Pagi kembali malam
Atau seperti balon berisi helium, aku lepas. Ya aku lepaskan sebebasnya.
Aku tidak bertanya kemana perginya.
Matahari tak pernah bertemu dengan bintang.
Cuman bulan yang sudah diatur, selalu bersama bintang.
Bila suatu waktu, menjelang subuh
Sinar matahari ingin terbit.
Bintang akab menghilang, dia setia pada bulan. Dan seharusnya seperti itu.
Kamu bukan pagi bahkan malam
Apalagi matahari atau bulan ataupun bintang. Kamu manusia.
Aku berhenti menyebut namamu dalam percakapanku dengan Tuhan.
Tidak, tidak mendoakan apa yang kuharapkan, menjadi nyata, apalagi tentang kamu.
Aku semakin sadar, kamu hanyalah karya Tuhan yang terhebat yang pernah terselip dalam skenario Tuhan buatku. Betapa beruntungnya aku kan?
Jikalaupun aku bahagia denganmu, aku akan menyimpannya. Cukup menyimpannya. Anggap saja itu harta karun yang sudah lenyap petanya.
Tapi, sekarang sudah berbeda. Tuhan menegarkan segala kepedihan. Aku tidak diizinkan untuk menangis lagi. Apalagi, ketika otakku bertengkar dengan hati, menyuruh nurani untuk berdrama, menangis dan menghabiskan tissue. Sayang, aku tidak bodoh lagi, menangisi orang yang bisa jadi bukan jodohku, hehehe..
Sekarang, aku bercerita sama Dia, sosok yang menjadi kriteriaku, membebaskan dan membuka kembali hatiku untuk siapa saja yang mencoba masuk.
Namun aku membangun keikhlasan, ikhlas entah siapa pasangan hidupku kelak. Semakin banyak yang kau serahkan, semakin banyak yang kau diberikan.
Tugasku telah selesai untuk menyayangi kamu. Aku tidak tahu, aku sudah berada diakhir untuk mengenalmu, aku tidak mau takabur.
Kini, tugas Tuhan dan orang lain lah yang akan menjaga hatimu dan hatiku.
Comments
Post a Comment