Skip to main content

Payung Teduh, Ketika Pamit di Saat Lagi Sayang-Sayangnya

"Aku cari kamu, ku temui kau tiada. 
Aku cari kau, ku temui kau berubah.."
Kucari Kamu - Payung Teduh.

Sebelumnya, aku tidak begitu paham apa jenis Payung Teduh. Cuman mungkin inilah yang disebut kenyamanan tanpa pemahaman. Jenis musik yang sepertinya agak jarang ditemukan di Indonesia dan membuat aku kelihatan aneh ditengok teman-teman dengan memutar lagu-lagu Payung Teduh.

"Apanya lagumu itu?", itulah kata mereka. Tapi, semenjak aku pernah baca artikel, "Sebab untuk bahagia, terkadang kita hanya perlu terbuka dengan standart bahagia kita, pun ketika standart itu dianggap remeh orang lain", semakin memantapkan aku untuk mengesampingkan kata-kata orang untuk mengikuti apa yang disukai hati, I keep on my headset. Hehehe..
Pertama denger lagunya Payung Teduh pas streaming salah satu radio Jogja, pas sedang patah hati, sekitar 2014 akhir. Ga tau, kalo lagi teramat galau, nangkringnya di radio-radio Jogja. (Sebentar, Jogja mungkin punya efek bius dengan dosis tinggi walau aku cuman sejenak berpijak di sana. Merindukannya adalah kewajiban setelah menghela nafas di sekitaran alun-alun Jogja).

Okay, kita berbalik ke cerita tentang Payung Teduh.
Ketika sedang mencari siaran radio, ditengah kegalauan hati dan keribetan skripsi, kedengaran lirik "Sang pujaan tak juga Datang, Rinduku berbuah lara". Ya, langsung jatuh cinta sama jenis musiknya, yang mungkin agak asing untuk orang kebanyakkan. Penasaran dengan lagu-lagunya yang lain, dan lagi-lagi jatuh cinta dengan lagunya. Terutama sama jenis musiknya. Mas Is dan teman-teman punya selera musik yang baik. Aku kagum. Ditengah banjirnya lagu melayu-pop, mereka bernyali untuk menyajikan jenis musik yang beda.
Hingga, sekitar tahun 2016 kalau tidak salah, mini konser Payung Teduh-lah yang menghantarkanku pada "Akhirnya, aku pernah nonton Konser langsung!". Awalnya, aku ga tau Payung Teduh akan mengadakan konser di Medan. Tapi, salah satu teman, dari TK sampai kuliah, mengajak aku untuk nonton konser ini. Tidak begitu jelas kenapa dia mengajak aku, ataupun darimana dia tau aku menyukai Payung Teduh. Ketika Payung Teduh ngadain mini konser di Medan, tanpa berpikir panjang, aku mengiyakan ajakannya. My heart was glad at the time. Bukan, bukan karena dia. Tapi, aku bisa nonton konsernya karena sebelum ini pun, Payung Teduh sudah pernah konser, cuman aku telat mengetahuinya. Sedih itu terobati. 

Dengan suaranya membawa lagu "Untuk Perempuan Yang Sedang di Pelukan", Mas Is berhasil menutupi rambutnya garangnya dengan manis. "Di malam hari, menuju pagi, sedikit cemas, banyak rindunya", sahut penonton takkala saat Mas Is mengarahkan microphone ke arah kami. Sesekali dia memberi kata pujian terhadap Medan dan penonton malam itu. Terhibur dan terkenang. Mas Is dan teman-teman Payung Teduh pintar menyebrangi kami ke perasaan itu.

"Berikan tanganmu jabat jemariku, yang kau tinggalkan hanya harum tubuhmu". Suaranya berhasil membuatku ingin memeluk seseorang yang tak semestinya ku rindukan lagi. Tangan hanya aku lipat ke depan dada. Bukan sombong, hampir semua lagu Payung Teduh aku hapal. Spontan aku menyanyikannya.
Hasil gambar untuk akad payung teduh

Sejujurnya, ketika keluar lagu Akad, aku kira itu bukan Payung Teduh soalnya ini bukan musik mereka. Tapi memang, suara Mas Is ga bisa bohong. Dan beberapa penikmatnya yang bukan "karbitan" karena lagu Akad, juga sependapat. Memang enak didengar, tapi udah beda rasa yang ditawarkan. Payung Teduh, mungkin mau bikin gebrakan baru yang sesuai dengan selera pasar. It's literally good, kok. 

Sungguh, lirik Akad membawa aku, yang masih single, pun ikut berdendang layaknya akan dilamar. Berimajinasi, kelak nanti akan ada seorang dambaan hati, melamar dengan lagu ini, dan kalau bisa ikut dengan pelantun asli lagu ini. Aku yakin, tak perlu cepat-cepat, ketika saatnya telah tiba, betapa bahagia bersamanya dalam terik dan hujan, bertemankan dirinya yang akan berpelukkan hingga ujung waktu. Kejujuran akan rasa, membuat aku sulit tidak menerima lamaran seperti ini, nanti, hahaha...
Gambar terkait
Payung Teduh
Salut sama Mas Is, ga tau sih ya mau bilang apa. But, you did it  Mas I!. Suaramu dan musik bandmu, buat aku sembuh dari patah hati, Hahaha! Walaupun perpisahan adalah hal yang paling menyebalkan dan ini mungkin bukti Mas Is adalah sisa-sisa keihklasan yang tak diikhlaskan, aku harus mendapati bahwa sekarang aku sendiri di antara daun gugur. 

Terimakasih Payung Teduh, kalian menghantarkan banyak jiwa-jiwa dalam manis dan hambarnya berkasih-kasihan dalam sebuah karya sastra yang mendayu. Payung teduh akan tetap sama seperti yang pertama kali ku dengar. Semua irama, semua petikan gitar yang jarang ku dengar, semua lirik puitis lagu yang mampu menghipnotis, akan ku simpan kalau-kalau patah hati lagi, atau jatuh cinta lagi.

"Biarkan bulan berjalan tunduk,
menyambut senyuman matahari",
Biarkan- Payung Teduh.

Aku tunggu karya-karyamu lagi di suasana baru, Mas Is.

Comments

Popular posts from this blog

Anak Gadis Pengen Modis

Kali ini aku mau berbagi tentang salah satu kegiatan perempuan, Dandan ( Make Up ). Begini, setiap anak perempuan akan menemukan titik dimana dia akan harus berubah, entah itu berubah cara berfikir, cara memandang masa depan bahkan cara berpenampilan. Dan aku sedang di masa peralihan itu. Contohnya, aku pernah bercermin dan ngerasa ada yang kurang diwajahnya, i mean "Make apa gitu biar lebih enak dipandang?" apalagi kalo misalnya udah nambah pergaulan atau terlalu banyak kegiatan jadi penampilan mesti lebih diperhatikan. Enggak dipungkiri, objek pertama yang menjadi penilaian orang lain terhadap sosok perempuan adalah wajahnya.  Dan, aku pribadi sering sih bercermin (hahaha..), cuman ya gitu aku termasuk orang yang rada cuek terhadap penampilan. Kemeja/kaos, sepatu kets/sepatu agak ada wedges, jeans , tas selempang dan ikat rambut adalah caraku berpenampilan. Bagiku, lipstick, eyeliner, mascara dan segala alat make up adalah hal yang sanga...

Nyamannya di Rumah Doa Segala Bangsa, Bukit Gibeon Sibisa | #3 Anak Kota Pulang Kampung

[Anak Kota Pulang Kampung] Belakangan ini, Medan lagi dingin banget ya, berasa lagi di daerah Tapanuli Utara. Brrrr... Jadi keinget lagi dengan liburan akhir tahun lalu. Bentar, kayanya sedap nih nyeruput teh manis anget + nyelupin roti Regale.. Rumah Doa Segala Bangsa Bukit Gibeon Sibisa masih terbilang baru, diresmikan tanggal 14 Mei 2016. Akupun mengetahuinya dari beberapa teman yang udah pernah ke sana duluan. Jadi jiwa panjang kaki ku, keluar begitu saja. Rasa penasaran ku juga meningkat pesat. Intinya, ga mau ketinggalan sih, wkwkwk... Iya, aku kemarin ngotot sekali untuk mampir ke Rumah Doa Segala Bangsa Bukit Gibeon Sibisa, padahal dari segi pemetaan, bisa saja aku dan keluarga melewati jalan Tele dari Pulau Samosir untuk menuju Tarutung. Tapi, panjangnya kakiku ga bisa dilawan. Kami pun menurutinya. Hahaha.. Seperti biasa, karena kami sebelumnya nginap di Pulau Samosir, kami pun menyeberangi Danau Toba sekitar 1 jam lebih. Pemandangannya, bolak-bal...

Tutorial Hampir Terlambat Untuk Bersama

Gue dulu agak pesimis dengan kekompakkan kelompok tutorial gue, mereka adalah kelompok B.1 ruang 3.13. Entahlah, gue ngerasa ada aja yang kurang di kelompok ini. Sedikit acuh tak acuh, mungkin. Kalau kelompok ini begini terus, sempat mikir pengen pindah ke kelompok lain (Tapi pasti tak mungkin), apalagi denger-denger dari senior, ketika nyusun skripsi, temen-temen tutorial kalian lah temen skripsi kalian. Emm, bukan merasa sok hebat atau gimana, tapi gue ngerasa Down To Earth aja. Skripsinya susah, mikirin temen satu doping (dosen pembimbing) lagi. Oke mending gue ngerayap didinding. Sebentar, aku perkenalkan satu per satu: Novia Giovani (211 210 002) Fransiska Sinaga (211 210 004) Mona Liany Sinaga (211 210 006) Iwan Petrus Tampubolon (211 210 008) Joab Abigail Sitompul (211 210 010) Meri Bidani Damanik (211 210 012) Gracia Medina Pinem (211 210 014) Ika Agustinawati Siahaan (211 210 016) Inrinogro (211 210 018) Agus Chandra Sembiring(211 210 020) Raskami Pe...