Skip to main content

#2019GantiPolaMakan Memaksimalkan Konsumsi Buah dan Sayur Untuk Investasi Kesehatan


Berangkat dari alasan bahwa buah dan sayur mahal, susah didapat, rasanya juga ga begitu bersahabat di lidah dan jika dibeli bakalan cepat busuk kalau ga dimasukkan ke kulkas, aku pribadi sedikit kesal. Apa ya, itu semacam mencari pembenaran kalau makan buah dan sayur, menyusahkan dan boros. Ah-elah, tolong!

Jauh sebelum aku ingin menginspirasi orang-orang untuk lebih mengkonsumsi buah dan sayur, di rumah, aku sudah diajarkan untuk teratur makan buah dan sayur. Kenapa? Di tubuh kita banyak toksin atau racun yang datang dari mana saja. Racun-racun tersebut bisa mempengaruhi system kerja organ dalam tubuh. Ujung-ujungnya bisa menurunkan efektifitas kerja organ, menurunkan kualitas imunitas tubuh, toksin dan bakteri pathogen nongkrong di jaringan tubuh, tubuh sakit, uring-uringan, ga kerja, dan terakhir, nyusahin orang. Mau?

Kebetulan, rumahku berada di lingkungan rumah sakit dan pabrik. Udah terbayang dong ya berapa banyak benda-benda asing yang mencoba nyusup ke tubuh dan mengganggu system imunitas. Jadi mamaku memang selalu menyediakan buah, minimal buah jeruk atau pear. Mereka itu tinggi mineral dan vitamin. Dan kalau untuk makan sehari-hari, sesibuk-sibuknya beliau, mama akan menyajikan lalapan atau sayur sekedar rebus. See? Ga repot, kalo kita niat. Kalo udah ga niat. ah udah ga ada obatnya itu. Seriusan deh...

Ditambah lagi, dari aku koas dan sampai sekarang jadi dokter, aku beberapa kali menemukan pasien (bahkan seumuran aku) yang sudah terkena penyakit. Penyakitnya bukannya penyakit sepele, lho. Semakin yakinlah aku untuk meletakkan buah dan sayur diposisi yang paling diprioritaskan,

Aku pernah baca artikel bahwa anak muda di salah satu kota besar di Indonesia mengkonsumsi karbohidrat yang berlebih dan kurang makan makanan tinggi serat. Hal itu akan menimbulkan penyakit seperti diabetes mellitus. Suatu kejadian luar biasa jika diabetes mellitus terjadi pada usia-usia produktif seperti kita, yang ujung-ujungnya akan menurunkan kesejahteraan dan malah menambah beban negara. Emang mau hidupmu jadi beban orang lain?

Aku sekarang memilih menjadikan buah dan sayur sebagai makanan sehari-hari dan bahkan cemilan. Efeknya bagus banget. Dengan lingkungan kerjaku yang sebenarnya adalah lumbung dari berbagai macam kuman dan bakteri, imunitasku masih bisa membentengiku dari ancaman mereka. Selain itu, aku jadi bisa mempertahankan berat badanku. Double keuntungannya, lho..

Aku ga mengingkari bahwa beberapa rasa buah dan sayur tidak begitu enak. Tapi pernah denger ga "Yang manis jangan langsung ditelan, yang pahit jangan langsung dimuntahkan"? Itu prinsip wajib ketika kita mau berhijrah pola makan yang lebih mengedepankan porsi buah dan sayur.

Nah, kalo buah dan sayur dibilang mahal? Aku rada bingung. Saat merantau agak jauh begini pun, aku tetap membiasakan memakan buah dan sayur. Karena aku takut banget sakit saat jauh dari keluarga. Kemarin, aku baru beli buah mangga. Dengan harga sepuluh ribu, aku bisa dapat 5 buah. Bisa dikonsumsi untuk 3-4 hari. Pernah juga aku beli buah apel hijau kecil-kecil, aku kurang tau jenis apa, dengan harga tiga puluh ribu, aku bisa dapat 1 kilo (kira-kira 15 buah). Bisa dikonsumsi untuk satu minggu. Pernah beli papaya, kira-kira sebesar botol air mineral ukuran 1500 ml, dengan harga dua belas ribu. bisa dikonsumsi untuk seminggu. Begitupun dengan harga sayur, tidak jauh beda. Bagaimana jika kita bandingkan dengan harga rokok kamu? Dengan minuman bersoda kamu? Dengan fast food? Aku rasa jauh lebih mahal, kan?

Jadi gimana? Masih pada stuck di gaya hidup yang gitu-gitu aja? Mau sehat atau ga, memang tergantung keputusan kita, kok. Kenapa kita ga memasuki tahun 2019 dengan tekad untuk merubah pola makan dengan meningkatkan konsumsi buah dan sayur? Sadar ga sih, bahwa apa yang kita makan sekarang adalah investasi kesehatan kita di masa depan. Yuk, jadi #GenerasiMakanSayurDanBuah...

Comments

  1. Aku sudah coba, dan sampai sekarang masih konsisten.

    Tapi, kalau udah makan buah, gak bisa kontrol, apalagi makan anggur. Mahal sih, jadinya pakai alternatif buah lainnya.

    Pernah dalam kondisi hemat sehemat2nya, makan buah pepaya, 1 hari itu bisa habis 1 buah.
    Tapi, besoknya waktu ke kamar mandi, aromanya sungguh luar biasa����.

    Belajar dari pengalaman, jadinya bikin jadwal makan buah.
    Pagi makan apel (bisa diganti dengan tomat), siang makan jeruk bisa ganti semangka biar kenyang, malam pepaya, bisa ganti dengan Alpokat.

    ReplyDelete

Post a Comment

Popular posts from this blog

Anak Gadis Pengen Modis

Kali ini aku mau berbagi tentang salah satu kegiatan perempuan, Dandan ( Make Up ). Begini, setiap anak perempuan akan menemukan titik dimana dia akan harus berubah, entah itu berubah cara berfikir, cara memandang masa depan bahkan cara berpenampilan. Dan aku sedang di masa peralihan itu. Contohnya, aku pernah bercermin dan ngerasa ada yang kurang diwajahnya, i mean "Make apa gitu biar lebih enak dipandang?" apalagi kalo misalnya udah nambah pergaulan atau terlalu banyak kegiatan jadi penampilan mesti lebih diperhatikan. Enggak dipungkiri, objek pertama yang menjadi penilaian orang lain terhadap sosok perempuan adalah wajahnya.  Dan, aku pribadi sering sih bercermin (hahaha..), cuman ya gitu aku termasuk orang yang rada cuek terhadap penampilan. Kemeja/kaos, sepatu kets/sepatu agak ada wedges, jeans , tas selempang dan ikat rambut adalah caraku berpenampilan. Bagiku, lipstick, eyeliner, mascara dan segala alat make up adalah hal yang sanga...

Nyamannya di Rumah Doa Segala Bangsa, Bukit Gibeon Sibisa | #3 Anak Kota Pulang Kampung

[Anak Kota Pulang Kampung] Belakangan ini, Medan lagi dingin banget ya, berasa lagi di daerah Tapanuli Utara. Brrrr... Jadi keinget lagi dengan liburan akhir tahun lalu. Bentar, kayanya sedap nih nyeruput teh manis anget + nyelupin roti Regale.. Rumah Doa Segala Bangsa Bukit Gibeon Sibisa masih terbilang baru, diresmikan tanggal 14 Mei 2016. Akupun mengetahuinya dari beberapa teman yang udah pernah ke sana duluan. Jadi jiwa panjang kaki ku, keluar begitu saja. Rasa penasaran ku juga meningkat pesat. Intinya, ga mau ketinggalan sih, wkwkwk... Iya, aku kemarin ngotot sekali untuk mampir ke Rumah Doa Segala Bangsa Bukit Gibeon Sibisa, padahal dari segi pemetaan, bisa saja aku dan keluarga melewati jalan Tele dari Pulau Samosir untuk menuju Tarutung. Tapi, panjangnya kakiku ga bisa dilawan. Kami pun menurutinya. Hahaha.. Seperti biasa, karena kami sebelumnya nginap di Pulau Samosir, kami pun menyeberangi Danau Toba sekitar 1 jam lebih. Pemandangannya, bolak-bal...

Tutorial Hampir Terlambat Untuk Bersama

Gue dulu agak pesimis dengan kekompakkan kelompok tutorial gue, mereka adalah kelompok B.1 ruang 3.13. Entahlah, gue ngerasa ada aja yang kurang di kelompok ini. Sedikit acuh tak acuh, mungkin. Kalau kelompok ini begini terus, sempat mikir pengen pindah ke kelompok lain (Tapi pasti tak mungkin), apalagi denger-denger dari senior, ketika nyusun skripsi, temen-temen tutorial kalian lah temen skripsi kalian. Emm, bukan merasa sok hebat atau gimana, tapi gue ngerasa Down To Earth aja. Skripsinya susah, mikirin temen satu doping (dosen pembimbing) lagi. Oke mending gue ngerayap didinding. Sebentar, aku perkenalkan satu per satu: Novia Giovani (211 210 002) Fransiska Sinaga (211 210 004) Mona Liany Sinaga (211 210 006) Iwan Petrus Tampubolon (211 210 008) Joab Abigail Sitompul (211 210 010) Meri Bidani Damanik (211 210 012) Gracia Medina Pinem (211 210 014) Ika Agustinawati Siahaan (211 210 016) Inrinogro (211 210 018) Agus Chandra Sembiring(211 210 020) Raskami Pe...