Wait, I recommend you to read post this while
you listening Heal The World – Michael Jackson.
There's a place in your heart
And I know that it is love
Seperti yang kita tahu, sejak tanggal
29 Juli 2018, Pulau Lombok dan sekitarnya mengalami rentetetan gempa. Saat
terjadi pertama kali gempa, aku sedang berdiri dan menutup mata untuk berdoa di
Gereja, menyelesaikan rangkaian ibadah Minggu subuh. Tiba-tiba aku ngerasain
goncangan, awalnya aku kira vertigoku kambuh karena belum sarapan. Aku membuka mataku dan mendapati dua vas bunga di dekat
altar Gereja, bergoyang. Dan, memang pada saat itu, tidak aku saja yang
menyadari bahwa itu gempa, bukannya vertigo berjamaah. Goyangan itu terjadi dua
kali, semakin keras dan berdurasi agak panjang. Sepertinya, iman kami diuji
satu per satu. Kalo Tuhan bisa berbicara saat itu, mungkin Dia akan bilang,"Hayooo, iman kalian kuat ga? Percaya
ga samaKu, kalau Aku melindungi kalian sampai akhir jaman?". Enggak,
imanku belum sekuat itu. Aku takut. Aku masih mikirin hal-hal duniawi, masih
mikirin dosa-dosaku yang kayanya jadi tembok penghalang buatku untuk sampai ke
surga.
Panik, ya aku panik. Aku langsung ambil
tas dan Alkitabku, kalau-kalau bangunan runtuh, aku bisa lari secepat yang ku
bisa. Cuman, malu juga sama jemaat-jemaat lain karena mereka belum berniat
keluar dari Gereja. Tapi kami sudah saling lihat-lihatan. Kalian pergi, aku
juga akan lari. Tanganku dingin, jantungku juga seakan mau beranjak duluan dari
badanku. Wkwkwk.. Gempa mereda sampai
ibadah selesai. Sepanjang doa syafaat, aku ga sadar air mataku ternyata jatuh.
Cengeng aku ya? Dan semenjak saat itu, gempa-gempa kecil mulai menghantui kami.
Tepat seminggu kemudian, gempa besar
terjadi, sekitar 7 SR. Saat itu aku sedang siap-siap mau jalan bareng sama
teman-teman, mumpung lagi tidak jaga. Ya, aku baru siap mandi. Untungnya udah
siap mandi ya guys! Wkwkwk.. Gempa
yang cukup kuat terjadi. Hanya memakai handuk dan terpaksa pake jacket, aku keluar dari kamar kostan.
Daripada aku jadi pemandangan non halal, ya kan? Hehehe.. Ketika gempa mereda, aku kembali masuk dan bergegas
memakai pakaian lengkap. Misalkan pun bakalan ada gempa lagi, aku bisa bebas
mengungsi sejauh mungkin. Aku menyalakan televisi dan melihat hampir semua
stasiun tv menyiarkan berita yang senada. Ditambah lagi dengan peringatan
waspada gelombang tsunami. Ketakutan dan kepanikan semakin sempurna terjadi. “Tuhan, aku suka laut. Tapi aku ga pintar
berenang. Tenggelamlah aku ini nanti..”, aku dan sisi overthinking-ku. Aku menelfon orangtuaku, dan untungnya orangtuaku
masih mengkhawatirkanku, menyarankanku untuk membeli persediaan makanan. Aku
mencoba menenangkan mereka dengan tetap menjaga komunikasi dengan mereka.
Begitupun aku dan teman-teman terdekatku. Setidaknya, walau sekarang hatiku
masih betah single, masih ada yang
memperhatikan kondisiku (Edisi pengen
dikasihani, tapi ga usah dikasihani ya weee, nanti manja, wkwkwk..).
Jalan-jalan pun gagal, yang ada kami hanya
pergi ke supermarket mencari cadangan makanan kalau nanti ada gempa lagi dan
membuat macet pendistribusian makanan. Ketika pergi itu pun, kami sedang berada
di mobil, dan kami terasa gempa susulan. Sungguh, kami sudah sensitif dengan
gempa ya..
Awalnya, aku belum pernah nge-download
aplikasi info BMKG, ya karena dulu waktu di Medan, gempa tidak begitu sering,
cuaca pun tidak begitu panas. Semenjak di Sumbawa, aku sedikit penasaran dengan
suhu lingkunganya yang buatku kalo bisa di kost itu cuman pake daleman aja. Wkwkwk... Tapi semakin sah-lah aplikasi
info BMKG di ponselku sejak gempa bertubi-tubi ini. Setiap ada getaran sedikit,
pasti langsung cek kekuatan gempanya, potensi tsunami ga?
Hari-hari kami belum tenang sempurna.
Sedikit goyang, kami keluar. Sampai-sampai kami sering tidak mengunci pintu
kostan. Wkwkwk.. Ketika di rumah sakit
pun, saat sedang poli pagi, gempa itu suka-sukanya datang. Saat aku sedang
menunggu hasil ronsen pasien, aku sedang meletakkan kepalaku di atas meja,
sambil memantau perkembangan gempa. Ga lupa juga, saat itu sudah mau jam pulang,
waktu dimana seharusnya makan siang. Tiba-tiba, seperti ada yang mendorong aku
dari belakang cukup kuat. Aku kira, aku yang mulai hipoglikemi karena udah laper. Aku lihat air di dalam gallon,
bergoyang sendiri. Aku bilang gempa, serentak satu poli keluar. Dan rupanya
satu rumah sakit keluar juga. Keras dan lebih lama. Aku langsung buka aplikasi
info BMKG, ternyata belum update. Sesuai
dengan kebiasaan jaman now, kalo ada
apa-apa, update dulu baru bertindak,
aku cek di twitter, dengan keyword “gempa”. Yes, ada gempa. Dan kalau ga salahku, pusat gempanya dekat dengan
Pulau Sumbawa. Wajar terasa agak kuat.
![]() |
Ini beneran candid, wkwkw.k... Sebenarnya udah takut juga kalo gempa lagi. |
Rentetan gempa itu rasanya belum selesai.
Masih ada kadang gempa-gempa susulan yang rata-rata kekuatannya sekitar 5 SR.
Kadang, kalau malam sedang tidur, aku terbangun hanya goncangan. Ku cek info
BMKG, rupanya bukan gempa, cuman tempat tidur yang goyang karena aku berubah
posisi tidur. Kadang, kalau lagi mandi pun, takut tiba-tiba ada gempa dan tanpa
sadar keluar, lupa pake handuk. Kadang juga, langit-langit kostan bunyi-bunyi,
kirain karena retak-retak, tapi rupanya suara tikus lewat. Wkwkwk… Se-parno itu aku.
![]() |
Semua pasien langsung dievakuasi keluar dari gedung. |
![]() |
Kondisi pagi hari. |
![]() |
Tenda pengungsian untuk pasien #1 |
![]() |
Tenda pengungsian untuk pasien #2 |
Aku merasakan gempa terkeras dan terlama sepanjang hidupku. Aku lihat mobil bergoyang tanpa ada orang di dalamnya, hahaha… Aku lihat, tanah bergoyang. Aku lihat pohon bergoyang tanpa ada angin. Aku lihat, bahwa dengan cara seperti ini saja Tuhan menegur, kami sudah takut dan gemetar. Apalagi kalau sangkakala ditiup? Aku ingin memeluk orangtua, tapi apa daya jarak terlalu jauh. Ga ada yang bisa ku mintai ketenangan. Yang pertama kali dicari adalah Tuhan. Aku masih manusia yang takut dengan hal-hal seperti ini. Tapi, aku juga ga punya cara lain, selain pasrah.
stay safe ya mba.. semoga Tuhan terus melindungi mba dan warga disana aamiin..
ReplyDeleteBaca ini aku langsung merinding. Duh kalau aku, udah nangis di tempat kali ya.
ReplyDelete