![]() |
Si Cantik Gunung Sinabung |
Dengan perencanaan yang sebenarnya tiba-tiba, dan sebenarnya awalnya cuman pengen ke Berastagi saja untuk beli susu si Peternakan Sapi Berastagi dan memetik Stroberi, melihat suasana masih siang menuju sore, sayang rasanya cepat-cepat pulang. Lebih tepatnya, ngapain cepat-cepat pulang. Hahaha..
![]() |
Salah Satu Kebun Stroberi Berastagi |
![]() |
Peternakan Sapi Gundaling, Berastagi. |
Danau Lau Kawar. Ya, salah satu destinasi yang sudah lama ku idam-idamkan, akhirnya akan segera di depan mataku. Hasek! Kira-kira 1 jam dari Berastagi kami menuju Danau Lau Kawar. Nah, yang membuatku sedikit terkejut, ternyata itu searah dengan Gunung Sinabung. Untungnya, Gunung Sinabung tidak sedang aktif. Aman..
Gunung Sinabung dengan ketinggian 2.451 meter, nampak masih indah. Diselimuti debu vulkanik dan pepohonan yang rasaku sudah mati sejak terkena lahar panas saat Gunung Sinabung sedang erupsi. Tapi entah kenapa itu terlihat cantik. Barisan pohon-pohon yang tidak berdaun lagi tapi masih berdiri. Kemarin puncaknya juga diselimuti kabut, tapi aku masih bisa melihat puncaknya yang sedang tenang itu.
![]() |
Salah satu rumah warga sekitaran Gunung Sinabung. |
Jalan arah ke sana masih banyak penduduk yang bertahan. Mungkin mereka tidak ingin meninggalkan kediaman dan pekerjaan mereka yang didominasi bertani. Iya, sayur-sayur rasaku tumbuh sangat subur di sini, mungkin karena tanahnya tanah vulkanik kali ya.. (enggak paham-paham banget ilmu tanah soalnya, hehehe..)
Aku tidak tahu pasti itu di radius berapa, cuman rasaku itu cukup dekat dan cukup berbahaya kalau tiba-tiba Gunung Sinabung erupsi lagi. Di beberapa aliran-aliran sungai dekat gunung tertulis peringatan bahwa di situ aliran lahar panas kalau-kalau Gunung Sinabung berulah lagi. Dedaunan di kanan kiri jalan berwarna abu-abu karena kena debu vulkaniknya. Yaiylah, pas erupsi saja, debu Gunung Sinabung sampai ke kostanku, di Medan, yang kira-kira 2-3 jam jauhnya dari Sinabung. Apalagi di sekitaran Sinabung ya, kan? Pastilah lebih berdebu.
![]() |
Ayok bang, kita kayuh sampannya, eakkk! |
Belum terlalu sore dan matahari juga belum terbenam, kami masih sempat melihat Danau Lau Kawar. Aku tidak tahu pasti bagaimana bentuk Danau Lau Kawar sebelum erupsi Sinabung. Cuman, rasaku di gapura selamat datangnya masih berantakan dan tidak terurus. Aku juga kurang tau, apa ini milik pemerintah atau swasta, soalnya di sekitaran Danau Lau Kawar ada tempat bermain anak, tempat ngopi dan semacam rumah kecil ada di situ. Dan kalau aku tidak salah, ga ada biaya untuk masuk kok.
Sedikit mengenai Danau Lau Kawar, merupakan salah satu danau di Kawasan Ekosistem Leuser, berada di Desa Kutagugung, Kecamatan NamanTeran, di bawah kaki Gunung Sinabung, Kabupaten Karo, Provinsi Sumatra Utara. Akses menuju Danau Lau Kawar juga sudah bagus dan beraspal. Cuman, semakin ke mendekati tujuan, jalannya semakin kecil, tapi mobil masih bisa masuk kok. Kalau misalnya bingung kemana arahnya, banyak kok penduduk di sana, jadi mudah untuk bertanya.
![]() |
Ada juga rakit di sini |
Kalau Danau Lau Kawarnya sendiri, masih bagus. Tidak ada sampah. Duh senangnya! Ketika kita duduk di pagar pembatasnya, kita akan disajikan pemandangan perbukitan hijau tua yang mungkin tidak ada di kota. Airnya tidak berisik. Udaranya tidak kotor dan paru-paruku benar-benar sedang tamasya. Yang kedengaran cuman semilir angin, canda tawa, cuitan burung-burung dan kayuh sampan beberapa pemuda setempat. Ah, jiwaku sedang tenang saat itu. Lupa masalah, lupa tuntutan, dan lupa target. Liburan ga mesti luar negeri. Liburan buatku saat alam bisa menenangkanku. Kalo kamu?
By the way, kalo mau ke sini harus update berita ya, kali saja Gunung Sinabung-nya sedang erupsi. Liburan boleh, tapi harus tetep jaga keselamatan diri ya guys!
![]() |
Pipi tembem, muka leceuk. Mohon maaf ya, jadi rusak pemandangannya.. |
![]() |
Kira-kira ada ga ya orang yang tnggal di dalam bukit-bukit itu? |
Comments
Post a Comment