Skip to main content

Patokan Jadi Dokter

Kemarin, aku bertemu salah seorang ppds forensik, yang notabene juga salah satu senior alamamater kedokteran umum. Singkat cerita, aku ga sengaja bertemu beliau di instalasi forensik di salah satu rumah sakit di Medan. Beliau sedang menjalani PPDS (Program Profesi Dokter Spesialis). Nah, aku ke tempat yang sama karena mau mengambil data untuk sample skripsiku. Oh ya, ku nyatakan semalam adalah what a tiring day lah! Hahaha...

Di sela-sela aku ambil data, seniorku tadi tiba-tiba datang menghampiri dan ngomong

"Kau kenapa mau ambil kedokteran?"
Aku memberhentikan pekerjaanku dan mulai mendengar pertanyaannya.

"Pengen aja bang. Pengen mengabdi."

"Menjadi dokter itu, harus punya jiwa dokter.."
Aku mengangguk, tanda setuju. Beberapa anak koas disitu juga mendadak memperhatikan beliau.

"Bapakku dulu cuman tukang ngangkot, mamaku cuman jualan di pasar. Aku dulu coba masuk FK *** (negeri), tapi ga jebol. Di suruh bapakku, aku masuk hukum, aku ga mau. Aku tetap kekeuh mau jadi dokter. Dibilang mamakku, kalo masuk swasta, kami ga sanggup biayai sekolahmu. Cemanalah dibuat? Aku bersikeras, aku coba FK swasta. Lolos. Akhirnya aku merantau kuliah di FK ******** dan aku jadi supir angkot. "

"Serius bang?", aku menyipitkan mataku, seolah-olah tak percaya.

"Iya. Untuk nambah2 uang kuliah. Kata bapakku, kalo mau jadi orang kaya, jangan jadi dokter, jadilah pengusaha. Kalo mau jadi orang baik, jadilah dokter. Jangan jadi dokter yang patokannya duit. Jadilah dokter yang bener-bener mau melayani. Nanti kalo kau benar-benar melayani, pasien-pasienmu sehat dan bahagia, mereka akan merekomendasimu ke orang lain. Tengoklah aku, dokter miskinnya aku. Kemana-mana masih pake motor. Sementara kalian masih koas pun udah pake mobil. Ya kan?"

Aku cuman nyengir. Hehehe...

"Ini lagi, kalian itu kurang mau berkorban, banyak takutnya, dan komunikasi kalian itu juga. Kurang sekali. Aku, 8 tahun di IGD nya rsud.***, udah terlalu banyak jenis manusia aku temui. Dari yang datang mengeluh sakit perut sampai yang tiba-tiba datang bawa pistol atau parang. Di situlah kita dituntut untuk komunikasi yang baik dengan pasien dan keluarganya. Aku kalau ketemu mahasiswa FK, ga ilmu yang ku kasih, ilmu bisa klian cari di buku kan? Tapi pengalaman itu yang membuat jiwa dokter kita tumbuh. Jadi dokter, bukan ilmu dulu yang ditumbuhkan, tapi jiwamu sebagai dokter, jiwa ingin membantu.dan melayani, jiwa berkorban itu yang penting. Kalau udah itu kau pegang, yakinlah uang akan datang dengan sendirinya..".

Keadaan mulai hening, otakku berfikir dengan kata-kata senior yang satu ini. Memotivasi dan inspiratif lah. Lalu tiba-tiba dia melanjutkan wejangannya lagi.

"Kau tengoklah, sekarang banyak dokter-dokter numpuk di kota kan? Kenapa coba?"

"Biaya kuliah kedokteran mahal bang, jadi beberapa dari mereka punya pemikirian untuk balik modal dulu. Makanya bertahan di kota, nyari duit. Kalo di desa kan ga pala gajinya, kayanya sih gitu bang", jawabku spontan.

"Nah, itulah dia. Kalian jadi dokter bukan itu tujuannya, tapi melayani".

Aku menganggung dan tersenyum tanda setuju.
Sedikit banyaknya, begitulah kira-kira isi percakapan kami. Sepanjang beliau bercerita, aku bener-bener memberhentikan pengerjaan mengambil data-dataku.

Ya, mendapatkan pengalaman dari senior itu, perlu sekali. Kita bisa mengintrospeksi diri dan lebih belajar lagi untuk lebih baik.

Perihal menjadi dokter. Ya, kehidupan seorang dokter akan berlimpah pada waktunya. Karena aku juga melihat, banyak dokter yang hidupnya lebih dari sejahtera ketika usia lanjut, bukan pada waktu muda.

Bener juga, seorang dokter itu, lama mandirinya, mahal sekolahnya. Jadi, siapa yang hidupnya pengen cepat sejahtera, janganlah ambil FK. Kalo pengen banget, coba ubah patokanmu, visi dan misimu. Intinya, jadi dokter itu musti melayani dengan ikhlas. Kepuasan pasien jauh lebih penting dari materi.

Aku pun belum jadi dokter, cuman mau berbagi nasehat dan wejangan dari senior. Semoga, kita yang mau ambil prodi kedokteran, sedang menjalani prodi kedokteran, sedang koas, sedang internship, sedang PTT, lebih semangat lagii untuk melayani. Tuhan memberkati.

Comments

  1. pos yang sangat baik, yaps menjadi dokter adalah panggilan jiwa, suara hati :)

    ReplyDelete

Post a Comment

Popular posts from this blog

Anak Gadis Pengen Modis

Kali ini aku mau berbagi tentang salah satu kegiatan perempuan, Dandan ( Make Up ). Begini, setiap anak perempuan akan menemukan titik dimana dia akan harus berubah, entah itu berubah cara berfikir, cara memandang masa depan bahkan cara berpenampilan. Dan aku sedang di masa peralihan itu. Contohnya, aku pernah bercermin dan ngerasa ada yang kurang diwajahnya, i mean "Make apa gitu biar lebih enak dipandang?" apalagi kalo misalnya udah nambah pergaulan atau terlalu banyak kegiatan jadi penampilan mesti lebih diperhatikan. Enggak dipungkiri, objek pertama yang menjadi penilaian orang lain terhadap sosok perempuan adalah wajahnya.  Dan, aku pribadi sering sih bercermin (hahaha..), cuman ya gitu aku termasuk orang yang rada cuek terhadap penampilan. Kemeja/kaos, sepatu kets/sepatu agak ada wedges, jeans , tas selempang dan ikat rambut adalah caraku berpenampilan. Bagiku, lipstick, eyeliner, mascara dan segala alat make up adalah hal yang sanga...

Nyamannya di Rumah Doa Segala Bangsa, Bukit Gibeon Sibisa | #3 Anak Kota Pulang Kampung

[Anak Kota Pulang Kampung] Belakangan ini, Medan lagi dingin banget ya, berasa lagi di daerah Tapanuli Utara. Brrrr... Jadi keinget lagi dengan liburan akhir tahun lalu. Bentar, kayanya sedap nih nyeruput teh manis anget + nyelupin roti Regale.. Rumah Doa Segala Bangsa Bukit Gibeon Sibisa masih terbilang baru, diresmikan tanggal 14 Mei 2016. Akupun mengetahuinya dari beberapa teman yang udah pernah ke sana duluan. Jadi jiwa panjang kaki ku, keluar begitu saja. Rasa penasaran ku juga meningkat pesat. Intinya, ga mau ketinggalan sih, wkwkwk... Iya, aku kemarin ngotot sekali untuk mampir ke Rumah Doa Segala Bangsa Bukit Gibeon Sibisa, padahal dari segi pemetaan, bisa saja aku dan keluarga melewati jalan Tele dari Pulau Samosir untuk menuju Tarutung. Tapi, panjangnya kakiku ga bisa dilawan. Kami pun menurutinya. Hahaha.. Seperti biasa, karena kami sebelumnya nginap di Pulau Samosir, kami pun menyeberangi Danau Toba sekitar 1 jam lebih. Pemandangannya, bolak-bal...

Tutorial Hampir Terlambat Untuk Bersama

Gue dulu agak pesimis dengan kekompakkan kelompok tutorial gue, mereka adalah kelompok B.1 ruang 3.13. Entahlah, gue ngerasa ada aja yang kurang di kelompok ini. Sedikit acuh tak acuh, mungkin. Kalau kelompok ini begini terus, sempat mikir pengen pindah ke kelompok lain (Tapi pasti tak mungkin), apalagi denger-denger dari senior, ketika nyusun skripsi, temen-temen tutorial kalian lah temen skripsi kalian. Emm, bukan merasa sok hebat atau gimana, tapi gue ngerasa Down To Earth aja. Skripsinya susah, mikirin temen satu doping (dosen pembimbing) lagi. Oke mending gue ngerayap didinding. Sebentar, aku perkenalkan satu per satu: Novia Giovani (211 210 002) Fransiska Sinaga (211 210 004) Mona Liany Sinaga (211 210 006) Iwan Petrus Tampubolon (211 210 008) Joab Abigail Sitompul (211 210 010) Meri Bidani Damanik (211 210 012) Gracia Medina Pinem (211 210 014) Ika Agustinawati Siahaan (211 210 016) Inrinogro (211 210 018) Agus Chandra Sembiring(211 210 020) Raskami Pe...