Skip to main content

Yeeelah, I wait

"Masuk gih, asap dimana-mana itu", perintahnya kepada Ros, di sore hampir malam. Waktu itu, Poltak sedang mengajak kawan-kawannya dan Ros untuk ikut bbq-an di rumahnya. Tidak banyak yang dipanggang, cukuplah untuk perut, kira-kira 20 orang.
Ros tetap duduk di depan bara arang dan asap benar-benar merubah aroma harum rambutnya, yang tadi beraroma aloe vera, kini jadi ga jauh beda dengan bau asap sepeda motor.

"Si Poltak ini.. seakan-akan hidungku tidak punya bulu untuk menyaring asap panggangan", gerutu Ros dalam hatinya sambil menghalau asap yang mencoba masuk ke dalam pernapasannya.

"Hemmm, gapapa lhoo. Daripada aku di dalam rumah sendirian. Zzzz..", Ros masih menghalau asap-asap itu.

Poltak hanya melihat Ros dan menggeleng-gelengkan kepala. Ros tetap menatap kawan-kawan Poltak yang bermain bara api, seolah-olah mereka sedang beratraksi debus. Entah bagaimana, Poltak yang tadi menyuruh Ros untuk menghindari asap, dia malah mendekati asap dan ikut atraksi debus tadi. Ros hanya menatap dari kejauhan, menunggu kapan bara api itu mengenai Poltak. Paling ujung-ujungnya, Poltak melapor ke Ros. LAKIK!


Ya benar, tak perlu lama menunggu, lengan Poltak terkena bara api, dan kira-kira itu adalah luka bakar level 1.

"Wadooooh", teriak Poltak yang membuyarkan lamunan Ros. Ros anteng, tidak bergerak, tidak berinisiatif apa-apa.


"Rosss, tolongin..", Poltak memohon dari kejauhan.

"Bodooo amaaaattt..", Ros beranjak dari tempat duduknya dan berjalan ke dalam rumah.

Sementara kawan-kawan Poltak masih asik bermain bara api. Seolah-olah bara api adalah mainan. Entahlah LAKIK! Entah, bakal jam berapa lagi semua ayam dan ikan akan matang. Poltak merapat ke sebuah bale-bale di teras rumah sambil menghembuskan lukanya itu.

"Makanyaaa, jangan sok jago, kau anak muda, terbakar kan? Bandel sih..", ucap Ros yang membawa sebaskom air es dan kain lap berwarna kuning.

"Kok pake kain lap dapur sih?", Poltak protes.

"Mau pake apa aja boleh, asal bersih. Ini kan belum dipake untuk ngelap apa-apa toh? Masih bersih. Kalo kotor, bisa infeksilah lukamu. Ga lah aku bodoh-bodoh kali", jelas Ros yang mulai memeras kain itu. Poltak tersenyum malu dan meringis menahan sakit. Dia masih menghembus-hembuskan lukanya itu.

"Aaaawww.. Pelan-pelanlah Ross. Kau ibu dokter tapi gitu banget nekannya. Pedih lhoo..", muka Poltak memerah menahan sakit.

"Makanya jangan bandel. Tadi sok-sok nyuruh aku masuk ke dalam rumah karena asap. Tapi kau sendiri mendekati asap. Yaelaaaahh, enak kan?". Ros semakin menekan pas dibagian lukanya itu.

"Duuhh, pelan-pelan lhoo..."

"Kesal akuu. Kau kan jadi sakit begini"

"Kesal sih kesal, ini pedih lhooo.."

"Biarkan! Aturannya bisa senang-senang kita tadi..",tiba-tiba hati Poltak berdegup kencang. Hahaha, jelas saja tidak ada korelasi antara penekanan luka dengan peningkatan kecepatan degup jantung. Kalaupun mau ada infeksi atau sepsis, pasti udah terjadi dari awal. *maaaf, maaf, aku kok berasa lagi tutorial ~ kangeeen*

"Takut banget aku sakit..", suara Poltak mendadak biasa, tidak meringis seperti awal dia sakit tadi.

"Yaiyalah, kau kan kawanku. Kau juga yang punya acara ini..", Ros masih fokus mengelap lukanya Poltak.

"Sh*t! Teman? Friendzone!", Poltak merasa sial mendengar ucapan si Ros. Padahal, udah niat banget dia ngucapin perasaannya malam ini, Yaaaaaa...Walaupun rada takut.

Ros masih serius membasuh luka Poltak, manatau ada bagian yang kotor yang tersisa. Entah bagaimana, mendadak mulut Poltak sangat-sangat "out of control"

"Ros..", getaran suara Poltak yang merambata di udara, sangat pelan.

"Hem, iya? Mau protes apa lagi? Apalagi yang sakit?", jawab Ros sambil mengembuskan luka Poltak.

Poltak terhenyak, seperti baru melihat hantu. Dia mendadak sadar,

"Jangan sekarang!", perintah langsung dari hatinya.

"Apalagi sih Pol? Kok diem?", Ros mengarahkan pandangannya ke wajah Poltak. Wajah Poltak tidak memerah, cuman tatapan Poltak yang entah kemana, mencari fokus lain supaya mata tidak mata.

"Mau kamu jadi bu dokterku?", kini bola mata Poltak tidak bisa diatur. Poltak benar-benar menatap Ros, tapi Ros keburu menunduk dan menghembus luka Poltak.

"Halaaaah, baru segini aja pun udah lebay. Aku belum jadi dokter lhoo..", Ros membereskan kain lap dan segalanya tadi,"Udah mendingan kan? Entar kita beli salep ya, biar cepat sembuh lukamu itu.."

"Ros..", Poltak menahan tangan Ros ketika hendak mau masuk ke dalam. Benar-benar seperti FTV.

"Iya, ada apa?", Ros meletakkan baskom air tadi.

"Maksudku, ya jadi dokter dalam segala hal. Apalagi yang memelihara kesehatanku, yang ngomelin aku kalo aku lalai atau bandal atau keras kepala sekali pun.."

"Pol? Otakmu kenapa? Tadi kena api ya?", Ros memeriksa kepala Poltak. Tidak ada bekas terbakar kok.

"Ya Tuhaaaaan, Kau ini pura-pura bodoh atau beneran bodoh sih?", kesal Poltak sambil meluruskan tangannya yang terbakar tadi.

"Lah kau kalo ngomong ya to the point aja kali. Bertele-tele banget.."

"Hahahaha...", sontak Poltak tiba-tiba tertawa lepas.

"Anything funny, lek?", Ros menaikkan satu alisnya.

"Aku sayang samamu.", Poltak langsung mendiamkan dirinya, mengatur nafas untuk mengatakan 3 kata tadi.

"Hahahahaha..."

"Kok gantian ketawa? Ketawamu mingkem dikit deh. Kau itu cewek!!", Poltak terheran.

"Hahahaha, oke oke..", Ros tertawa sambil menutup mulutnya,

"Eh ga usah deh, lebih lucu yang tadi.. Aku lebih suka ketawamu yang tadi", Poltak senyum-senyum seraya menggaruk kepalanya padahal sama sekali ga gatal.

"Hahahahahahaha..", Ros masih lanjut tertawa.

"Hahahahaha...", Poltak juga ikut tertawa. Entahlah, aku penulis juga bingung kenapa percakapan ini cuman ketawa aja.

"Aku juga sayang samamu...", Ros menutup mulutnya yang tadinya ketawa dan tanpa sadar mengeluarkan kata-kata itu.

"Pardon me?", Poltak pura-pura tidak mendengar dan mengarahkan telinganya ke arah Ros.

"Nothing. Aku kebelakang dulu.."

"Kau juga sayang samaku kan? Hayo ngakuuu..."

"Nah itu dengar. Tadi pura-pura enggak dengar kau yaaaaa...", Ros menepuk luka Poltak tadi.

"Duh, sakit!"

"Makanya enggak usah sok-sok ga dengar.."

"Hahaha, iyaaa... So?"

"Hahaha, maybe I love you..", Ros mengangkat bahunya, gugup.

"Seeeeeh, udah pinter ngomong I love you diaa..."

"Tak, kau kapan seriusnya sih?"

"Sekarang!"

"Yaudah... Jalanin aja..."

"Jalan kemana kita?"

"Ke hatiku dan hatimu.."

"Sumpah, kau alay Ros..", Poltak mengalihkan pandangannya ke arah teman-temannya.

Ros beranjak dari kursi itu dan mengambil tas selempangnya..

"Aku pulang yaaaaa..."

"Kenapa? Janganlah, belum siap acara kita..."

"Hahaha, serius banget. Aku kan becanda.."

"Okay sayang, bagaimanapun aku ingin selalu membuatmu, tertawa...", Poltak berdiri.

"Yeeeeelaaaah, I wait..", singkat Ros.

Comments

Popular posts from this blog

Anak Gadis Pengen Modis

Kali ini aku mau berbagi tentang salah satu kegiatan perempuan, Dandan ( Make Up ). Begini, setiap anak perempuan akan menemukan titik dimana dia akan harus berubah, entah itu berubah cara berfikir, cara memandang masa depan bahkan cara berpenampilan. Dan aku sedang di masa peralihan itu. Contohnya, aku pernah bercermin dan ngerasa ada yang kurang diwajahnya, i mean "Make apa gitu biar lebih enak dipandang?" apalagi kalo misalnya udah nambah pergaulan atau terlalu banyak kegiatan jadi penampilan mesti lebih diperhatikan. Enggak dipungkiri, objek pertama yang menjadi penilaian orang lain terhadap sosok perempuan adalah wajahnya.  Dan, aku pribadi sering sih bercermin (hahaha..), cuman ya gitu aku termasuk orang yang rada cuek terhadap penampilan. Kemeja/kaos, sepatu kets/sepatu agak ada wedges, jeans , tas selempang dan ikat rambut adalah caraku berpenampilan. Bagiku, lipstick, eyeliner, mascara dan segala alat make up adalah hal yang sanga...

Nyamannya di Rumah Doa Segala Bangsa, Bukit Gibeon Sibisa | #3 Anak Kota Pulang Kampung

[Anak Kota Pulang Kampung] Belakangan ini, Medan lagi dingin banget ya, berasa lagi di daerah Tapanuli Utara. Brrrr... Jadi keinget lagi dengan liburan akhir tahun lalu. Bentar, kayanya sedap nih nyeruput teh manis anget + nyelupin roti Regale.. Rumah Doa Segala Bangsa Bukit Gibeon Sibisa masih terbilang baru, diresmikan tanggal 14 Mei 2016. Akupun mengetahuinya dari beberapa teman yang udah pernah ke sana duluan. Jadi jiwa panjang kaki ku, keluar begitu saja. Rasa penasaran ku juga meningkat pesat. Intinya, ga mau ketinggalan sih, wkwkwk... Iya, aku kemarin ngotot sekali untuk mampir ke Rumah Doa Segala Bangsa Bukit Gibeon Sibisa, padahal dari segi pemetaan, bisa saja aku dan keluarga melewati jalan Tele dari Pulau Samosir untuk menuju Tarutung. Tapi, panjangnya kakiku ga bisa dilawan. Kami pun menurutinya. Hahaha.. Seperti biasa, karena kami sebelumnya nginap di Pulau Samosir, kami pun menyeberangi Danau Toba sekitar 1 jam lebih. Pemandangannya, bolak-bal...

Tutorial Hampir Terlambat Untuk Bersama

Gue dulu agak pesimis dengan kekompakkan kelompok tutorial gue, mereka adalah kelompok B.1 ruang 3.13. Entahlah, gue ngerasa ada aja yang kurang di kelompok ini. Sedikit acuh tak acuh, mungkin. Kalau kelompok ini begini terus, sempat mikir pengen pindah ke kelompok lain (Tapi pasti tak mungkin), apalagi denger-denger dari senior, ketika nyusun skripsi, temen-temen tutorial kalian lah temen skripsi kalian. Emm, bukan merasa sok hebat atau gimana, tapi gue ngerasa Down To Earth aja. Skripsinya susah, mikirin temen satu doping (dosen pembimbing) lagi. Oke mending gue ngerayap didinding. Sebentar, aku perkenalkan satu per satu: Novia Giovani (211 210 002) Fransiska Sinaga (211 210 004) Mona Liany Sinaga (211 210 006) Iwan Petrus Tampubolon (211 210 008) Joab Abigail Sitompul (211 210 010) Meri Bidani Damanik (211 210 012) Gracia Medina Pinem (211 210 014) Ika Agustinawati Siahaan (211 210 016) Inrinogro (211 210 018) Agus Chandra Sembiring(211 210 020) Raskami Pe...