Skip to main content

A Long Flight To Lombok With Batik Air


Uhuk! Sekarang aku menulis blogpost ini di atas tanah Lombok. Seharian capek sekali, tapi agaknya ketiduran satu jam tadi sore buat aku ogah untuk menunda untuk menulis tentang hari ini. Inilah hari pertamaku di Lombok. Percayalah, ini adalah pengalaman pertama dan penerbangan paling jauh tanpa orangtua, ditambah lagi, aku tidak tahu apa-apa tentang Lombok. Semoga tidak menyesatkan namun bermanfaat.

Setelah ini, jangan lagi bilang bumi itu, datar!

Sebelumnya, aku pergi internsip bersama salah satu teman kuliahku yang entah bagaimana Tuhan izinkan kami bersama. Setidaknya bisa meminimalisir kegelisahan orangtua karena aku pergi jauh. Singkat cerita, sekitar jam 3 pagi, aku berangkat menuju Bandara Kualanamu, Sumatra Utara menggunakan mobil pribadi. Karena Medan-Kualanamu ditempuh 45 menit-1jam tanpa macet. Yaps, sepertinya, penerbangan kami adalah first flight di hari Valentine, sweet anet eaah, dan kami take off sekitar jam 5, menggunakan Batik Air. For you to know this my first early morning domestic flight. And also honestly, I am not brave enough to have a flight. Mck. Iya, aku sedikit kampungan memang hahaha.. Kalau sedikit turbulensi, telapak tangan dan kakiku pasti keringatan. Kalian boleh ketawa, kok.

Aku tidak terlalu baik untuk jadi teman tidur, maafkan aku Angel.

Entah kenapa penerbangan pagi sepertinya akan menjadi favoritku, menjadi saksi terbitnya matahari. Indah yang menggemaskan. Dan agaknya aku jadi menyesal sering malas bangun pagi.

Metamorfosis Pagi itu, seperti ini.

Mengenai Batik Air. Baiklah, memang aku sedang hidup ditahap "jangan menilai sebelum mencoba". Awalnya, agak kecewa karena bagian akomodasi PIDI ga memberikan penerbangan termasyur di negeri ini, taulah kan apa? Lalu, dengar-dengar cerita dan search tentang Batik Air, jadi agak luntur kekecewaan. Dan apalagi setelah melakukan penerbangan, langsung dua kali malah, dari Medan-Jakarta-Lombok, tampaknya aku ga menyesal. Hehehe.. Sebelum membacanya terlalu jauh, ini murni first impression-ku tentang Batik Air dan tanpa diberi bayaran dalam bentuk apapun.

Sarapan pak?

Mck, kampungan! Gelas aja difoto.

Makan siangnya, bu?

Aku naik Batik Air ntah yang Airbus / Boeing 737. Pokoknya seatnya 3 kanan, 3 kiri. Lupa. Kalau di penerbangan Medan-Jakarta, tamu diberikan sarapan sekitar jam setengah 6 pagi. Untuk fasilitas, tv nya belum terpasang. Kalau Jakarta - Lombok, tamu diberi makan siang sekitar jam setengah 12. Untuk fasilitas, tv nya sudah ada. Kita bisa nonton film, dengar musik, main game dan lain-lain. Cuman, saat itu menonton tidak begitu menarik buatku. Aku lebih suka melihat negeri awan. Kami memakan waktu sekitar 2 jam untuk transit di Jakarta. And finally, we arrived in Lombok, West Nusa Tenggara.

How To Execute your meal

Mini tv

Suka kalian mau pilih apa.

Setelah dipikir-pikir, beruntung juga dapat internsip di Sumbawa Besar, NTB. Dulu itu, pernah ke Bali dan berencana mau lanjut ke Lombok, cuman karena kondisi cuaca ga memungkinkan, gagal rencana. Sedih sih, tapi yowes mungkin belum rezekinya. Dan rezekinya sekarang dan dibiayai pula. Dibiayai? Iya, PIDI termasuk program pemerintah dalam pendidikan dokter, dan negara yang menanggung semua akomodasinya. Kenapa ke Lombok,  kenapa ga langsung ke Sumbawa Besar? Iya, kami diberi pembekalan internsip dulu di setiap ibukota propinsi, sebelum bekerja di rumah sakit wahana. Jadi bisa dibilang, ini adalah perjalan dinas. Enak? Tidak juga, karena kami akan bekerja dan menjadi salah satu penanggungjawab kesehatan masyarakat. Ya, pokoknya sebisa mungkin mensyukuri segala sesuatunya dan memanfaatkan berkat yang ada. Ya salah satunya dengan begini, hehehe.. 

Inilah tontonanku selama kurang lebih 2 jam

Sebelum sampai Lombok, kami sudah bertanya terlebih dahulu dengan teman-teman yang orang asli Lombok mengenai akomodasi menuju Hotel Lombok Raya. Nah, jadi pada saat itu aku baru benar-benar ngeh kalau Bandara Lombok berada di Lombok Tengah, Hotel Lombok Raya di Mataram dan jaraknya kira-kira 40 menit. Banyak pilihan untuk ke Mataram, bisa dengan taxi bandara, travel, Damri, taxi online (cuman kalau tidak salah, taxi online sudah dilarang masuk bandara), dijemput pacar kalo punya pacar sih *eh!. 

Maaf, leceuk kali

Kami ga memilih Damri karena mengingat jumlah barang kami yang imbang-imbang rumah tangga yang pindahan. Bayangkan saja, kalo ditotal kelebihan bagasi kami sekitar 33 kg, lebih dari 1 penumpang selain kami. Hahaha.. Kami memilih memakai travel, dan lagi-lagi mesti pinter untuk menawar. Kami awalnya dipatok harga Rp 200.000. Cuman karena kata kawan, harga biasanya Rp 150.000, kami coba tawar dan kami sah di harga Rp 170.000. Tapi pas sampai di hotel dan cerita-cerita dengan teman dari Bandung, mereka dapat harga Rp 125.000. Hahaha, baiklah lain kali mungkin aku mesti lebih mengasah skill tawar menawar agar sah menjadi seorang wanita tulen :D

Belum sempat ke pantai aslinya

Nah, sebenarnya dengan harga Rp 170.000, bapak supirnya menawarkan untuk membawa kami ke Desa Sade, penghasil tenun Lombok. Tapi karena berhubung waktu kayanya kepepet mesti ke pembekalan Internsip, walau berat, kami menolak (soalnya memang udah pengen jalan-jalan aja akunya hahaha..). Mengenai bapak supir, entah memang itu jiwa seorang pemandu wisata, bapaknya baik dan menjelaskan hal-hal yang aku kepo-in tentang destinasi-destinasi Lombok, adat budaya, tradisi, kebiasaan dan hal-hal lain mengenai Lombok. Bapaknya banyak tau, yailah dari kecil sampai sekarang bertahan di Lombok. Nah, setidaknya, dari bapaknya aku menambahi daftar tempat wisata di sekitar Lombok (karena jauh-jauh hari aku sudah membuat daftar wisata Lombok). Asik! Tapi sayangnya, di Lombok-lah yang lebih banyak spot-spot wisata yang bagus. *mari menabung*

Kanan kiri depan belakang perbukitan.

Lah, kok jadi foto pembekalan yang paing akhir, cuman satu pula

Yodah, sekianlah dulu cerita tentang Lomboknya. Flight ke Sumbawa Besar, segera ya, kalo ga sibuk internsip. Doain ya semoga internsipku  Cerah, Berkah dan Berlimpah. Dan kalau ada destinasi sekitar Pulau Lombok dan Pulau Sumbawa, dimohon dengan senang hati, komentar dibawah ya. 
Salam, Asek!

Comments

Popular posts from this blog

Anak Gadis Pengen Modis

Kali ini aku mau berbagi tentang salah satu kegiatan perempuan, Dandan ( Make Up ). Begini, setiap anak perempuan akan menemukan titik dimana dia akan harus berubah, entah itu berubah cara berfikir, cara memandang masa depan bahkan cara berpenampilan. Dan aku sedang di masa peralihan itu. Contohnya, aku pernah bercermin dan ngerasa ada yang kurang diwajahnya, i mean "Make apa gitu biar lebih enak dipandang?" apalagi kalo misalnya udah nambah pergaulan atau terlalu banyak kegiatan jadi penampilan mesti lebih diperhatikan. Enggak dipungkiri, objek pertama yang menjadi penilaian orang lain terhadap sosok perempuan adalah wajahnya.  Dan, aku pribadi sering sih bercermin (hahaha..), cuman ya gitu aku termasuk orang yang rada cuek terhadap penampilan. Kemeja/kaos, sepatu kets/sepatu agak ada wedges, jeans , tas selempang dan ikat rambut adalah caraku berpenampilan. Bagiku, lipstick, eyeliner, mascara dan segala alat make up adalah hal yang sanga...

Nyamannya di Rumah Doa Segala Bangsa, Bukit Gibeon Sibisa | #3 Anak Kota Pulang Kampung

[Anak Kota Pulang Kampung] Belakangan ini, Medan lagi dingin banget ya, berasa lagi di daerah Tapanuli Utara. Brrrr... Jadi keinget lagi dengan liburan akhir tahun lalu. Bentar, kayanya sedap nih nyeruput teh manis anget + nyelupin roti Regale.. Rumah Doa Segala Bangsa Bukit Gibeon Sibisa masih terbilang baru, diresmikan tanggal 14 Mei 2016. Akupun mengetahuinya dari beberapa teman yang udah pernah ke sana duluan. Jadi jiwa panjang kaki ku, keluar begitu saja. Rasa penasaran ku juga meningkat pesat. Intinya, ga mau ketinggalan sih, wkwkwk... Iya, aku kemarin ngotot sekali untuk mampir ke Rumah Doa Segala Bangsa Bukit Gibeon Sibisa, padahal dari segi pemetaan, bisa saja aku dan keluarga melewati jalan Tele dari Pulau Samosir untuk menuju Tarutung. Tapi, panjangnya kakiku ga bisa dilawan. Kami pun menurutinya. Hahaha.. Seperti biasa, karena kami sebelumnya nginap di Pulau Samosir, kami pun menyeberangi Danau Toba sekitar 1 jam lebih. Pemandangannya, bolak-bal...

Tutorial Hampir Terlambat Untuk Bersama

Gue dulu agak pesimis dengan kekompakkan kelompok tutorial gue, mereka adalah kelompok B.1 ruang 3.13. Entahlah, gue ngerasa ada aja yang kurang di kelompok ini. Sedikit acuh tak acuh, mungkin. Kalau kelompok ini begini terus, sempat mikir pengen pindah ke kelompok lain (Tapi pasti tak mungkin), apalagi denger-denger dari senior, ketika nyusun skripsi, temen-temen tutorial kalian lah temen skripsi kalian. Emm, bukan merasa sok hebat atau gimana, tapi gue ngerasa Down To Earth aja. Skripsinya susah, mikirin temen satu doping (dosen pembimbing) lagi. Oke mending gue ngerayap didinding. Sebentar, aku perkenalkan satu per satu: Novia Giovani (211 210 002) Fransiska Sinaga (211 210 004) Mona Liany Sinaga (211 210 006) Iwan Petrus Tampubolon (211 210 008) Joab Abigail Sitompul (211 210 010) Meri Bidani Damanik (211 210 012) Gracia Medina Pinem (211 210 014) Ika Agustinawati Siahaan (211 210 016) Inrinogro (211 210 018) Agus Chandra Sembiring(211 210 020) Raskami Pe...