Aku pernah sekuat tiang listrik depan kostku, ketika aku mencintaimu.
Aku pernah seindah taman bunga di Berastagi, ketika aku mencintaimu.
Aku pernah sesejuk lemari es, ketika aku mencintaimu
Lalu
Kemudian
Seterusnya
Aku pernah sehancur guci opung yang pernah aku pecahkan, ketika aku kehilanganmu.
Aku pernah serapuh kerupuk jangek, ketika aku kehilanganmu.
Aku pernah sekurus anak-anak yang kena diare persisten yang telat dapat penanganan, ketika aku kehilanganmu.
Tapi
Namun
Aku pernah sekuat pahlawan dengan bambu runcing waktu melawan penjajah dengan meriam, ketika aku mulai menerima.
Aku pernah setegar ibu malin kundang, ketika aku mendoakanmu, memaafkan segalanya.
Aku pernah sesemangat albert einstein untuk mengerjakan skripsiku, ketika otakku mulai jenuh dan berharap kamu yang menyemangati aku. Tapi, untunglah aku sadar, kamu tak terharapkan lagi.
Kamu pernah berkata, Dia tempat berdoa meminta harapan. Apapun yang kamu lakukan, aku tidak melupakan hal-hal positif yang sudah kamu tularkan ke aku. Setidaknya itu sudah jadi vaksin buatku.
Tapiii, vaksin itu kaaaann ada booossterrnyaaaa....? Wkwkwk..
Comments
Post a Comment