Aku lanjutkan cerita ya...
Karena untuk gempa kali ini, pusatnya cukup dekat dengan Pulau Sumbawa, lumayan banyak bangunan yang retak dan tidak sedikit juga yang roboh. Saat malam itu juga, pasien-pasien di rumah sakit tempat aku internship, langsung diungsikan ke lapangan kantor bupati. Beberapa korban gempa yang berasal dari Kecamatan Alas, juga dilarikan ke rumah sakitku. Rata-rata mereka terkena patah tulang. Aku tidak tau mesti bersyukur atau bagaimana, aku mempunyai peluang untuk ikut operasi bedah ortopedi dalam keadaan gempa ini. Selain itu, aku juga diizinkan Sang Gusti mendengar cerita-cerita pasien yang dirawat inap.
“Bu, anaknya belum boleh pulang yaaa…”
“Iya, gapapa dok. Lagian saya lebih aman di tenda. Kalau mau pulang pun, rumah saya sudah roboh di Alas”.
“Gimana ya dok, saya kemarin trauma terus-terusan gempa di Lombok. Mau tidur, goyang, kami keluar. Mau makan, goyang, kami tinggalkan makanan kami..”
“Iya dok, tidak apa-apa. Padahal ibu ini baru melahirkan sekitar 10 bulan yang lalu. Bayinya masih ada di pengungsian Alas.”
Dan berbagai macam cerita-cerita di dalam tenda pengungsian yang buat perasaanku sedih. Begonya aku, aku hampir ikutan nangis di depan pasien. Wkwkwk.. Cengeng kali aku bah.
Di lain kesempatan, aku diizinkan pergi sehari, sebagai relawan di beberapa desa daerah Alas, yang kekurangan tenaga dokter. Aku melihat banyak rumah roboh dan rata dengan tanah, rumah yang sudah miring dan tidak layak huni. Melihat mereka memasang tenda-tenda pengungsian di ladang. Dengan beberapa bentuk bantuan yang mudah-mudahan cukup.
Kami melakukan bakti sosial untuk warga sekitar. Sebenarnya untuk keadaan emergency, sudah lewat waktunya. Kami datang untuk memberikan pengobatan gratis, tentang penyakit-penyakit yang mudah tertular selama di tenda pengungsian. Selain itu, juga mencoba bermain dengan anak-anak sekitar untuk mengurangi rasa takut mereka.
Kami melakukan bakti sosial untuk warga sekitar. Sebenarnya untuk keadaan emergency, sudah lewat waktunya. Kami datang untuk memberikan pengobatan gratis, tentang penyakit-penyakit yang mudah tertular selama di tenda pengungsian. Selain itu, juga mencoba bermain dengan anak-anak sekitar untuk mengurangi rasa takut mereka.
Kini, hampir sebulan lah gempa terjadi Bali dan Nusa Tenggara Barat. Aku cuman masyarakat awam yang ga ngerti sama sekali dengan pergeseran lempeng bumi sehingga rentetan gempa bumi terjadi. Aku cuman salah satu dari sekian ribu manusia yang ngerasain gempa yang lumayan besar dan cukup lama dihantui rasa takut gempa susulan yang tak menentu kapan datangnya. Di Pulau Sumbawa saja, begini. Bagaimana di Pulau Lombok? Takut, sedih, khawatir, dan panik, diblender jadi satu.
Aku pribadi semakin sedih dan ga tau bagaimana jalan pikiran orang-orang yang seenaknya berkomentar dengan keadaan yang seperti ini. Padahal sejauh ini rasaku penanggulangan bencana sudah cukup bagus. Kenapa tidak lebih baik diam dan memperhatikan apa yang dibutuhkan para pengungsi? Mencoba berempati dengan apa yang dirasakan mereka yang ditinggalkan anggota keluarga? Aku rasa, bencana ini adalah hal untuk menguji pola pikir kita, kekompakkan bangsa kita, dan rasa bahu membahu kita.
Terimakasih buat semua pihak yang sudah berkenan memberikan sebagian materi, tenaga dan waktunya untuk menolong korban gempa. Tidak ada yang menjadi doa, kecuali kebaikan kalian semua pasti dikembalikan olehNya.
Terimakasih buat semua pihak yang sudah berkenan memberikan sebagian materi, tenaga dan waktunya untuk menolong korban gempa. Tidak ada yang menjadi doa, kecuali kebaikan kalian semua pasti dikembalikan olehNya.
Aku tutup cerita ini kali ini dengan lagu We Are The World - Michael Jackson
Send Them your heart so they'll know that someone cares
And their lives will be stronger and free
Comments
Post a Comment