Bagaimana Penghapusku menghapusmu, jelas kamu tidak ada lagi, walau ada bekasnya. Tapi aku telah menulis kalimat yang baru di tempat yang sama, di tempat kamu pernah menulis. bagaimanalah, tempatnya cuman satu. cuman satu.
Tempatnya cuman satu, di satu relung yang memang disiapkan untuk siapapun orang yang tidak ku kenal sebelumnya, untuk cuman singgah atau mendiaminya selamanya.
Memang tidak ada tempat lagi untukmu. Apa kamu mau menyalahkanku? Silahkan. Tapi, apa salah aku melindungi tempatku itu? Salah aku memperbolehkan orang lain masuk dan memang dia membahagiakan aku?
Karena yang ku tahu, tempat itu hanya didiami oleh orang yang bisa membuatku bahagia. Hehehe...
Jangan datang lagi ya, percuma. Palingan kamu cuman bisa mengetuknya lagi, lalu diam berdiri termangu. Perasaanku bilang, kamu akan merenung di situ. Mungkin ini yang kamu renungkan, Kenapa harus ku ketuk lagi pintu ini? Padahal aku dulu sudah memelihara cinta didalamnya?
Kalo perasaan ku ini salah, maaf ya..
Kini, di dalamnya sudah ada yang mendiami relungku, tempat terbahagia itu. Aku tidak menjagokannya, tapi aku rasa lebih nyaman bersamanya dan aku bisa bersyukur pada Tuhanku atas sosok kirimanNya ini. Kepergianmu menyadarkanku bahwa Tuhan tidak membiarkanku tergeletak lemas di tengah gurun. Kurasa tidak berlebihan aku menyebut dia Oasis kehidupanku sekarang. Dia adalah salah satu Oasis canda tawa, Sumber nasehat, Lumbung semangat.
Aku tidak berani menjanjikan apakah dia tidak akan keluar seperti yang kamu lakukan. Dia pun sama seperti kamu, lelaki, yang kadang murah bosan dan buru-buru pindah entah kemana. Ku sarankan, hati-hati dengan sifat kalian yang satu itu.
Aku tidak berani mendeklarasikan dia akan selalu membahagiakanku. Toh, kata orang, berani jatuh cinta, berani patah hati. Begitulah yang harus dirasa sebelum sampai menemukan seseorang terkunci di dalamnya.
Comments
Post a Comment