Skip to main content

Gaji VS Rejeki



In some cases, I would like to compare my life with others. Pikiran selalu merasa rumput tetangga selalu lebih hijau daripada halaman sendiri. Tapi ujung-ujungnya menimbulkan rasa iri. Mematahkan potensi baik apa saja yang sebenarnya sedang tumbuh di dalam diri. 

“Kenapa dia bisa seperti itu ya? Kenapa dia dengan mudah mendapatkan hal itu? Kenapa hidupnya terkesan mulus-mulus saja? Rejeki dia bagus sekali ya..” 

Di balik badanku, kadang ada yang memberi pengertian.

“Kamu ga tau pengorbanan apa yang sudah dilakukannya. Dia bisa langsing seperti itu karena diet. Dia mudah mendapatkan hal itu karena orang tuanya punya nama. Hidupnya terkesan mulus, tapi kamu ga tau sebenarnya ada cinta yang tulus yang dia tinggalkan dan banyak bibir yang mengutukkinya. Kita ga tau ada cerita apa dibalik itu semua dan akan ada cerita apalagi di sesi kehidupannya berikutnya”.

Oke, aku stop untuk mengecilkan diriku sendiri hanya karena membandingkan diri sendiri. Bersyukur? Pasti. Tapi sebenarnya ada dua hal yang sepertinya mirip, tapi dalam prakteknya adalah beda. Gaji dan rejeki. It’s totally different.

Menurutku gaji adalah sumber perusahaan yang kita pilih, yang pasti kita peroleh dalam kurun waktu yang sudah ditetapkan, dan karena kita sudah melakukan suatu usaha. Sementara rejeki itu mutlak dari Tuhan, semacam hadiah dari-Nya untukmu, kamu tidak tahu kapan dan apa yang mendasari hal itu terjadi.

Menjadi orang pekerja keras akan mengarahkanmu ke gaji yang semakin banyak. Sementara menjadi orang pekerja tulus, akan mengarahkanmu ke rejeki yang melimpah dan berbagai macam bentuknya.

Gaji mungkin kadang mungkin akan mengecewakanmu, entah karena terlambat cairnya, entah hanya “numpang lewat” karena sangkin tingginya gaya hidupmu, entah akan mengubah pola pikirmu menjadi orang yang tidak pernah ada kata puas dalam hidupnya. Bisa ku bilang, gaji itu bersifat addicted dan dosisnya semakin meningkat. Makanya terkadang, orang melakukan hal-hal di luar logika untuk mendapatkannya.

Rejeki, tidak akan pernah mengecewakan. Aku pernah membaca buku The Secret – Rhonda Byrne. Kurang lebih, intinya tuh,

”Bersyukur aja dengan apa yang kamu miliki sekarang. Karena kamu akan terheran-heran bahwa itulah permulaan atau itulah mantra untuk mengundang bermacam hal-hal yang lebih baik yang akan datang kembali dalam hidupmu, tanpa berkesudahan. Kamu harus memulai ini semua. Hukum tarik menarik itulah yang akan kembali padamu, lebih dari yang kamu syukuri”.

Aku membacanya saat aku SMA, kira-kira 10 tahun yang lalu. aku mengilhaminya, mempraktekkannya, dan membuktikannya. Nyatanya kalimat itu bukanlah hal remeh. Itu adalah mantra rejeki terbaik yang pernah ada. Intinya, di alam ini ada hukum tarik menarik. Semakin banyak melakukan hal positif, tulus dan banyak bersyukur, kamu akan lebih banyak dipercayakan untuk mendapatkan rejeki. Atau menurutku, rejeki bisa disetarakan dengan berkat.

Aku tidak tahu bagaimana ajaran kamu, tapi di agamaku diajarkan,

"Apa yang kamu tabur, itu yang akan kamu tuai. Segala sesuatu yang kamu kehendaki supaya orang perbuat kepadamu, perbuatlah demikian juga kepada mereka. Dan barangsiapa setia dalam perkara-perkara kecil, ia akan setia juga dalam perkara-perkara besar."

Rejeki itu tidak ada nominalnya. Rejeki itu tidak melulu masalah uang. Ketika kamu memiliki orangtua yang sejahtera, itu rejeki. Ketika kamu memiliki dosen pembimbing skripsi yang jelas membimbingmu, yang tidak membuatmu menunggumu tak pasti, itu rejeki. ketika kamu sehat-sehat saja saat merantau, itu rejeki. Ketika bosmu tiba-tiba mempromosikanmu di perusahaan, itu rejeki. Bahkan ketika kamu putus dengan kekasihmu yang sangat kamu cintai karena dia selingkuh, itu rejeki. Walaupun aku belum berumahtangga, tapi aku yakin adalah hal yang tidak menyenangkan menghabiskan sisa hidup bersama seorang tukang selingkuh.

Rejeki akan memuaskanmu. Rejeki akan membentukmu. Rejeki akan mengajarimu. Rejeki adalah hadiah dari penilaian Tuhan terhadap hal-hal yang dipandang remeh tapi kamu tetap tulus melakukannya. rejeki adalah hadiah dari penilaian Tuhan terhadap hal-hal besar yang mampu kamu lewati, yang mungkin kadang melampaui batas kemampuanmu, tapi kamu tetap tekun. 

Comments

Popular posts from this blog

Anak Gadis Pengen Modis

Kali ini aku mau berbagi tentang salah satu kegiatan perempuan, Dandan ( Make Up ). Begini, setiap anak perempuan akan menemukan titik dimana dia akan harus berubah, entah itu berubah cara berfikir, cara memandang masa depan bahkan cara berpenampilan. Dan aku sedang di masa peralihan itu. Contohnya, aku pernah bercermin dan ngerasa ada yang kurang diwajahnya, i mean "Make apa gitu biar lebih enak dipandang?" apalagi kalo misalnya udah nambah pergaulan atau terlalu banyak kegiatan jadi penampilan mesti lebih diperhatikan. Enggak dipungkiri, objek pertama yang menjadi penilaian orang lain terhadap sosok perempuan adalah wajahnya.  Dan, aku pribadi sering sih bercermin (hahaha..), cuman ya gitu aku termasuk orang yang rada cuek terhadap penampilan. Kemeja/kaos, sepatu kets/sepatu agak ada wedges, jeans , tas selempang dan ikat rambut adalah caraku berpenampilan. Bagiku, lipstick, eyeliner, mascara dan segala alat make up adalah hal yang sanga...

Nyamannya di Rumah Doa Segala Bangsa, Bukit Gibeon Sibisa | #3 Anak Kota Pulang Kampung

[Anak Kota Pulang Kampung] Belakangan ini, Medan lagi dingin banget ya, berasa lagi di daerah Tapanuli Utara. Brrrr... Jadi keinget lagi dengan liburan akhir tahun lalu. Bentar, kayanya sedap nih nyeruput teh manis anget + nyelupin roti Regale.. Rumah Doa Segala Bangsa Bukit Gibeon Sibisa masih terbilang baru, diresmikan tanggal 14 Mei 2016. Akupun mengetahuinya dari beberapa teman yang udah pernah ke sana duluan. Jadi jiwa panjang kaki ku, keluar begitu saja. Rasa penasaran ku juga meningkat pesat. Intinya, ga mau ketinggalan sih, wkwkwk... Iya, aku kemarin ngotot sekali untuk mampir ke Rumah Doa Segala Bangsa Bukit Gibeon Sibisa, padahal dari segi pemetaan, bisa saja aku dan keluarga melewati jalan Tele dari Pulau Samosir untuk menuju Tarutung. Tapi, panjangnya kakiku ga bisa dilawan. Kami pun menurutinya. Hahaha.. Seperti biasa, karena kami sebelumnya nginap di Pulau Samosir, kami pun menyeberangi Danau Toba sekitar 1 jam lebih. Pemandangannya, bolak-bal...

Tutorial Hampir Terlambat Untuk Bersama

Gue dulu agak pesimis dengan kekompakkan kelompok tutorial gue, mereka adalah kelompok B.1 ruang 3.13. Entahlah, gue ngerasa ada aja yang kurang di kelompok ini. Sedikit acuh tak acuh, mungkin. Kalau kelompok ini begini terus, sempat mikir pengen pindah ke kelompok lain (Tapi pasti tak mungkin), apalagi denger-denger dari senior, ketika nyusun skripsi, temen-temen tutorial kalian lah temen skripsi kalian. Emm, bukan merasa sok hebat atau gimana, tapi gue ngerasa Down To Earth aja. Skripsinya susah, mikirin temen satu doping (dosen pembimbing) lagi. Oke mending gue ngerayap didinding. Sebentar, aku perkenalkan satu per satu: Novia Giovani (211 210 002) Fransiska Sinaga (211 210 004) Mona Liany Sinaga (211 210 006) Iwan Petrus Tampubolon (211 210 008) Joab Abigail Sitompul (211 210 010) Meri Bidani Damanik (211 210 012) Gracia Medina Pinem (211 210 014) Ika Agustinawati Siahaan (211 210 016) Inrinogro (211 210 018) Agus Chandra Sembiring(211 210 020) Raskami Pe...