Skip to main content

Menunggu Alarm

Segala penat, lelah, dan jenuh bertumpuk di satu sisi. Dan disini aku semakin mengerti, keputusan untuk tidak berkomitmen untuk pacaran masa sekarang, adalah keputusan yang pas. Mengambil keputusan bersama Tuhan, menghasilkan hal yang baik.

Ya sekaranh, aku ibarat anak balita yang mulai tumbuh, mulai mengangkat kepalanya walau bolak balik terjatuh, berusaha berjalan dengan kaki sendiri walau masih sering tersungkur. Tapi bedanya, bukan orangtuaku lagi yang mengangkatku, menolongku seperti saat aku bayi. Sekarang aku lebih mempercayakan langkahku padaNya, biar suka-suka Tuhan membimbingku, karena aku yakin, Bapa enggak menuntunku ke jurang, walau sedangkal apapun jurang itu.

Memang, dunia kerja itu kejam, terlalu banyak tetek-bengeknya, terlalu banyak "hal-hal" yang lebih kuat berbicara daripada hati nurani sendiri. Ketika kita  ingin tetap idealis dengan jalan yang lurus, itu sulit. Aku baru tahu, menopang salib Tuhan Yesus itu berat, banyak kali peluh, kekesalan dan air mata, yang mengiringinya.

Memang orangtuaku mendidik aku, jangan takut kalau benar, berjalanlah sesuai peraturan yang ada, ikhlas saja yang bekerja itu. Apalah manusia, kalau Tuhan yang bekerja. Dan aku ngerasain itu. Aku sering memasrahkan saja ketika akal sehatku pun ga dapat melampaui "hal-hal" itu.

Permintaanku tidak banyak, cukup Tuhan menuntun jalanku dan memberkati segala perkerjaan tanganku. Rasaku itu bumbu kehidupan yang tidak ada duanya. Tuhan bersama aku dan keluargaku. Amin.

Comments

  1. Halo Novia, salam sejawat..
    Bicara soal idealis dengan jalan yang lurus dan menunggu kebenaran terungkap, aku ingat dengan kutipan "Langit tidak perlu berkata kalau dirinya biru, dia sendiri yang menunjukkannya" jadi sabar saja.

    Semangat ya co-assnya..

    ReplyDelete
  2. Thank you Helena, Maaf baru lihat komentar kamu. hehe.. Salam kenal, Teman Sejawat :)

    ReplyDelete

Post a Comment

Popular posts from this blog

Anak Gadis Pengen Modis

Kali ini aku mau berbagi tentang salah satu kegiatan perempuan, Dandan ( Make Up ). Begini, setiap anak perempuan akan menemukan titik dimana dia akan harus berubah, entah itu berubah cara berfikir, cara memandang masa depan bahkan cara berpenampilan. Dan aku sedang di masa peralihan itu. Contohnya, aku pernah bercermin dan ngerasa ada yang kurang diwajahnya, i mean "Make apa gitu biar lebih enak dipandang?" apalagi kalo misalnya udah nambah pergaulan atau terlalu banyak kegiatan jadi penampilan mesti lebih diperhatikan. Enggak dipungkiri, objek pertama yang menjadi penilaian orang lain terhadap sosok perempuan adalah wajahnya.  Dan, aku pribadi sering sih bercermin (hahaha..), cuman ya gitu aku termasuk orang yang rada cuek terhadap penampilan. Kemeja/kaos, sepatu kets/sepatu agak ada wedges, jeans , tas selempang dan ikat rambut adalah caraku berpenampilan. Bagiku, lipstick, eyeliner, mascara dan segala alat make up adalah hal yang sanga...

Nyamannya di Rumah Doa Segala Bangsa, Bukit Gibeon Sibisa | #3 Anak Kota Pulang Kampung

[Anak Kota Pulang Kampung] Belakangan ini, Medan lagi dingin banget ya, berasa lagi di daerah Tapanuli Utara. Brrrr... Jadi keinget lagi dengan liburan akhir tahun lalu. Bentar, kayanya sedap nih nyeruput teh manis anget + nyelupin roti Regale.. Rumah Doa Segala Bangsa Bukit Gibeon Sibisa masih terbilang baru, diresmikan tanggal 14 Mei 2016. Akupun mengetahuinya dari beberapa teman yang udah pernah ke sana duluan. Jadi jiwa panjang kaki ku, keluar begitu saja. Rasa penasaran ku juga meningkat pesat. Intinya, ga mau ketinggalan sih, wkwkwk... Iya, aku kemarin ngotot sekali untuk mampir ke Rumah Doa Segala Bangsa Bukit Gibeon Sibisa, padahal dari segi pemetaan, bisa saja aku dan keluarga melewati jalan Tele dari Pulau Samosir untuk menuju Tarutung. Tapi, panjangnya kakiku ga bisa dilawan. Kami pun menurutinya. Hahaha.. Seperti biasa, karena kami sebelumnya nginap di Pulau Samosir, kami pun menyeberangi Danau Toba sekitar 1 jam lebih. Pemandangannya, bolak-bal...

Tutorial Hampir Terlambat Untuk Bersama

Gue dulu agak pesimis dengan kekompakkan kelompok tutorial gue, mereka adalah kelompok B.1 ruang 3.13. Entahlah, gue ngerasa ada aja yang kurang di kelompok ini. Sedikit acuh tak acuh, mungkin. Kalau kelompok ini begini terus, sempat mikir pengen pindah ke kelompok lain (Tapi pasti tak mungkin), apalagi denger-denger dari senior, ketika nyusun skripsi, temen-temen tutorial kalian lah temen skripsi kalian. Emm, bukan merasa sok hebat atau gimana, tapi gue ngerasa Down To Earth aja. Skripsinya susah, mikirin temen satu doping (dosen pembimbing) lagi. Oke mending gue ngerayap didinding. Sebentar, aku perkenalkan satu per satu: Novia Giovani (211 210 002) Fransiska Sinaga (211 210 004) Mona Liany Sinaga (211 210 006) Iwan Petrus Tampubolon (211 210 008) Joab Abigail Sitompul (211 210 010) Meri Bidani Damanik (211 210 012) Gracia Medina Pinem (211 210 014) Ika Agustinawati Siahaan (211 210 016) Inrinogro (211 210 018) Agus Chandra Sembiring(211 210 020) Raskami Pe...