Skip to main content

One Day Trip Moyo Island | Nusa Tenggara Barat


Salah satu destinasi terbaik di kawasan Nusa Tenggara Barat dan lumayan tersohor sampai ke luar negeri adalah Pulau Moyo. Awalnya, mungkin kita lebih familiar dengan Pulau Lombok dengan banyaknya pantai eksotis dan pulau-pulau ciamik di sekitarnya. Nyatanya, dari kawasan Pulau Sumbawa masih tersimpan Pulau Moyo yang diam-diam bisa buat kita terpesona. Hemm... Ya setelah beberapa drama sebelum berangkat untuk liburan singkat ini, akhirnya aku dan beberapa teman berhasil untuk memijakkan kaki di Pulau Moyo.


Berawal dari promosi Open Trip Pulau Moyo untuk 50 orang dari seorang teman, kami ga nyia-nyiain kesempatan itu. Harganya cukup terjangkau dibanding dengan Trip Agency lainnya, yaitu Rp 170.000/orang dengan fasilitas kapal PP, guide, sarapan dan makan siang, biaya masuk desanya, ojek jaga-jaga ketika nge-tracking. Spot tujuannya yaitu: Air Terjun Mata Jitu, Kolam Lady Diana, Kolam Biru, Takat Segele (Tempat Snorkeling).


Kami disarankan sampai di pelabuhan Jempol sekitar jam 7.30 WITA karena kami diberikan sarapan terlebih dahulu. Unfortunately, seharusnya berangkat jam 08.00 WITA, tapi ngaret jadi jam 09.00 WITA. Hal itu dikarenakan air lautnya masih agak surut sehingga kapal susah merapat ke dermaga. Then, start dari Pantai Jempol naik kapal.



Dari Pulau Sumbawa ke Pulau Moyo memakan waktu sekitar 1,5-2 jam. Selama perjalanan, kita ga akan bosan, karena bakalan disuguhin pesona alam yang cantik. Dari sisi kiri, kita dimanjakan dengan pemandangan laut lepas yang tidak nampak satu pulau pun jadi batas dan makin ke tengah airnya semakin biru. Dari sisi kanan, penampakkan sepanjang pesisir Pulau Sumbawa dan padang rumut hijau dengan beberapa pohonnya atau ladang jagung yang menguning. Selama perjalanan, cuaca cukup terik dan ombak juga ga terlalu tinggi. Oh ya, kira-kira setelah sejam perjalanan, kita juga bakal nampak menara Tanjung Menangis. Di saat bersamaan, ada ikan-ikan yang lompat.



Sampai di Pulau Moyo, dasar laut semakin terlihat jelas. Airnya berwarna biru terang karena tidak begitu dalam. Duh, ku kira warna biru itu cuman efek kamera saja, rupanya memang sejernih itu, genks! Nah, begitu merapat, kita disediakan rumah singgah kalau mau ganti baju atau buang air sebelum tracking ke spot-spot tujuan. Di awal mau pergi, yang ga mau ikutan tracking, juga disediakan ojek, tapi di luar biaya trip, kalo ga salah sih Rp 100.000/ orang. Nah, itu berlaku cuman untuk 2 jam setelah kita sampai di spot tujuannya. Kalo menurutku sih, sayang banget, kita ga puas nanti. Lebih baik kita jalan kaki aja dulu, nanti kalo capek, baru naik ojek deh, toh kan ada ojek jaga-jaga.


Untuk sinyal internet, di Pulau Moyo masih dapat sinyal 3G atau H+ Telkomsel. Tapi pas masuk spot-spotnya, sinyal internet lenyap. Wkwkwk.. Ya tapi ada hikmahnya kok, kita ga melulu update sehingga kita bisa bener-bener nikmatin suasana alam. Update-nya entaran aja deh, hehehe...



Jarak dari rumah singgah ke air terjun Mata Jitu sekitar 7 km, bisa ditempuh jalan kaki dengan memakan waktu sekitar 1 jam lebih atau menggunakan ojek sekitar 20 menit. Jalannya memang ada jalan semen, cuman lebih banyak jalan yang jelek dan naik turun. Aku awalnya memilih jalan kaki, cuman 3/4 perjalanan aku memilih naik ojek. Hahaha.. Ga kuat, shaay.. Nampak banget udah jarang olahraga. Sepanjang perjalanan kita bakalan disuguhin dengan pemandangan hutan dan perkebunan warga. Oh ya, di sini banyak kebun jambu mete, lho... Nah kalo mau pulang nanti, bisa naik ojek dengan harga Rp 30.000/orang langsung dari titik pertemuan.






Dari titik peretemuan semua peserta ke Air Terjun Mata Jitu dan Kolam Biru, kita mesti jalan lagi sekitar 150m. Ga bisa dilalui ojek karena jalannya menurun dan setapak. Tenang, ga secapek jalan kaki sebelumnya kok. Wkwkwk.. Sepanjang perjalanan perlahan-lahan kita bakalan dengar suara air terjun yang cukup deras dan mulai tampak aliran airnya. 





Sesampainya di sana kita bakalan nampak Air Terjun Mata Jitu dari atas. Wohoo! Lalu kita turun ke bawah dan tadaaaaa.. Nampak deh air terjunnya. Ketika sampai di Air Terjun Mata Jitu, capek kita hilang, apalagi kalau sudah berenang di Kolam Biru Alirannya berwarna biru kehijauan karena airnya memang cukup jernih dengan dasarnya masih banyak lumut dan tumbuh-tumbuhan air. Oh ya, hati-hati juga, kata temanku yang pernah ke sini, kadang ada ular muncul. Tapi, Puji Tuhan selama perjalanan, aku ga ada nemuin ular sih, hehehe..











Setelah kira-kira satu jam di Air Terjun Mata Jitu, kami beranjak ke Kolam Lady Diana. Kira-kira 15-20 menit, kita sudah sampai Kolam Lady Diana. Menurut info dari guide, alasan disebut Kolam Lady Diana, karena dulu di tahun 90-an Lady Diana pernah ke sini. Dan karena itu juga banyak turis yang lebih memilih ke Kolam Lady Diana dibanding Air Terjun Mata Jitu. Entah kenapa, Air Terjun Mata Jitu lebih menarik buatku.



Di samping kolam Lady Diana, ada kuburan orang Swiss yang katanya sangat jatuh cinta dengan alam Pulau Moyo, jadi dia ingin dikebumikan di Pulau Moyo. Setiap tahun, keturunan beliau datang ke Pulau Moyo untuk nyekar gitu. Waaah... Segitunya kalau sedang jatuh cinta ya.




Karena waktu sudah mulai petang, kami tidak begitu lama di Kolam Lady Diana. Hanya berenang sebentar dan makan siang. Kemudian kami kembali ke rumah singgah dan aku memilih langsung naik ojek, hahaha...



Kami bergegas naik kapal kembali dan sejenak menyempatkan waktu untuk berhenti di Takat Sagele. Katanya di Takat Sagale adalah tempat budidaya terumbu karang ke dua setelah Bunaken.  Sebenarnya cuaca kurang baik untuk snorkeling, cuman karena ditawarin, aku mencobanya. Ga sampai setengah jam, kami naik lagi ke kapal karena angin dan ombak lumayan besar. Hahaha... Karena buru-buru naik, aku juga mendapat luka memar di badan. wkwkwk.. Akhirnya kami pun langsung pulang menuju Pelabuhan Pantai Jempol sambil menikmati sunset. Pokoknya, kami basah dan kering di perjalanan.



Oh ya, sebelumnya kemarin sempat cerita dengan tukang ojeknya katanya sih di Pulau Moyo cuman punya Puskesmas, itu pun belum dimanfaatkan, belum punya dokter, perawat maupun bidan. Jadi kalau ada pasien, langsung dirujuk ke Pulau Sumbawa, Hemm.. Di Pulau Moyo pun listrik hidup hanya setengah hari dari jam 18.00-06.00. Waduh!

Saran: 
1. Jangan sampai ga sarapan, karena bakalan tracking. Oh ya, walaupun tetep ada air minum dari panitia, aku tetep nyaranin kita persiapan air minum pribadi.
2. Kalo bisa sempatkan tidur di kapal ya.
3. Bawa selendang karena rada panas. Dan ga usah bawa baju ganti, toh juga pas mau pulang, mau snorkling. Kan basah lagi. Jadi basah dan kering di jalan, hehehe..

Comments

  1. Seru banget ih liburannya. Paling bikin ngiler lihat Air Terjun Mata Jitu. Berharap suatu hari bisa ke sana juga.

    ReplyDelete
    Replies
    1. iya mba, liburan yang suka jalan-jalan ke alam rekomendasi deh ke sini..

      Delete
  2. 170K itu meetpo dimana mba ?

    Murah bgt

    ReplyDelete

Post a Comment

Popular posts from this blog

Anak Gadis Pengen Modis

Kali ini aku mau berbagi tentang salah satu kegiatan perempuan, Dandan ( Make Up ). Begini, setiap anak perempuan akan menemukan titik dimana dia akan harus berubah, entah itu berubah cara berfikir, cara memandang masa depan bahkan cara berpenampilan. Dan aku sedang di masa peralihan itu. Contohnya, aku pernah bercermin dan ngerasa ada yang kurang diwajahnya, i mean "Make apa gitu biar lebih enak dipandang?" apalagi kalo misalnya udah nambah pergaulan atau terlalu banyak kegiatan jadi penampilan mesti lebih diperhatikan. Enggak dipungkiri, objek pertama yang menjadi penilaian orang lain terhadap sosok perempuan adalah wajahnya.  Dan, aku pribadi sering sih bercermin (hahaha..), cuman ya gitu aku termasuk orang yang rada cuek terhadap penampilan. Kemeja/kaos, sepatu kets/sepatu agak ada wedges, jeans , tas selempang dan ikat rambut adalah caraku berpenampilan. Bagiku, lipstick, eyeliner, mascara dan segala alat make up adalah hal yang sanga...

Nyamannya di Rumah Doa Segala Bangsa, Bukit Gibeon Sibisa | #3 Anak Kota Pulang Kampung

[Anak Kota Pulang Kampung] Belakangan ini, Medan lagi dingin banget ya, berasa lagi di daerah Tapanuli Utara. Brrrr... Jadi keinget lagi dengan liburan akhir tahun lalu. Bentar, kayanya sedap nih nyeruput teh manis anget + nyelupin roti Regale.. Rumah Doa Segala Bangsa Bukit Gibeon Sibisa masih terbilang baru, diresmikan tanggal 14 Mei 2016. Akupun mengetahuinya dari beberapa teman yang udah pernah ke sana duluan. Jadi jiwa panjang kaki ku, keluar begitu saja. Rasa penasaran ku juga meningkat pesat. Intinya, ga mau ketinggalan sih, wkwkwk... Iya, aku kemarin ngotot sekali untuk mampir ke Rumah Doa Segala Bangsa Bukit Gibeon Sibisa, padahal dari segi pemetaan, bisa saja aku dan keluarga melewati jalan Tele dari Pulau Samosir untuk menuju Tarutung. Tapi, panjangnya kakiku ga bisa dilawan. Kami pun menurutinya. Hahaha.. Seperti biasa, karena kami sebelumnya nginap di Pulau Samosir, kami pun menyeberangi Danau Toba sekitar 1 jam lebih. Pemandangannya, bolak-bal...

Tutorial Hampir Terlambat Untuk Bersama

Gue dulu agak pesimis dengan kekompakkan kelompok tutorial gue, mereka adalah kelompok B.1 ruang 3.13. Entahlah, gue ngerasa ada aja yang kurang di kelompok ini. Sedikit acuh tak acuh, mungkin. Kalau kelompok ini begini terus, sempat mikir pengen pindah ke kelompok lain (Tapi pasti tak mungkin), apalagi denger-denger dari senior, ketika nyusun skripsi, temen-temen tutorial kalian lah temen skripsi kalian. Emm, bukan merasa sok hebat atau gimana, tapi gue ngerasa Down To Earth aja. Skripsinya susah, mikirin temen satu doping (dosen pembimbing) lagi. Oke mending gue ngerayap didinding. Sebentar, aku perkenalkan satu per satu: Novia Giovani (211 210 002) Fransiska Sinaga (211 210 004) Mona Liany Sinaga (211 210 006) Iwan Petrus Tampubolon (211 210 008) Joab Abigail Sitompul (211 210 010) Meri Bidani Damanik (211 210 012) Gracia Medina Pinem (211 210 014) Ika Agustinawati Siahaan (211 210 016) Inrinogro (211 210 018) Agus Chandra Sembiring(211 210 020) Raskami Pe...