Skip to main content

Filosofi Sate Padang


Beberapa hari ini aku gemar membeli sebungkus sate padang. Harganya sebungkus cuman 7ribu, tapi kadang-kadang ku minta ke bapak penjualnya untuk menggenapinya jadi 10ribu saja. Ya lumayan, tambahannya lumayan banyak. Ya, syukurlah lepas makan malam dengan uang 10ribu.

Beberapa hari yang lalu, aku ke toko buku. Soalnya bosen banget dikost, sekalian beli sketch book. Enggak tau, lagi hobby desain baju gitu (bukan karena mau wisuda kokkk). Lalu seperti biasa, aku mendekati rak novel. Terserahlah, mau novel terjemahan atau enggak.
 
Sesuai googling-twittering-instagram-ing semalam, aku nyari novel Koala Kumal. Yah, itulah enggak jodoh. Novel Koala Kumalnya udah sold out. Ckckck.. sedihlah Snow White~~~

Tapi, kemarin terlihatku novel karangan Dewi Lestari (Salah satu novelis Indonesia favoritku setelah Agnes Jessica). Novelnya yang terbaru, bejudul Gelombang, tidak begitu menarik perhatianku, karena aku enggak membaca kisahnya dari buku yang pertama. Otomatis, enggak nyambung dengan sel-sel otakku. Mataku tertuju pada "Filosofi Kopi". Aku membaca sinopsisnya. Novel ini berisi prosa-prosa beliau. Bahasanya ringan, langsung ngena' di hati.

Until, i saw and took a photo from a paper.. Isinya begini.

"Seindah apa pun huruf terukir, dapatkah ia bermakna apabila tidak ada jeda? Dapatkah ia dimengerti jika tidak ada spasi?" (Spasi, Filosofi Kopi, 1998).

Terus aku denger-denger, ini bukunya mau dibuat film (dan aku kayanya wajib nonton, walaupun aku bukan penikmat kopi), aku lihat traillernya di instagram. Pokoknya isinya itu:

"Cinta kan datang tak diundang, pergi enggak pamit. 
Tolong dipelihara".

Ya, tanpa penjelasan, kalimat itu sudah terlalu sederhana untuk dicerna otak.

Lalu, aku adalah penikmat sate padang, belakangan ini. Padahal dulu, anti banget sama namanya sate padang. Tapi itulah, yang paling kau benci, kadang tiba-tiba bisa jadi yang paling kau cinta..
Filosofi sate padang. Enggak tau, aku menemukan kebahagiaan di sate padang berharga sepuluhrebu itu, di simpang kostan. Menemukan kalimat sederhana 

"Berbahagialah kamu, wahai yang jujur meluapkan air mata,
yang kuat menghapusnya sendiri, dan yang berani belajar untuk berserah."

Apalah adek bang, cuman kuah sate padangnya 

-Baru siap makan sate padang. Dagingnya masih sampai lambung, dikasih asam klorin biar enggak masuk bakteri-bakteri jahat-

Comments

Popular posts from this blog

Anak Gadis Pengen Modis

Kali ini aku mau berbagi tentang salah satu kegiatan perempuan, Dandan ( Make Up ). Begini, setiap anak perempuan akan menemukan titik dimana dia akan harus berubah, entah itu berubah cara berfikir, cara memandang masa depan bahkan cara berpenampilan. Dan aku sedang di masa peralihan itu. Contohnya, aku pernah bercermin dan ngerasa ada yang kurang diwajahnya, i mean "Make apa gitu biar lebih enak dipandang?" apalagi kalo misalnya udah nambah pergaulan atau terlalu banyak kegiatan jadi penampilan mesti lebih diperhatikan. Enggak dipungkiri, objek pertama yang menjadi penilaian orang lain terhadap sosok perempuan adalah wajahnya.  Dan, aku pribadi sering sih bercermin (hahaha..), cuman ya gitu aku termasuk orang yang rada cuek terhadap penampilan. Kemeja/kaos, sepatu kets/sepatu agak ada wedges, jeans , tas selempang dan ikat rambut adalah caraku berpenampilan. Bagiku, lipstick, eyeliner, mascara dan segala alat make up adalah hal yang sanga...

Nyamannya di Rumah Doa Segala Bangsa, Bukit Gibeon Sibisa | #3 Anak Kota Pulang Kampung

[Anak Kota Pulang Kampung] Belakangan ini, Medan lagi dingin banget ya, berasa lagi di daerah Tapanuli Utara. Brrrr... Jadi keinget lagi dengan liburan akhir tahun lalu. Bentar, kayanya sedap nih nyeruput teh manis anget + nyelupin roti Regale.. Rumah Doa Segala Bangsa Bukit Gibeon Sibisa masih terbilang baru, diresmikan tanggal 14 Mei 2016. Akupun mengetahuinya dari beberapa teman yang udah pernah ke sana duluan. Jadi jiwa panjang kaki ku, keluar begitu saja. Rasa penasaran ku juga meningkat pesat. Intinya, ga mau ketinggalan sih, wkwkwk... Iya, aku kemarin ngotot sekali untuk mampir ke Rumah Doa Segala Bangsa Bukit Gibeon Sibisa, padahal dari segi pemetaan, bisa saja aku dan keluarga melewati jalan Tele dari Pulau Samosir untuk menuju Tarutung. Tapi, panjangnya kakiku ga bisa dilawan. Kami pun menurutinya. Hahaha.. Seperti biasa, karena kami sebelumnya nginap di Pulau Samosir, kami pun menyeberangi Danau Toba sekitar 1 jam lebih. Pemandangannya, bolak-bal...

Tutorial Hampir Terlambat Untuk Bersama

Gue dulu agak pesimis dengan kekompakkan kelompok tutorial gue, mereka adalah kelompok B.1 ruang 3.13. Entahlah, gue ngerasa ada aja yang kurang di kelompok ini. Sedikit acuh tak acuh, mungkin. Kalau kelompok ini begini terus, sempat mikir pengen pindah ke kelompok lain (Tapi pasti tak mungkin), apalagi denger-denger dari senior, ketika nyusun skripsi, temen-temen tutorial kalian lah temen skripsi kalian. Emm, bukan merasa sok hebat atau gimana, tapi gue ngerasa Down To Earth aja. Skripsinya susah, mikirin temen satu doping (dosen pembimbing) lagi. Oke mending gue ngerayap didinding. Sebentar, aku perkenalkan satu per satu: Novia Giovani (211 210 002) Fransiska Sinaga (211 210 004) Mona Liany Sinaga (211 210 006) Iwan Petrus Tampubolon (211 210 008) Joab Abigail Sitompul (211 210 010) Meri Bidani Damanik (211 210 012) Gracia Medina Pinem (211 210 014) Ika Agustinawati Siahaan (211 210 016) Inrinogro (211 210 018) Agus Chandra Sembiring(211 210 020) Raskami Pe...