Skip to main content

Gunung Sinabung Tidak Erupsi, Yuk Ke Danau Lau Kawar

Si Cantik Gunung Sinabung
Agaknya sebelum aku pindah dari Medan, Semesta mengizinkanku pergi ke tempat-tempat yang sebenarnya sudah masuk list untuk ku kunjungi. Tapi kalo ga karena medannya yang sedang tidak baik, ya bingung mau ajak siapa. Rencana tinggallah rencana

Dengan perencanaan yang sebenarnya tiba-tiba, dan sebenarnya awalnya cuman pengen ke Berastagi saja untuk beli susu si Peternakan Sapi Berastagi dan memetik Stroberi, melihat suasana masih siang menuju sore, sayang rasanya cepat-cepat pulang. Lebih tepatnya, ngapain cepat-cepat pulang. Hahaha..

Salah Satu Kebun Stroberi Berastagi


Peternakan Sapi Gundaling, Berastagi.

Danau Lau Kawar. Ya, salah satu destinasi yang sudah lama ku idam-idamkan, akhirnya akan segera di depan mataku. Hasek! Kira-kira 1 jam dari Berastagi kami menuju Danau Lau Kawar. Nah, yang membuatku sedikit terkejut, ternyata itu searah dengan Gunung Sinabung. Untungnya, Gunung Sinabung tidak sedang aktif. Aman..

Gunung Sinabung dengan ketinggian 2.451 meter, nampak masih indah. Diselimuti debu vulkanik dan pepohonan yang rasaku sudah mati sejak terkena lahar panas saat Gunung Sinabung sedang erupsi. Tapi entah kenapa itu terlihat cantik. Barisan pohon-pohon yang tidak berdaun lagi tapi masih berdiri. Kemarin puncaknya juga diselimuti kabut, tapi aku masih bisa melihat puncaknya yang sedang tenang itu.

Salah satu rumah warga sekitaran Gunung Sinabung.

Jalan arah ke sana masih banyak penduduk yang bertahan. Mungkin mereka tidak ingin meninggalkan kediaman dan pekerjaan mereka yang didominasi bertani. Iya, sayur-sayur rasaku tumbuh sangat subur di sini, mungkin karena tanahnya tanah vulkanik kali ya.. (enggak paham-paham banget ilmu tanah soalnya, hehehe..)

Aku tidak tahu pasti itu di radius berapa, cuman rasaku itu cukup dekat dan cukup berbahaya kalau tiba-tiba Gunung Sinabung erupsi lagi. Di beberapa aliran-aliran sungai dekat gunung tertulis peringatan bahwa di situ aliran lahar panas kalau-kalau Gunung Sinabung berulah lagi. Dedaunan di kanan kiri jalan berwarna abu-abu karena kena debu vulkaniknya. Yaiylah, pas erupsi saja, debu Gunung Sinabung sampai ke kostanku, di Medan, yang kira-kira 2-3 jam jauhnya dari Sinabung. Apalagi di sekitaran Sinabung ya, kan? Pastilah lebih berdebu.

Ayok bang, kita kayuh sampannya, eakkk!

Belum terlalu sore dan matahari juga belum terbenam, kami masih sempat melihat Danau Lau Kawar. Aku tidak tahu pasti bagaimana bentuk Danau Lau Kawar sebelum erupsi Sinabung. Cuman, rasaku di gapura selamat datangnya masih berantakan dan tidak terurus. Aku juga kurang tau, apa ini milik pemerintah atau swasta, soalnya di sekitaran Danau Lau Kawar ada tempat bermain anak, tempat ngopi dan semacam rumah kecil ada di situ. Dan kalau aku tidak salah, ga ada biaya untuk masuk kok.

Sedikit mengenai Danau Lau Kawar, merupakan salah satu danau di Kawasan Ekosistem Leuser, berada di Desa Kutagugung, Kecamatan NamanTeran, di bawah kaki Gunung Sinabung, Kabupaten Karo, Provinsi Sumatra Utara. Akses menuju Danau Lau Kawar juga sudah bagus dan beraspal. Cuman, semakin ke mendekati tujuan, jalannya semakin kecil, tapi mobil masih bisa masuk kok. Kalau misalnya bingung kemana arahnya, banyak kok penduduk di sana, jadi mudah untuk bertanya. 

Kok berasa raksasa ya di sini?

Ada juga rakit di sini

Kalau Danau Lau Kawarnya sendiri, masih bagus. Tidak ada sampah. Duh senangnya! Ketika kita duduk di pagar pembatasnya, kita akan disajikan pemandangan perbukitan hijau tua yang mungkin tidak ada di kota. Airnya tidak berisik. Udaranya tidak kotor dan paru-paruku benar-benar sedang tamasya. Yang kedengaran cuman semilir angin, canda tawa, cuitan burung-burung dan kayuh sampan beberapa pemuda setempat. Ah, jiwaku sedang tenang saat itu. Lupa masalah, lupa tuntutan, dan lupa target. Liburan ga mesti luar negeri. Liburan buatku saat alam bisa menenangkanku. Kalo kamu?

By the way, kalo mau ke sini harus update berita ya, kali saja Gunung Sinabung-nya sedang erupsi. Liburan boleh, tapi harus tetep jaga keselamatan diri ya guys!

Pipi tembem, muka leceuk. Mohon maaf ya, jadi rusak pemandangannya..
  

Kira-kira ada ga ya orang yang tnggal di dalam bukit-bukit itu?

Comments

Popular posts from this blog

Anak Gadis Pengen Modis

Kali ini aku mau berbagi tentang salah satu kegiatan perempuan, Dandan ( Make Up ). Begini, setiap anak perempuan akan menemukan titik dimana dia akan harus berubah, entah itu berubah cara berfikir, cara memandang masa depan bahkan cara berpenampilan. Dan aku sedang di masa peralihan itu. Contohnya, aku pernah bercermin dan ngerasa ada yang kurang diwajahnya, i mean "Make apa gitu biar lebih enak dipandang?" apalagi kalo misalnya udah nambah pergaulan atau terlalu banyak kegiatan jadi penampilan mesti lebih diperhatikan. Enggak dipungkiri, objek pertama yang menjadi penilaian orang lain terhadap sosok perempuan adalah wajahnya.  Dan, aku pribadi sering sih bercermin (hahaha..), cuman ya gitu aku termasuk orang yang rada cuek terhadap penampilan. Kemeja/kaos, sepatu kets/sepatu agak ada wedges, jeans , tas selempang dan ikat rambut adalah caraku berpenampilan. Bagiku, lipstick, eyeliner, mascara dan segala alat make up adalah hal yang sanga...

Nyamannya di Rumah Doa Segala Bangsa, Bukit Gibeon Sibisa | #3 Anak Kota Pulang Kampung

[Anak Kota Pulang Kampung] Belakangan ini, Medan lagi dingin banget ya, berasa lagi di daerah Tapanuli Utara. Brrrr... Jadi keinget lagi dengan liburan akhir tahun lalu. Bentar, kayanya sedap nih nyeruput teh manis anget + nyelupin roti Regale.. Rumah Doa Segala Bangsa Bukit Gibeon Sibisa masih terbilang baru, diresmikan tanggal 14 Mei 2016. Akupun mengetahuinya dari beberapa teman yang udah pernah ke sana duluan. Jadi jiwa panjang kaki ku, keluar begitu saja. Rasa penasaran ku juga meningkat pesat. Intinya, ga mau ketinggalan sih, wkwkwk... Iya, aku kemarin ngotot sekali untuk mampir ke Rumah Doa Segala Bangsa Bukit Gibeon Sibisa, padahal dari segi pemetaan, bisa saja aku dan keluarga melewati jalan Tele dari Pulau Samosir untuk menuju Tarutung. Tapi, panjangnya kakiku ga bisa dilawan. Kami pun menurutinya. Hahaha.. Seperti biasa, karena kami sebelumnya nginap di Pulau Samosir, kami pun menyeberangi Danau Toba sekitar 1 jam lebih. Pemandangannya, bolak-bal...

Tutorial Hampir Terlambat Untuk Bersama

Gue dulu agak pesimis dengan kekompakkan kelompok tutorial gue, mereka adalah kelompok B.1 ruang 3.13. Entahlah, gue ngerasa ada aja yang kurang di kelompok ini. Sedikit acuh tak acuh, mungkin. Kalau kelompok ini begini terus, sempat mikir pengen pindah ke kelompok lain (Tapi pasti tak mungkin), apalagi denger-denger dari senior, ketika nyusun skripsi, temen-temen tutorial kalian lah temen skripsi kalian. Emm, bukan merasa sok hebat atau gimana, tapi gue ngerasa Down To Earth aja. Skripsinya susah, mikirin temen satu doping (dosen pembimbing) lagi. Oke mending gue ngerayap didinding. Sebentar, aku perkenalkan satu per satu: Novia Giovani (211 210 002) Fransiska Sinaga (211 210 004) Mona Liany Sinaga (211 210 006) Iwan Petrus Tampubolon (211 210 008) Joab Abigail Sitompul (211 210 010) Meri Bidani Damanik (211 210 012) Gracia Medina Pinem (211 210 014) Ika Agustinawati Siahaan (211 210 016) Inrinogro (211 210 018) Agus Chandra Sembiring(211 210 020) Raskami Pe...