Aku disini bercerita bukan karena bangga dideketin beberapa lelaki. Tapi, tentang memilih pilihan. Sama seperti mau membeli sepatu. Terlalu banyak pilihan yang tersaji di etalase toko sepatu. Di mulai dari pita dibagian ujung sepatu, tinggi hak sepatu, bahan bakunya, warna yang cantik dan apalagi kenyamanan di kaki. Namun, tidak semua bisa kita miliki. Cuman pada akhirnya, kita akan memilih salah satu dari semua pilihan itu, yang menurut penglihatan dan rasa kepercayaan kita, itulah yang terbaik. Entah nanti akan kotor, sol sepatunya akan lepas atau bahkan bisa-bisa hilang, itu urusan belakangan Tergantung kita yang menjaga dan merawatnya.
Dia, yang dulu, pernah bilang,
"Kamu kalo lepas dari aku, pasti langsung cepat dapatkan penggantiku..".
Sekarang, kami sudah selesai. Episode aku dengan dia, sudah kami lewati. Kini kami berjalan masing-masing dan kurasa kehidupan kami terasa jauh lebih baik, lebih baik untuk sendiri-sendiri. Time will take us to the right moments.
Beberapa bulan setelah berpisah, tidak banyak yang tahu aku sudah menyandang status "single". Waktu itu mungkin masih berharap untuk kembali padanya. Cuman menyadari, tak semua harapan itu baik adanya untuk kita. Menurut Tuhan, lebih baik aku bersedih dulu, jatuh dulu. Dengan begitu, iman dan kedewasaanku bisa tumbuh lebih matang. Nah, ketika aku bisa tegar dan kuat, aku menjadi pribadi yang ku rasa, lebih bijak dan mandiri.
Kira-kira sejak 2-3 bulan yang lalu, sudah beberapa lawan jenis yang tahu akan kenyataan tadi. Jujur, sampai sekarang, entah apa yang dilihat mereka dari diriku. Kadang kalo aku bercermin, yang ku dapati adalah sesosok perempuan subur dan bantet, pipi menggembung, gigi berbehel, lasak, sering ngupil dan sendawa sembarangan, berkacamata dan sangat kelihatan nerd, bukan fashionable lah pokoknya. Makanya aku heran, big why? Big how?
Tapi, apakah ketika kita diberi banyak pilihan, berarti kita mesti memilih? Apakah Tuhan menghadirkan mereka, hanya untuk mempercepat proses move on ku? Mungkin.
Apakah Tuhan menghadirkan mereka hanya untuk menyemangatiku saat skripsi? Mungkin.
Apakah aku yang terlalu baper? Mungkin. Apakah aku mencari pelampiasan? Mungkin (jahat banget yaa..)
Apakah? Apakah? Itu yang jadi pertanyaan terbesarku sekarang.
Hahaha, mungkin aku adalah seonggok jiwa yang kaget, yang sudah lama tidak merasakan yang namanya "i am single and happy" dan kemudian ada beberapa lelaki yang datang mencoba mendekat, lalu tidak tahu bagaimana bersikap. Akulah itu.
Yaps, aku tidak mau gegabah. Aku bukan tipe yang mudah menjalin komitmen. Soalnya walaupun tomboy dan cuek gini, perasaanku itu kadang lebih-lebih balon sabun, ketika disentuh, mudah pecah.
Dalam doaku sih ya, aku lebih menyerahkan hatiku kepada Penciptaku, tapi tetap ku selipkan kriteria yang ku harapkan.
Aku lelah untuk menuntut Tuhan mengabulkan doaku. Aku sadar, aku ga boleh sok-sok tahu, hal apa bisa yang bisa buat aku bahagia. Mutlak sekali, cuman Tuhan yang tahu cara membahagiakan anak-anakNya, asalkaaann anak-anakNya mau dekat padaNya.
Kembali dalam hal, memilih. Aku cuman berharap, Tuhan memberikan aku kebijaksanaan. Harus memilih atau tidak? Kalau memang harus memilih, aku harap aku bisa lebih bijak dalam memilih. Kalau memang tidak, mungkin Tuhan sedang menginginkan aku fokus pada tujuanNya yang diberikanNya padaku.
Dan, kalian tahu?
Ini benar-benar ku rasakan.
Ketika aku benar-benar berserah, aku membawa Tuhan dalam setiap kondisiku, tetap mempersilahkan Tuhan membentuk hidupku sesukaNya, Tuhan benar-benar melancarkan dan memberi apa yang tidak pernah terbayangkan olehku. Kedamaian melingkupi, sukacita melebihi dari materi, keringanan dan ketenangan dalam menghadapi masalah.
Tuhan, hanya sejauh doa. Tuhan ingin kita mendekat padaNya. Tuhan rindu pada anak-anakNya. Datanglah padaNya, Dia akan menjamahmu. Selamat malam :)
Comments
Post a Comment