Skip to main content

Posts

Meng-Kualitaskan Waktu Menunggu

Batal Dietnya ya shaaaayy Dua minggu terakhir ini saya menjalani masa stagnasi mau ambil stase PH ( Public Health ). Setelah beberapa hari sebelumnya, saya dan teman-teman mengusahakan untuk masuk PH tanpa stagnasi, karena rasanya sayang sekali mesti stagnasi. Kayanya kalo masa koas dengan disisipi stagnasi, rasanya kurang worth it, ada waktu yang terbuang percuma :’) Cuman ya gitu, kayanya Dewi Fortuna lagi traveling , kami jadi ga masuk PH. So Sad. Daritadi ngomongin stagnasi, stagnasi itu apa? Stagnasi itu jangka waktu dimana anak koas ga boleh ngambil stase lain, jadi pure cuman nunggu stase PH aja. Awalnya saya ngerasa dua minggu tanpa kegiatan koas bener-bener seperti hidup di ruang hampa udara, melayang-layang, ga punya tujuan, mau pulang pun rasanya nanggung mengingat dari Medan ke Dumai-Riau itu butuh waktu kurang lebih 12 jam di jalan. Nge- blank mau ngapain, iya. Cuman, entah kenapa sekarang, setelah mau selesai masa stagnasi, aku merasa bersyukur dengan takdir ...

Money's Source Ala-Ala Perantau

Ketika saya berjalan mau beli paket data di sekitaran jalan Dr. Mansyur, daerah kampus USU, saya beberapa kali mengitari jalan itu hanya sekedar mencari mana harga yang murah tapi paketnya gede? (Iya, saya emang kurang kerjaan, indeed ). Sambil beberapa kali berbalik arah, otak saya bagaikan sempoa, menghitung perbandingan jumlah kuota dan harga yang ditawarkan. emang kadang, antara pelit dan selektif, susah diklasifikasi. Tapi jiwa seorang perantau yang masih merintis -sebutan yang cukup berkualitas untuk anak kostan pengangguran, ya ?-, yang menganut "puas dengan harga murah" masih begitu kental di diri saya. Selama masih merintis, mungkin akan terus terpatri.   Sebagai penyandang status anak yang masih lebih banyak bergantung pada orangtua –sampai umur segini, maklum dokter itu lama kelar sekolahnya-, saya berusaha menekan keuangan. Setidaknya ketika saya belum bisa menghasilkan uang yang bener-bener mencukupi kebutuhan saya, saya mulai sadar untuk lebih mengajarkan ...

A Leyeh-Leyeh Morning at Warung Kopi

Layaknya anak kostan semi pengangguran (iya, anak koas), kalo lagi males ngapa-ngapain, bahkan untuk colokin dispenser pemanas air kemudian menyeduh teh manis hangat-pun saya mager, saya lebih memilih mengambil langkah jarak jauh, untuk sekedar sarapan di salah satu warung kopi terlama yang ada di Medan, di sekitaran pasar Pringgan. Ini Warung Kopi sudah ada sejak mama-papa saya pacaran, lalu mereka menikah, kemudian saya lahir, dan kini saya yang sarapan di situ, cuman belum ada pasangan sih . Ya seperti biasa, saya memesan segelas teh susu panas, segelas telur setengah matang, dan dua buah kue bohong (one of Chinese culinary, I think) . Susunan menu yang memang selalu saya ancang-ancang dari rumah. Enak dan mengenyangkan. Saya bisa pastikan, menu ini bisa mengenyangkan perut sampai lewat jam makan siang. Kalo dipikirkan dari sisi harga, tadi saya cuman menghabiskan uang Rp 21.000. Kalau di- compare dengan menu yang sama tapi dengan tempat yang lebih high-class atau ...

Alasanku Memutuskan Untuk Hengkang Memanjakan Perut

Kalo ditanya sekarang sedang mendalami apa? Aku sedang mendalami Makanan Sehat, karena memang di tahun ini aku pengen meninggalkan dengan segala cara makanku yang seenaknya saja ( mana yang aku suka, aku makan ), hantam kromo ( kalo lagi laper selaper-lapernya, aku makan sampai bener-bener full, akhirnya kekenyangan dan tidur ), kalo enak susah berhenti ( Apa yang enak, pasti kita makan terus sampai kita benar-benar puas dan bosan akan rasanya. Dan kenapa yang enak-enak itu enggak boleh dimakan sesuka hati? ), dan menghapus keyakinan "Makanannya mubazir, sayang kalo dibuang" ( sumpah, ini alasan yang baik tapi berujung enggak baik, percayalah! ). Nah, kebetulan juga aku makin hari, makin mendekati ujungnya dunia per-koas-an. Banyak hal yang ku dapat sih, apalagi tentang yang namanya kesehatan (I mean, bukan sisi kedokterannya, tapi sisi sosial dan gaya hidup). Sumpah, biaya berobat itu mahal! Betapa bijak orang yang menciptakan semboyan "Lebih Baik Mencegah da...

A Disappear Inner Circle

 Beberapa hari yang lalu, aku pengen menelpon adekku yang paling kecil, panggil saja namanya Leo, karena dia sebelumnya ada menelponku pas aku lagi kerja, cuman enggak sempat aku angkat. Begitu pulang ke rumah, sms dia pun aku lupa balas karena aku langsung jleb, tidur. Capek. Iya, capek. "Halo...", kata sambut seperti biasa. "Halo kak...", rupanya mama yang mengangkat telpon Leo. "Oh ya ma, mana Leo ma?" "Lagi mandi dia.. Kenapa kak?" "Gapapa ma, tadi siang dia nelpon dan sms kakak.." "Oo iya.." Entah bagaimana, ada bagian beberapa detik, dimana cuman pulsa yang terbuang aku seperti tidak ada niat menanyakan kabar mama dan ayah. "Yaudah ma, nanti bilang aja sama leo ma, telpon kakak..", dan bodohnya kalimat itu yang terucap. Ckckck... Mungkin beberapa neurotransmitter ku sedang under reconstruction karena beberapa hari yang padat dan kurang tidur, ditambah lagi badan enggak fit. "Iya kak.. ...

Anak Gadis Pengen Modis

Kali ini aku mau berbagi tentang salah satu kegiatan perempuan, Dandan ( Make Up ). Begini, setiap anak perempuan akan menemukan titik dimana dia akan harus berubah, entah itu berubah cara berfikir, cara memandang masa depan bahkan cara berpenampilan. Dan aku sedang di masa peralihan itu. Contohnya, aku pernah bercermin dan ngerasa ada yang kurang diwajahnya, i mean "Make apa gitu biar lebih enak dipandang?" apalagi kalo misalnya udah nambah pergaulan atau terlalu banyak kegiatan jadi penampilan mesti lebih diperhatikan. Enggak dipungkiri, objek pertama yang menjadi penilaian orang lain terhadap sosok perempuan adalah wajahnya.  Dan, aku pribadi sering sih bercermin (hahaha..), cuman ya gitu aku termasuk orang yang rada cuek terhadap penampilan. Kemeja/kaos, sepatu kets/sepatu agak ada wedges, jeans , tas selempang dan ikat rambut adalah caraku berpenampilan. Bagiku, lipstick, eyeliner, mascara dan segala alat make up adalah hal yang sanga...

Jodoh via Tuhan atau Smartphone?

"kak, kalo ada yang kenalan di facebook atau sosial media mana pun, jangan mudah percaya. Ga ada yang betul di dunia maya itu", samar-samar mama ngomong begitu dari kota seberang, Aku tiba-tiba terotak (tertegun.red) pas mama ngomong gitu. Kenapa emangnya? Mungkin emang naluri seorang ibu ketika melihat Cyber Crime lagi sedang happening banget. Hais… Tapi, tanpa diingetin juga, aku udah berusaha nge-secure account aku. Aku mulai nge-unfriend atau unfollow orang-orang yang ga begitu aku kenal. Sorry . Di lain waktu, tepatnya ketika lagi boker (sorry.) , aku lagi-lagi kepikiran sama kata mama itu, apalagi ketika melihat aplikasi ti*der, salah satu aplikasi yang aku coba-coba download , yang fungsinya (halah -_-) untuk nyari kenalan (jodoh, mungkin) dengan sistem kerja, kita buat account terus entar kita setting range usia dan jarak lokasi terjauh yang kita inginkan. Lalu, entar muncul page “Find People Near You” , terus muncullah beberapa foto dari banyak lak...