Skip to main content

Sesudah kamu, siapa lagi yang ku tunggu?


Ina, sebut saja begitu. Ia Benar-benar melepas apa yang tidak dapat memberi kepastian padanya. Betul kata sang Presiden Republik Jancukers, Sudjiwotedjo, "Wanita itu suka ice cream dan coklat, namun lebih suka kepastian." Kalimat itu ga perlu penjelasan lebih jauh. Karena "kepastian"lah intinya. Dan apa yang dicari Ina, tak ditemukan pada diri Tono, entah bisa disebut pria atau lelaki, yang sudah bersama Ina selama kurang dari 1 tahun. Sebenarnya, tidak ada parameter, berapa lama seorang wanita menemukan kepastian dari seorang pria. Cuman, inilah Ina dan Tono.

"Sudah ku tanya dari awal, kamu mencari pacar atau calon teman hidup?", kalimat Ina menjadi pembuka kunci pembicaraan tentang kepastian itu.

"Kamu bilang teman hidup. Tapi tingkahmu sama sekali tak menunjukkan tujuanmu itu. Aku bingung. Beberapa kali ku ingatkan baik-baik, tapi rasanya, buatmu masih lebih bagus suara radio rusak-rusak dibandingkan masukanku terhadap masalah pekerjaanmu. Sedikit-sedikit, kamu sakit, kamu tidak masuk kerja. Sedikit-sedikit, kamu tidak suka sama lingkungan kerja, kamu mengeluh. Sedikit-sedikit pekerjaan tak sesuai keinginan, kamu tidak mau melamarnya. Boleh memilih, tapi jangan pemilih sekali. Kamu belum jadi boss, sayang. Inilah hidup, enak ga enak harus dijalani. Suka ga suka, ya harus agak ditahankan. Aku bingung, entah aku atau kamu yang cowok", Ina menambah perkataan yang pedas. Seperti di sinetron, suara petir juga menambah horornya sore itu. Lengkap sudah badai di kehidupan Tono.

Ina dan Tono, agak sedikit berbeda. Ina cewek mandiri, ga suka hal yang lelet, hidupnya cukup terstruktur dan punya planning panjang. Sementara Tono, memang punya banyak mimpi-mimpi besar. Tapi, antara mimpi dan kecepatan aksi, berbanding terbalik. Tono terlalu santai, ga mau ribet, agak pemilih. Perbedaan yang cukup kontras, dan untungnya Ina tau ini kurang dari 1 tahun.

"Kasih aku waktu..", Tono tersigap. Serasa kewibawaannya sebagai pria, diperkosa oleh Ina.

"Aku tidak bisa sejalan denganmu. Prinsip kita berbeda. Cara pandang kita pun begitu. Sebelum hubungan ini terlalu banyak rencana, aku memilih mundur dan menyudahi. Dan aku berharap, ini jadi pukulan keras buatmu", Ina mengambil kunci motor dan bergegas pergi dari cafe kecil dekat lampur merah simpang empat.

"Di luar hujan", singkat Tono.

"Aku punya mantel di jok motor. Aku masih punya kerjaan yang mesti ku selesaikan", Ina tetap melangkahkan kakinya.

Tono tidak bergerak dari kursinya. Sekali lagi, tidak bergerak. Antara memang mati hatinya karena dipanah kata-kata Ina, atau memang sedang menyadari emosi Ina ada benarnya, atau bahkan memang sudah bebal akan nasehat. Tono juga tidak sanggup menghabiskan secangkir wedang jahe yang hangatnya cocok sekali untuk dinikmati. Tono mungkin malu, atau bahkan sudah mulai tak acuh menata hidupnya.

"Mbak, bill nya?", pinta Tono pada salah satu pramusaji yang baru lewat di sampingnya. Pramusaji itu pun bergegas bertanya ke kasir, kemudian datang ke Tono tanpa membawa apa-apa.

"Sudah dibayar tadi mas", jelas pramusaji itu,  dan kembali melayani pelanggan yang lain.

Tono kemudian menyelesaikan wedang jahenya, memutuskan tidak mengejar Ina dan kembali pulang ke rumah. Tono melepaskan Ina malam itu juga.

Di tempat lain, Ina sudah sampai di rumahnya dan menggantungkan kunci ditempatnya. Biasanya, sesampai di rumah, Ina mengabari Tono. Cuman, ini sudah beda. Ina memang sudah bulat untuk melepaskan Tono dengan segala pertimbangan yang ada. Hanya satu yang belum terjawab, sesudah kamu, siapa lagi yang ku tunggu?

Comments

Popular posts from this blog

Anak Gadis Pengen Modis

Kali ini aku mau berbagi tentang salah satu kegiatan perempuan, Dandan ( Make Up ). Begini, setiap anak perempuan akan menemukan titik dimana dia akan harus berubah, entah itu berubah cara berfikir, cara memandang masa depan bahkan cara berpenampilan. Dan aku sedang di masa peralihan itu. Contohnya, aku pernah bercermin dan ngerasa ada yang kurang diwajahnya, i mean "Make apa gitu biar lebih enak dipandang?" apalagi kalo misalnya udah nambah pergaulan atau terlalu banyak kegiatan jadi penampilan mesti lebih diperhatikan. Enggak dipungkiri, objek pertama yang menjadi penilaian orang lain terhadap sosok perempuan adalah wajahnya.  Dan, aku pribadi sering sih bercermin (hahaha..), cuman ya gitu aku termasuk orang yang rada cuek terhadap penampilan. Kemeja/kaos, sepatu kets/sepatu agak ada wedges, jeans , tas selempang dan ikat rambut adalah caraku berpenampilan. Bagiku, lipstick, eyeliner, mascara dan segala alat make up adalah hal yang sanga...

Nyamannya di Rumah Doa Segala Bangsa, Bukit Gibeon Sibisa | #3 Anak Kota Pulang Kampung

[Anak Kota Pulang Kampung] Belakangan ini, Medan lagi dingin banget ya, berasa lagi di daerah Tapanuli Utara. Brrrr... Jadi keinget lagi dengan liburan akhir tahun lalu. Bentar, kayanya sedap nih nyeruput teh manis anget + nyelupin roti Regale.. Rumah Doa Segala Bangsa Bukit Gibeon Sibisa masih terbilang baru, diresmikan tanggal 14 Mei 2016. Akupun mengetahuinya dari beberapa teman yang udah pernah ke sana duluan. Jadi jiwa panjang kaki ku, keluar begitu saja. Rasa penasaran ku juga meningkat pesat. Intinya, ga mau ketinggalan sih, wkwkwk... Iya, aku kemarin ngotot sekali untuk mampir ke Rumah Doa Segala Bangsa Bukit Gibeon Sibisa, padahal dari segi pemetaan, bisa saja aku dan keluarga melewati jalan Tele dari Pulau Samosir untuk menuju Tarutung. Tapi, panjangnya kakiku ga bisa dilawan. Kami pun menurutinya. Hahaha.. Seperti biasa, karena kami sebelumnya nginap di Pulau Samosir, kami pun menyeberangi Danau Toba sekitar 1 jam lebih. Pemandangannya, bolak-bal...

Tutorial Hampir Terlambat Untuk Bersama

Gue dulu agak pesimis dengan kekompakkan kelompok tutorial gue, mereka adalah kelompok B.1 ruang 3.13. Entahlah, gue ngerasa ada aja yang kurang di kelompok ini. Sedikit acuh tak acuh, mungkin. Kalau kelompok ini begini terus, sempat mikir pengen pindah ke kelompok lain (Tapi pasti tak mungkin), apalagi denger-denger dari senior, ketika nyusun skripsi, temen-temen tutorial kalian lah temen skripsi kalian. Emm, bukan merasa sok hebat atau gimana, tapi gue ngerasa Down To Earth aja. Skripsinya susah, mikirin temen satu doping (dosen pembimbing) lagi. Oke mending gue ngerayap didinding. Sebentar, aku perkenalkan satu per satu: Novia Giovani (211 210 002) Fransiska Sinaga (211 210 004) Mona Liany Sinaga (211 210 006) Iwan Petrus Tampubolon (211 210 008) Joab Abigail Sitompul (211 210 010) Meri Bidani Damanik (211 210 012) Gracia Medina Pinem (211 210 014) Ika Agustinawati Siahaan (211 210 016) Inrinogro (211 210 018) Agus Chandra Sembiring(211 210 020) Raskami Pe...