Skip to main content

Dua Bulan Pertama Jadi Dokter Internship di Sumbawa Besar | Jilid 2


"Peng, kau internship atau ga sih? Itu daftar liburan mu ngalah-ngalahin jadwal jaga", beberapa teman nge-dm aku, tidak lama setelah aku update instastory tempat-tempat wisata di sekitar Nusa Tenggara Barat. Wait, sebelum aku cerita banyak, aku mau kasih tau kalo aku memang dipanggil Nopeng (panggilan sejak di kuliah) atau Nopiporn (Plesetan dari username instagramku). Gitu.


Sesampainya aku di sini, kehidupan sedikit berubah. Bertemu dengan banyak karakter-karakter baru yang mau ga mau harus ku kenali kalau tidak manalah bisa aku beradaptasi. Menyesuaikan dengan tata krama, kebiasaan dan bahasa daerah Sumbawa. Bahkan, cuaca di sini yang belakangan sudah lama tidak ada hujan. Hampir ku kira, Sumbawa adalah bagian dari Timur Tengah yang nyasar tercipta di Indonesia.


Aku bersyukur ditakdirkan sementara di sini, ya walau dengan konsekwensi agak lebih jauh dari orangtua. Tapi, jauh-jauh hari memang sudah pasti dipikirkan matang segala dampak yang ada. Dari mulai kalo sakit, siapa yang ngurus? Kalo ada apa-apa, minta tolong sama siapa karena di sini memang ga punya kenalan? Mungkin tidak pulang selama setahun karena budget tiket yang lumayan dalam ngerogoh kocek. Tapi, satu kalimat film Ngenest ku bawa ke sini,''Tidak semua yang kita inginkan akan terwujud dan tidak semua yang kita takutkan terjadi". Yes, sometimes we need go with the flow.


"Gimana kemarin minta izin sama orang tua?".

"Aku dulu sebenarnya ga dibolehin jauh-jauh".

Itulah kira-kira pembuka cerita ketika ngobrol dengan teman-teman yang memang bukan asli Lombok atau Sumbawa. Wkwkwk. Mungkin nanti, ketika punya anak pun aku, melepasnya agak jauh, buat aku sedikit bimbang. Tapi, memang berkompromi adalah jalan yang paling baik ketika melawan kekhawatiran orangtua. 

Tentang internship di sini. Sampai aku bercerita di blogpost ini, aku sudah dua setengah bulan di sini. Dengan segala kemudahan yang tiba-tiba datang, seakan Tuhan tidak begitu membuatku pusing untuk hidup di sini. Yang sempat ku khawatirkan, nyatanya tidak terjadi seperti yang kubayangkan. Ini mungkin bukti "Tuhan mencukupkanmu. Tuhan memberi yang kau butuhkan". Tidak risau-risau amat, kok.



Lingkungan internship yang baik dan welcome sekali. Aku suka dengan lingkungan kerjaku. Punya hubungan partner kerja yang saling ngingetin dan berbagi pengalaman. Waliau kadang kesal dengan kedisiplinan  yang ada, toh lambat laun aku sadari, malah itu buatku jauh lebih baik. Lah, bukannya besi lebih berguna dan berharga setelah dibentuk? Ah, aku bersyukur berada di sini. Aku sesungguhnya benar-benar membutuhkan pengalaman yang begini. Hidupku sudah lama bertapa di zona nyaman. Hehehe.. 

Tapi, memang bawaan badanku sejak koas tidak berubah. Pasien banyak dan pasti ada saja pasien yang sangat gawat. Wkwkwk. Apa ini tanda aku cocok kerja di IGD? Kata kawanku, aku kaya patung kucing yang ada di tokok cina, manggil-manggil pelanggan. Hahaha. Mbuh, sakarep Gusti wae. pokok'e semoga Dia semakin menunjukkan dulu dimana aku bekerja dengan baik, kan gitu. Sejauh ini emang karakterku agak malas bekerja dikeadaan sangat genting, walau sering dilatih Gusti untuk menghadapi hal yang mendadak. Hahaha..



By the way, kurang dari sepuluh bulan lagi aku tinggal di sini, tapi sudah cukup banyak cerita yang ku bawa pulang nanti. Senang, lucu, sedih, kesal, deg-degan, bangga. Sumbawa, adalah keluarga baru yang entah bagaimana alasan aku bertemu mereka lagi nanti setelah aku kembali ke tempat asalku. Dua setengah bulan yang ajaib, yang kukira aku bakal kalah karena inilah pertama kali merantau beda pulau, beda zona waktu dari keluarga, atau bahkan banyak yang meragukan aku untuk pergi sejauh ini. 



Mungkin, ini awal aku merantau lebih jauh nantinya. Atau mulai berpikir, dekat keluarga adalah rindu yang tidak bisa ku obati dengan apapun walaupun kecanggihan teknologi merasa membuatku  tetap dekat dengan mereka. Pada akhirnya, semua keinginan, kriteria dan keegoisan akan kalah ketika kenyamanan hati menjadi tiang paling kuat. 

Comments

  1. Halo Mbak Salam kenall..

    Aku jg pertama kali merantau di Sumbawa Besar yaitu tahun 2015-2016 satu tahun gtu. Emg bener mbak org Sumbawa itu baik2 dan kekeluargaannya erat bgt, sayangnya aku blm bisa main kesana lg.. Semangat yaa Mbakkkk di rantauuu..

    ReplyDelete
  2. wah merantau kerjaa dimana mba? Iya, mereka welcome sekali... Iya mba, sukses di tempat baru nya mba :))

    ReplyDelete

Post a Comment

Popular posts from this blog

Anak Gadis Pengen Modis

Kali ini aku mau berbagi tentang salah satu kegiatan perempuan, Dandan ( Make Up ). Begini, setiap anak perempuan akan menemukan titik dimana dia akan harus berubah, entah itu berubah cara berfikir, cara memandang masa depan bahkan cara berpenampilan. Dan aku sedang di masa peralihan itu. Contohnya, aku pernah bercermin dan ngerasa ada yang kurang diwajahnya, i mean "Make apa gitu biar lebih enak dipandang?" apalagi kalo misalnya udah nambah pergaulan atau terlalu banyak kegiatan jadi penampilan mesti lebih diperhatikan. Enggak dipungkiri, objek pertama yang menjadi penilaian orang lain terhadap sosok perempuan adalah wajahnya.  Dan, aku pribadi sering sih bercermin (hahaha..), cuman ya gitu aku termasuk orang yang rada cuek terhadap penampilan. Kemeja/kaos, sepatu kets/sepatu agak ada wedges, jeans , tas selempang dan ikat rambut adalah caraku berpenampilan. Bagiku, lipstick, eyeliner, mascara dan segala alat make up adalah hal yang sanga...

Nyamannya di Rumah Doa Segala Bangsa, Bukit Gibeon Sibisa | #3 Anak Kota Pulang Kampung

[Anak Kota Pulang Kampung] Belakangan ini, Medan lagi dingin banget ya, berasa lagi di daerah Tapanuli Utara. Brrrr... Jadi keinget lagi dengan liburan akhir tahun lalu. Bentar, kayanya sedap nih nyeruput teh manis anget + nyelupin roti Regale.. Rumah Doa Segala Bangsa Bukit Gibeon Sibisa masih terbilang baru, diresmikan tanggal 14 Mei 2016. Akupun mengetahuinya dari beberapa teman yang udah pernah ke sana duluan. Jadi jiwa panjang kaki ku, keluar begitu saja. Rasa penasaran ku juga meningkat pesat. Intinya, ga mau ketinggalan sih, wkwkwk... Iya, aku kemarin ngotot sekali untuk mampir ke Rumah Doa Segala Bangsa Bukit Gibeon Sibisa, padahal dari segi pemetaan, bisa saja aku dan keluarga melewati jalan Tele dari Pulau Samosir untuk menuju Tarutung. Tapi, panjangnya kakiku ga bisa dilawan. Kami pun menurutinya. Hahaha.. Seperti biasa, karena kami sebelumnya nginap di Pulau Samosir, kami pun menyeberangi Danau Toba sekitar 1 jam lebih. Pemandangannya, bolak-bal...

Tutorial Hampir Terlambat Untuk Bersama

Gue dulu agak pesimis dengan kekompakkan kelompok tutorial gue, mereka adalah kelompok B.1 ruang 3.13. Entahlah, gue ngerasa ada aja yang kurang di kelompok ini. Sedikit acuh tak acuh, mungkin. Kalau kelompok ini begini terus, sempat mikir pengen pindah ke kelompok lain (Tapi pasti tak mungkin), apalagi denger-denger dari senior, ketika nyusun skripsi, temen-temen tutorial kalian lah temen skripsi kalian. Emm, bukan merasa sok hebat atau gimana, tapi gue ngerasa Down To Earth aja. Skripsinya susah, mikirin temen satu doping (dosen pembimbing) lagi. Oke mending gue ngerayap didinding. Sebentar, aku perkenalkan satu per satu: Novia Giovani (211 210 002) Fransiska Sinaga (211 210 004) Mona Liany Sinaga (211 210 006) Iwan Petrus Tampubolon (211 210 008) Joab Abigail Sitompul (211 210 010) Meri Bidani Damanik (211 210 012) Gracia Medina Pinem (211 210 014) Ika Agustinawati Siahaan (211 210 016) Inrinogro (211 210 018) Agus Chandra Sembiring(211 210 020) Raskami Pe...