"Entah kenapa, kalo ngelihat kau pasti aku bawaannya mau ketawa", tiba-tiba dia muncul dari belakang dengan membawa ukulelenya.
"Ya mungkin karena kau lucu lhoo..", aku menjawab.
"Lah maksudnya?", dia memberhentikan permainannya.
"Ya, kau kan lucu, rame bawaannya. Makanya aku ketawa terus ngelihat kau..", aku memperjelas.
Dia mengambil posisi di sampingku dan menegakkan tulang punggungnya, "Kau itu salah dengar. Bukan kau yang ketawa, tapi aku yang ketawa kalo ngelihat kau lhoooo..."
"Ha? Iyanya? Salah dengar aku berarti?", aku pura-pura termangu.
"Heeeeeehhh...!", dia mengacak-acak rambutku yang sudah salah potong seminggu lalu.
"Weeeiii, rambutku susah diatur lhoo.. Jangan diacak-acak. Lihat? Kan susah kn ngaturnya", aku marah, tapi pura-pura, dalam hati gregetan, sambil memperbaiki rambutku. Rambutku ini susah membedakan mana poni, mana rambut yang lebih panjang.
Dia tetap selooow melanjutkan permainan ukulelenya yang sebenarnya nada senarnya pun lari entah kemana-mana.
Comments
Post a Comment