
"Itu coba ambil", mama menunjuk kain yang ada disudut lemari.
"Ah, mana cocok itu. Kain gendong itu kan?", kataku, karena pas pulang ini gue niat banget menjahit baju desain sendiri (sebenarnya copy paste dari internet juga, wkwk).
"IIhhh, Enak aja kauuu, ini mahal. Apa pulak kain gendong? cantik gini", protes mama sambil buka kain itu. "Tengok ini motifnya. Susah buatnya ini. Batik tulis tangan. Kainnya halus lagi. Lihat posisi bunganya, susah ini buatnya makanya mahal. Makanya kau perlu belajar begini juga", tambah lagi si mama pengamat kain profesional.
"Ooohh... Cantik sih ma. Hahahaha.. Untuk aku aja yaaa..", hahaha, gue termakan kata-kata bungg! Setelah diamati emang cantik gitu motifnya.
"Tau aja kau yang cantik. Pilihlah yang mana biar di jahit", bukti mama selalu memberi yang terbaik buat anaknya. apa lagi anak cewek. hahahaha, yodah sih gue juga ga mau nyia-nyiain kesempatan itu. sambil diskusi dan nyocokin model yang pas, aku kepikiran.
"Hem, berapa pulak lah harganya ini ma?"
"Wooo, adalah...", entah karena murah atau mahal si mama mengalihkan pembicaraan. Tapi rasa-rasaku itu kainnya rada mahal.
"Brarti harus nyari suami yang kaya lah ya?", celetuk gue.. haha, keceplos gitu.
"Ya, ga mesti cari yang kaya. Percaya atau ga, rejeki itu tergantung bawaan dari sananya. Cari yang biasa, kerja. Yang penting, tengok keluarganya gimana. Dia itu gambaran dari keluarganya".
gue balik lagi nyari kain yang bagus.....
jadi intinya, cari suami kaya untuk beli kain banyak-banyak. hahaha
ReplyDeletekunjung balik ya mbak
hakhak, enggak gitu juga. setidaknya dia bertanggung jawab
ReplyDelete