Skip to main content

Gimana Rasanya Diucapin Selamat Natal?


Mungkin, tulisanku kali ini agak sedikit berbeda dari topik blog ku yang lain. Karena sesungguhnya ini yang aku rasakan, saat mereka yang berbeda keyakinan denganku, mengucapkan Selamat hari raya padaku. Selamat hari Natal.

Apa yang terjadi pada jaman ini, sebenarnya membuat pertanyaan dalam hatiku, "Jadi dari dulu, waktu aku kecil, saat tetangga-tetanggaku datang ke rumah dan mengucapkan selama Natal, mereka sudah berdosa? Semoga Tuhan YME memaafkan aku, aku sudah membuat mereka berdosa. Cuman, kenapa aku baru tau sekarang?". Ya sudahlah, aku tidak mau membahas ini terlalu jauh. Sangat sensitif, lebih sensitif dari test pack.

Menuju hari Kelahiran Isa Almasih (biar semua enak, ku sebutlah nama Sahabat terbaikku, Yesus Kristus, dengan Isa Almasih) kemarin, aku cukup terharu dengan beberapa pertanyaan:

"Dok, ga pulang kampung pas Natalan nanti? Pulang toh dok.."

"Nop, kamu ga mau libur pas Natalan nanti? Kalian yang harus diprioritaskan. Itu kan Hari Raya kalian"

"Natalan dimana kemarin dok? Sendirian aja? Ga rindu sama keluarga?"

Dan beragam pertanyaan yang membuatku sadar bahwa, mereka masih memperhatikan aku dan keyakinanku. Tuhan ngebuktiin bahwa walaupun entah apa yang sedang terjadi di Indonesia, toleransi itu masih ada. Ku tegaskan, masih ada. Cuman, ga tau lah aku secara keseluruhan Indonesia bagaimana. Bukan ga tau sih, tapi lebih tidak mau membahas hal-hal yang sensitif. Aku tipenya, malas berdebat.

By the way, ini adalah Natal pertamaku jauh dari keluarga. Biasanya, pergi beribadah Malam Natal dan hari Natal bersama keluarga. Sedih sih, tapi gimana lah, biaya tiket bisa buat aku jadi sobat missqueen. Jebol pertahanan keuangan, komandan.


And FYI, ucapan selamat Natal pertama yang ku dapat di Natal 2018 adalah dari tetanggaku, merangkap teman internshipku. Di saat-saat seperti ini, aku lumayan terharu. Gimana ku bilang ya? Yang tadinya aku sedikit sedih karena merayakan Natal sendirian, agak terobati dengan ucapan temanku itu. Ah, netes lagi kannn air mataku. Cengengnya aku weeeee

Selain itu, ada juga ucapan dari temanku yang kebetulan juga merayakan hari Galungan dan Kuningan. Diucapkannya selamat Natal, kuucapkan pula lah selamat Galungan dan Kuningan. Adem ngelihat kolom chattingan itu. Lebih-lebih adem sari lah pokoknya weee.... Sebenarnya, masih banyak ucapan-ucapan selamat Natal dari teman-temanku yang berbeda keyakinan. Aku sangat sangat mengapresiasi itu, gengs! Thankyou ya!


Bagiku walaupun diucapkan secara gamblang atau tidak, itu tidak menjadi masalah. Kenyamananku berkeyakinan tidak bersandar pada ucapan selamat hari Raya. Buatku, itu tidak jadi parameter untuk mengukur mereka baik atau tidak padaku. Selama waktu dan tempat ibadahku tidak terhalangi, mereka sudah sangat toleransi buatku. Emang mau apalagi yang bisa jadi parameter toleransi atau tidak? Ga usah banyak minta. Yang wajar-wajar saja jadi manusia.

Di lain pandangan pun, akupun tidak mau gara-gara orang berniat baik kepadaku, tapi mereka pula jatuh ke dalam dosa. Kan aku jahat itu namanya...

Sejatinya Natal buatku kali ini, menyadarkan aku, ya Tuhan Yesus Kristus, tetap akan lahir kembali di setiap hati yang menerimanya, dalam kondisi apapun. Aku dan seluruh umat Nasrani di dunia merayakan hari jadiNya. Tuhan Yesus, Sahabatku yang masih sering ku kecewakan karena perilaku duniawiku tapi masih tetep aja, Dia sayang samaku. Saat aku risau, didamaikanNya hatiku. Saat aku sedih, diarahkanNya aku ke maksud dan tujuanNya yang rupanya membuatku bahagia. Saat aku bahagia, dituntunNya aku cara bersyukur yang tepat. Sejak lahir, mengikuti dan mengenalNya adalah berkat terbaik buatku.

Natal pertama tidak bersama keluarga karena sedang diperantauan. Natal tanpa baju baru, tanpa bertukar kado, tanpa makan bersama dengan keluarga, tanpa kaleng Khong Guan berisi kembang loyang. Natalku kali ini lebih memohon kedamaian, kasih sayang, kesederhanaan, toleransi dan kesembuhan dari bencana bisa jadi pemberian terbaik dari Tuhan untuk Indonesia di tahun 2019.

Lah aneh ya? Tuhan Yesus yang ulang tahun, kok malah aku yang minta hadiah. Hehehe, ga kok. Itu harapanku. Semoga dengan lebih baiknya pribadiku dan menjadikanku sebagai alat dan berkat-Nya di dunia ini, adalah hadiah buat Sang Juru Selamat.

Selamat Ulang Tahun, sahabatku, Juru Selamatku, Tuhan Yesusku. Feliz Navidad! God bless us :)

Comments

Popular posts from this blog

Anak Gadis Pengen Modis

Kali ini aku mau berbagi tentang salah satu kegiatan perempuan, Dandan ( Make Up ). Begini, setiap anak perempuan akan menemukan titik dimana dia akan harus berubah, entah itu berubah cara berfikir, cara memandang masa depan bahkan cara berpenampilan. Dan aku sedang di masa peralihan itu. Contohnya, aku pernah bercermin dan ngerasa ada yang kurang diwajahnya, i mean "Make apa gitu biar lebih enak dipandang?" apalagi kalo misalnya udah nambah pergaulan atau terlalu banyak kegiatan jadi penampilan mesti lebih diperhatikan. Enggak dipungkiri, objek pertama yang menjadi penilaian orang lain terhadap sosok perempuan adalah wajahnya.  Dan, aku pribadi sering sih bercermin (hahaha..), cuman ya gitu aku termasuk orang yang rada cuek terhadap penampilan. Kemeja/kaos, sepatu kets/sepatu agak ada wedges, jeans , tas selempang dan ikat rambut adalah caraku berpenampilan. Bagiku, lipstick, eyeliner, mascara dan segala alat make up adalah hal yang sanga...

Nyamannya di Rumah Doa Segala Bangsa, Bukit Gibeon Sibisa | #3 Anak Kota Pulang Kampung

[Anak Kota Pulang Kampung] Belakangan ini, Medan lagi dingin banget ya, berasa lagi di daerah Tapanuli Utara. Brrrr... Jadi keinget lagi dengan liburan akhir tahun lalu. Bentar, kayanya sedap nih nyeruput teh manis anget + nyelupin roti Regale.. Rumah Doa Segala Bangsa Bukit Gibeon Sibisa masih terbilang baru, diresmikan tanggal 14 Mei 2016. Akupun mengetahuinya dari beberapa teman yang udah pernah ke sana duluan. Jadi jiwa panjang kaki ku, keluar begitu saja. Rasa penasaran ku juga meningkat pesat. Intinya, ga mau ketinggalan sih, wkwkwk... Iya, aku kemarin ngotot sekali untuk mampir ke Rumah Doa Segala Bangsa Bukit Gibeon Sibisa, padahal dari segi pemetaan, bisa saja aku dan keluarga melewati jalan Tele dari Pulau Samosir untuk menuju Tarutung. Tapi, panjangnya kakiku ga bisa dilawan. Kami pun menurutinya. Hahaha.. Seperti biasa, karena kami sebelumnya nginap di Pulau Samosir, kami pun menyeberangi Danau Toba sekitar 1 jam lebih. Pemandangannya, bolak-bal...

Tutorial Hampir Terlambat Untuk Bersama

Gue dulu agak pesimis dengan kekompakkan kelompok tutorial gue, mereka adalah kelompok B.1 ruang 3.13. Entahlah, gue ngerasa ada aja yang kurang di kelompok ini. Sedikit acuh tak acuh, mungkin. Kalau kelompok ini begini terus, sempat mikir pengen pindah ke kelompok lain (Tapi pasti tak mungkin), apalagi denger-denger dari senior, ketika nyusun skripsi, temen-temen tutorial kalian lah temen skripsi kalian. Emm, bukan merasa sok hebat atau gimana, tapi gue ngerasa Down To Earth aja. Skripsinya susah, mikirin temen satu doping (dosen pembimbing) lagi. Oke mending gue ngerayap didinding. Sebentar, aku perkenalkan satu per satu: Novia Giovani (211 210 002) Fransiska Sinaga (211 210 004) Mona Liany Sinaga (211 210 006) Iwan Petrus Tampubolon (211 210 008) Joab Abigail Sitompul (211 210 010) Meri Bidani Damanik (211 210 012) Gracia Medina Pinem (211 210 014) Ika Agustinawati Siahaan (211 210 016) Inrinogro (211 210 018) Agus Chandra Sembiring(211 210 020) Raskami Pe...