Kemeja/kaos, sepatu kets/sepatu agak ada wedges, jeans , tas selempang dan ikat rambut adalah caraku berpenampilan. Bagiku, lipstick, eyeliner, mascara dan segala alat make up adalah hal yang sanga...

Nyamannya di Rumah Doa Segala Bangsa, Bukit Gibeon Sibisa | #3 Anak Kota Pulang Kampung

[Anak Kota Pulang Kampung] Belakangan ini, Medan lagi dingin banget ya, berasa lagi di daerah Tapanuli Utara. Brrrr... Jadi keinget lagi dengan liburan akhir tahun lalu. Bentar, kayanya sedap nih nyeruput teh manis anget + nyelupin roti Regale.. Rumah Doa Segala Bangsa Bukit Gibeon Sibisa masih terbilang baru, diresmikan tanggal 14 Mei 2016. Akupun mengetahuinya dari beberapa teman yang udah pernah ke sana duluan. Jadi jiwa panjang kaki ku, keluar begitu saja. Rasa penasaran ku juga meningkat pesat. Intinya, ga mau ketinggalan sih, wkwkwk... Iya, aku kemarin ngotot sekali untuk mampir ke Rumah Doa Segala Bangsa Bukit Gibeon Sibisa, padahal dari segi pemetaan, bisa saja aku dan keluarga melewati jalan Tele dari Pulau Samosir untuk menuju Tarutung. Tapi, panjangnya kakiku ga bisa dilawan. Kami pun menurutinya. Hahaha.. Seperti biasa, karena kami sebelumnya nginap di Pulau Samosir, kami pun menyeberangi Danau Toba sekitar 1 jam lebih. Pemandangannya, bolak-bal...

Tutorial Hampir Terlambat Untuk Bersama

Gue dulu agak pesimis dengan kekompakkan kelompok tutorial gue, mereka adalah kelompok B.1 ruang 3.13. Entahlah, gue ngerasa ada aja yang kurang di kelompok ini. Sedikit acuh tak acuh, mungkin. Kalau kelompok ini begini terus, sempat mikir pengen pindah ke kelompok lain (Tapi pasti tak mungkin), apalagi denger-denger dari senior, ketika nyusun skripsi, temen-temen tutorial kalian lah temen skripsi kalian. Emm, bukan merasa sok hebat atau gimana, tapi gue ngerasa Down To Earth aja. Skripsinya susah, mikirin temen satu doping (dosen pembimbing) lagi. Oke mending gue ngerayap didinding. Sebentar, aku perkenalkan satu per satu: Novia Giovani (211 210 002) Fransiska Sinaga (211 210 004) Mona Liany Sinaga (211 210 006) Iwan Petrus Tampubolon (211 210 008) Joab Abigail Sitompul (211 210 010) Meri Bidani Damanik (211 210 012) Gracia Medina Pinem (211 210 014) Ika Agustinawati Siahaan (211 210 016) Inrinogro (211 210 018) Agus Chandra Sembiring(211 210 020) Raskami Pe...