Skip to main content

Bantu Lepasin Sanggulku

Setelah acara resepsi pernikahan kelar, Uki menggendong Hana menapaki anak tangga menuju kamar tidur mereka yang baru. (bayangkan saja seperti itu jangan ditambah-tambahi dengan hal yang aneh. Serius).

Sesampainya di depan pintu, Hana membuka pintu kamar mereka dab Uki meletakkan Hana di atas tempat tidur, baik-baik.

"Ayoo kamu kan tadi udah janji bantuin buka sanggulku. Pegel leherku mesti bawa-bawa sanggul ini seharian. Belum lagi akar-akar rambutku mau copot karena sasakan ini". Tanpa ngomong, Uki mengambil sisir dan bedak di atas meja rias itu. Mulailah dia melepaskan satu per satu tusuk konde istrinya.

"Pelaaan sayaaang... Botaak aku nantii..", Hana menekan kulit kepalanya.

"Sssst, ribut. Rambut kamu sih tebal banget. Nanti anakku tebal-tebal dong ya rambutnya", kata Uki sambil menaburkan bedak ke rambut istrinya itu. (bedak itu dipakai untuk melicinkan rambut supaya mudah disisir).

"Apaaa sehh.. PR pertama kita ini nih, kita selesaikan rambutku ini. Emm wait..waitt.. Aku ambil toner dulu biar bersihkan make up". Hana mengambil toner dan kapas dari tempat yang sama.

"Lanjutt sayangg, pelan-pelan yaaa", perintahnya sambil mulai mengusap eye shadow, bedak, lipstik dan lain-lain. Sedangkan Uki masih tetap berkutat dengan rambut dan susahnya membuka sasakkan rambut. Mereka tetap konsentrasi dengan tugasnya masing-masing. Suasan hening. Lalu tiba-tiba..

"Jika bukan aku yang buka kondemu, gimana sayang?"

"Ya mau gimana? Ga jodoh dong kita? Ga di sini kita berdua. Gitu aja Ribet banget kamu ah sayang. Rambutku itu dulu. Duh ini tukang salonnya pake lipstik apa sih? Susah banget hilangnya hedeeeh.."

"Gitu ya?", sahut Uki, pelan. Uki emang ga begitu banyak bicara, ga pendiam jugaa. Tapi kalo udah sangat singkat begitu jawaban Uki, mungkin ada yang tidak enak. Lalu Hana membalikkan badannya dan berhadapan dengan Uki.

"I have prayed about someone to God. Aku pernah mendoakan satu nama, thats yours, honey. Mau tau doaku apa? Ya Tuhan, semoga nanti Uki yang copotin sanggulku siap resepsi pernikahan. Kalo ga, siapa sajalah yang menurut Tuhan yang terbaik buatku. I bestow amen", ucapnya sambil meniru gaya dirinya waktu berdoa dulu, ketika lajang, ketika meminta sama Tuhan. Kemudian membuka mata dan lalu mencium kening Uki.

"Really? Praise the Lord, adaa juga yang mengharapkanku di dalam hidupnya".

"Believe me, banyak cewewew yang mengharapkan kamu. Cuman aku mungkin lagi beruntung atau lagi lebih rajin ngarepin kamu. Gitu. Udah ah, nanggung nih lanjutin dong sayangg.. Ga lucu kan aku tidur tapi rambut masih besasak begini..", ucap Hana seraya mencubit hidung Uki, kemudian membelakangi Uki, lagi.

"Kamu itu lucu, cerewet, ngangenin. Sedangkan aku? Pendiam, ga lucu dan kalo lagi fatal, aku garing maksimal", kembali lagi Uki menaburkan bedak di kepala Hana.

"Itulah melengkapi. Aku ga bisa perbaiki tipi, kamu bisa. Aku bisa masak semur ayam kesukaan kamu, kamu ga bisa. Aku bisa hamil, kamu ga bisa. Aku ga bisa perbaiki mesin mobil, kamu ahlinya. Kamu suka kopi, aku suka air putih. Kita berbeda, tapi saling merindukan.."

"Iyaa. I am so blessed to be with you."

"Me too.. Btw, ada yang belum bisa kulihat darimu, tapi aku udah lihat dari pria lain"

"Apa? Jangan aneh."

"Emm, iyaaa.. Aku tuh seneng aja ngelihat bapak-bapak yang gantiin popok anaknya, ga malu-malu bawa tas babynya atau gantian shift sama istrinya untuk jagain babynya.."

"Huh!", Uki mencubit genit Hana, "Aku kirain apa. I wont tell you too much. Someday, i'll show you. The greatest moment of man is when He can be the first his baby's touching, even she hasnt know her mom. Ketika Pria pemeluk pertama bayinya, bahkan sebelum bayinya berada dipelukan ibunya."

"Asal ma."

"Aku serius lho. Nanti kita kerjakan.."

"Hahahaha, kerjakan lah dulu rambutku itu."

"Salting kamu ya? Maksudku itu, ya gitulah pria yang sebenarnya. Aku pun sih belum tau, tapi temen-temenku ngomongnya gitu. Itu sih katanya ungkapan dari apa yang dilihatnya, ketika istrinya melahirkan. Kalo kata temenku sih, mending gue lari sumatra-jawa bolak balik daripada gitu. Precious banget lho sayang kalo jadi wanita itu..".

"Woyooow, kok jadi mellow gitu kamu. Hahaha.."

Uki mencium Hana, "Baru diam kan..."

"Udah udah lanjut ihh..".

"Gemm, Mama rambutnya lebat ya? Udah hampir setengah jam belum kelar juga PR ku ini."

"Ya gitu deh. Udah ntar aku bikinin coklat mint panas yaa biar hilang capeknya.."

Uki refleks senyum, dia berfikir, entah kenapa bisa seberuntung ini, beruntung didoakan dan diharapkan oleh wanita yang dia harapkan juga.

Hana? Entahlah, dia masih sibuk dengan make up nya yang tak kunjung bersih.

Comments

Popular posts from this blog

Anak Gadis Pengen Modis

Kali ini aku mau berbagi tentang salah satu kegiatan perempuan, Dandan ( Make Up ). Begini, setiap anak perempuan akan menemukan titik dimana dia akan harus berubah, entah itu berubah cara berfikir, cara memandang masa depan bahkan cara berpenampilan. Dan aku sedang di masa peralihan itu. Contohnya, aku pernah bercermin dan ngerasa ada yang kurang diwajahnya, i mean "Make apa gitu biar lebih enak dipandang?" apalagi kalo misalnya udah nambah pergaulan atau terlalu banyak kegiatan jadi penampilan mesti lebih diperhatikan. Enggak dipungkiri, objek pertama yang menjadi penilaian orang lain terhadap sosok perempuan adalah wajahnya.  Dan, aku pribadi sering sih bercermin (hahaha..), cuman ya gitu aku termasuk orang yang rada cuek terhadap penampilan. Kemeja/kaos, sepatu kets/sepatu agak ada wedges, jeans , tas selempang dan ikat rambut adalah caraku berpenampilan. Bagiku, lipstick, eyeliner, mascara dan segala alat make up adalah hal yang sanga...

Nyamannya di Rumah Doa Segala Bangsa, Bukit Gibeon Sibisa | #3 Anak Kota Pulang Kampung

[Anak Kota Pulang Kampung] Belakangan ini, Medan lagi dingin banget ya, berasa lagi di daerah Tapanuli Utara. Brrrr... Jadi keinget lagi dengan liburan akhir tahun lalu. Bentar, kayanya sedap nih nyeruput teh manis anget + nyelupin roti Regale.. Rumah Doa Segala Bangsa Bukit Gibeon Sibisa masih terbilang baru, diresmikan tanggal 14 Mei 2016. Akupun mengetahuinya dari beberapa teman yang udah pernah ke sana duluan. Jadi jiwa panjang kaki ku, keluar begitu saja. Rasa penasaran ku juga meningkat pesat. Intinya, ga mau ketinggalan sih, wkwkwk... Iya, aku kemarin ngotot sekali untuk mampir ke Rumah Doa Segala Bangsa Bukit Gibeon Sibisa, padahal dari segi pemetaan, bisa saja aku dan keluarga melewati jalan Tele dari Pulau Samosir untuk menuju Tarutung. Tapi, panjangnya kakiku ga bisa dilawan. Kami pun menurutinya. Hahaha.. Seperti biasa, karena kami sebelumnya nginap di Pulau Samosir, kami pun menyeberangi Danau Toba sekitar 1 jam lebih. Pemandangannya, bolak-bal...

Tutorial Hampir Terlambat Untuk Bersama

Gue dulu agak pesimis dengan kekompakkan kelompok tutorial gue, mereka adalah kelompok B.1 ruang 3.13. Entahlah, gue ngerasa ada aja yang kurang di kelompok ini. Sedikit acuh tak acuh, mungkin. Kalau kelompok ini begini terus, sempat mikir pengen pindah ke kelompok lain (Tapi pasti tak mungkin), apalagi denger-denger dari senior, ketika nyusun skripsi, temen-temen tutorial kalian lah temen skripsi kalian. Emm, bukan merasa sok hebat atau gimana, tapi gue ngerasa Down To Earth aja. Skripsinya susah, mikirin temen satu doping (dosen pembimbing) lagi. Oke mending gue ngerayap didinding. Sebentar, aku perkenalkan satu per satu: Novia Giovani (211 210 002) Fransiska Sinaga (211 210 004) Mona Liany Sinaga (211 210 006) Iwan Petrus Tampubolon (211 210 008) Joab Abigail Sitompul (211 210 010) Meri Bidani Damanik (211 210 012) Gracia Medina Pinem (211 210 014) Ika Agustinawati Siahaan (211 210 016) Inrinogro (211 210 018) Agus Chandra Sembiring(211 210 020) Raskami Pe...